Bola.net - - Oleh: Fajar Rahman El Clasico musim ini adalah duel dua klub yang paling dinanti beberapa bulan ini sejak Jose Mourinho menandatangani kontraknya bersama Real Madrid. Seperti yang kita ketahui selama ini, Mourinho adalah klub yang paling membenci Barcelona FC dan pernah mengatakan terang-terangan tidak akan pernah melatih klub tersebut di sisa karirnya nanti, karena klub Catalan itu adalah musuh abadi baginya. Pernyataan The Special One tersebut seolah menjadi bumbu tersendiri bagi rivalitas abadi kedua klub raksasa Spanyol tersebut. Berikut adalah beberapa sejarah rivalitas dan bumbu yang menyebabkan perseteruan kedua tim El Clasico kian abadi.
Awal Rivalitas
Menurut Phill Ball, penulis dari 'Morbo: The Story of Spanyol Football,' yang lebih suka menyebut rivalitas ini dengan 'Perang Saudara Spanyol', awal perseteruan antara Barca dan Real dimulai sejak awal dekade 30an saat publik Barcelona yang jenuh terhadap kecenderungan sentralisasi kota Madrid di era kediktatoran Franco. Barcelona saat itu seolah ingin membentuk sesuatu yang merupakan reputasi, identitas dan lambang kebanggaan Catalan. Barcelona saat itu lebih memihak kepada oposisi yang hampir mirip rezim fasis, dengan beberapa pemain Barcelona mendaftar pada oposisi tersebut di tahun 1934. Di saat mereka mulai membangun reputasi tersebut, pecahlah rivalitas keduanya tatkala Presiden Barcelona Josep Sunyol dibunuh oleh pasukan pengawal Franco saat mengunjungi Pasukan Republik di bagian utara kota Madrid.
Bumbu-Bumbu Perseteruan
Perseteruan antara dua klub besar Spanyol ini kian meruncing di tahun-tahun berikutnya. Bukan hanya merebutkan gelar juara di berbagai kejuaraan, kedua klub juga acap kali berduel dalam perebutan pemain bintang. Bahkan, kepindahan seorang pemain untuk menyeberang ke klub yang notabene musuh abadi mereka itu dianggap sebagai pengkhianatan. Berikut beberapa momen yang menjadikan rivalitas keduanya kian menguat:
Alfredo Di Stevano, 1950
Di Stefano yang saat itu bermain untuk klub Club Deportivo Los Millonarios dari kota Bogota, Kolombia, merupakan striker yang bersinar di masanya. Baik Barca maupun Madrid berlomba untuk memburu tanda tangan pemain Argentina yang mencetak 90 gol dari 101 laga bersama Millonarios. Keduanya bahkan mengklaim bahwa di Stefano adalah milik mereka sebelum pemain itu pindah dari River Plate ke Millonarios. FIFA pun harus turun tangan untuk menengahinya, dan memutuskan bahwa Barca dan Madrid akan bergantian musim untuk menggunakan jasa pemain itu.
Bernd Schuster, 1989
Schuster merupakan bagian penting dari tim Catalan itu selama kurun waktu 1980 hingga 1988. Ia adalah jendral lapangan tengah Barcelona yang juga menciptakan banyak gol dari kakinya untuk mengantarkan Barcelona menjadi juara La Liga pada musim 1984–85, dua kali juara Piala Liga di musim 1982–83, 1985–86 dan runner up Liga Champions Eropa pada musim 1985–86. Madrid yang kepincut dengannya kemudian membajak pemain asal Jerman ini pada tahun 1989.
Michael Laudrup, 1995
Pemain Denmark ini adalah salah satu dari tiga pemain asing di The Dream Team Barcelona di bawah asuhan Johan Cruijff selain Ronald Koeman dan Hristo Stoichkov. Ia turut andil dalam kesuksesan Barca merebut gelar juara La Liga 4 musim berturut-turut (1991 hingga 1994), dan meraih gelar Liga Champions pada tahun 1991-92. Kegagalan Barca meraih gelar juara Liga Champions di tahun 1994 bisa dibilang karena tanpa adanya Michael di final. Cruijff lebih memilih Romario daripada dirinya untuk memenuhi kuota tiga pemain asing yang diperbolehkan tampil pada saat itu. Barca pun kalah telak 0-4 dari AC Milan di final.
Luis Enrique, 1996
Entah apa yang ada di benak Enrique yang lebih memilih Barcelona usai melihat kontraknya di Real Madrid tidak akan diperpanjang. Dengan status free transfer ia melenggang dengan santai ke seteru abadi klubnya tersebut. Namun sayang, di tahun pertama kepindahannya, Real yang ia tinggalkan malah menjadi juara La Liga. Ia merupakan satu-satunya pemain yang menorehkan namanya di sejarah indah El Clasico. Enrique merupakan pemain yang mencetak gol di duel ini dari dua klub berbeda, dari 5 golnya di El Clasico, 1 ia sumbangkan untuk Real dan 4 untuk Barcelona.
Luis Figo, 1998
Banyak yang menganggap kepindahan Luis Figo yang kala itu menjadi pangeran Catalan adalah usaha pembalasan Real terhadap aksi Enrique. Pemain Portugal itu juga termasuk penentu sukses Barca meraih gelar Piala Winner dan La Liga pada musim 1996-97, dan tiba-tiba saja ia menandatangani transfernya ke Madrid yang pada saat itu sedang membangun proyek Los Galaticos. Banyak pendukung Blaugrana yang tidak terima dengan pengkhianatan pemain yang mereka favoritkan di Nou Camp selama 5 tahun terakhir tersebut.Advertisement
Berita Terkait
-
Liga Inggris 10 November 2012 17:00
-
Open Play 10 November 2012 13:06
-
Bola Indonesia 27 Mei 2012 14:00
-
Bola Indonesia 26 Mei 2012 08:00
LATEST UPDATE
-
Tim Nasional 3 Oktober 2025 18:43
-
Tim Nasional 3 Oktober 2025 18:39
-
Olahraga Lain-Lain 3 Oktober 2025 18:11
-
Liga Inggris 3 Oktober 2025 17:47
-
Liga Spanyol 3 Oktober 2025 17:32
-
Liga Italia 3 Oktober 2025 17:09
MOST VIEWED
- Ruben Amorim di Ujung Tanduk, 5 Pemain MU yang Bisa Tersingkir Bila Ada Manajer Baru
- 5 Pemain Super yang Pernah Bermain untuk Barcelona dan PSG
- Manchester United Terpuruk, 4 Eks Pemainnya Malah Tampil Gemilang di Liga Champions Minggu ini
- 5 Manajer yang Paling Sering Tampil di Premier League, Sir Alex Ferguson Bukan yang Teratas
HIGHLIGHT
- Tak Selalu Sempurna, Ini 5 Penalti Terburuk Lionel...
- 10 Kuda Hitam Liga Champions yang Bisa Bikin Kejut...
- 5 Pemain Muda yang Bisa Jadi Kejutan di Liga Champ...
- Peta Panas Pelatih Premier League: Slot Nyaman, Am...
- 6 Pemain Top yang Gabung Klub Liga Arab Saudi Musi...
- Deretan Pemain dengan Gaji Fantastis di La Liga 20...
- 3 Klub Premier League yang Bisa Rekrut Gianluigi D...