Bola.net - - Oleh: Ronny Wicaksono

AS Roma sudah hampir pasti mendatangkan
Luis Enrique sebagai pelatih baru, dan penunjukan pelatih Barcelona B itu bisa jadi merupakan sebuah perjudian atau juga langkah yang inspiratif untuk
La Magica.
Namun satu hal yang pasti,
Giallorossi merupakan tim yang saat ini berpikir imajinatif di Serie A karena berani mendatangkan pelatih dari luar Italia di saat klub-klub lain melakukan saling 'tukar guling' pelatih.
Dan langkah Roma itu bisa jadi merupakan keberanian mereka mengambil resiko atau sebuah langkah yang didasari inspirasi, atau bahkan mungkin keduanya.
Bagi para fans Roma yang sudah terbawa isu penunjukan
Carlo Ancelotti atau
Andre Villas-Boas, terutama setelah kedatangan pemilik baru
Thomas di Benedetto, kedatangan Enrique ke Trigoria mungkin bisa dikatakan sebuah anti-klimaks.
Lagipula, mantan penggawa timnas Spanyol berusia 41 tahun itu tak punya pengalaman melatih pada level senior di Italia ataupun di tempat lain, dan satu-satunya
track record yang ia miliki hanyalah di tim B.
Namun sekali lagi, Barcelona B bukan hanya tim B biasa. Di sanalah
Pep Guardiola mengasah tajinya, dan dalam tiga tahun sejak ia meninggalkan
Mini Estadi, ia mampu mengoleksi 10 trofi dan menjadi otak di balik kebangkitan tim yang dianggap terbaik sepanjang sejarah sepak bola.

Tentu saja, hijrah ke klub baru di negara baru jauh lebih rumit situasinya daripada hanya sekedar melintas jalan seperti yang dilakukan Guardiola.
Ibukota Italia memiliki kultur sepak bola sendiri, di mana pendatang baru dipantau secara intens oleh media dan juga tifosi. Meski demikian, hal itu tak seharusnya menjadi sebuah ketakutan untuk seorang pemain yang pernah menyeberang langsung dari Real Madrid ke Barcelona.
Enrique, yang
menjanjikan Roma bakal tampil lebih ganas, tentu akan membawa bersamanya
tiki-taka - permainan
passing pendek yang menjadi filosofi Barca, dan juga
rondo atau metode yang mengajarkan para pemain muda pentingnya penguasaan bola.
Selain itu, ia diyakini juga akan mengusung sejumlah anak asuh favoritnya dari Barcelona B ke Olimpico, sebut saja macam ,
Oriol Romeu,
Martin Montoya dan
Jonathan Soriano.
Jeffren, pemain muda Venezuela yang melengkapi kemenangan Barca 5-0 atas sang rival, Real Madrid November lalu, mungkin satu-satunya nama yang sudah akrab di telinga publik, namun Romeu dan Montoya adalah pemain muda yang banyak dipuji di Spanyol.
Sementara Soriano yang berumur 25 tahun adalah penyerang yang dengan koleksi 31 golnya musim lalu menahbiskannya menjadi peraih trofi
El Pichichi di Segunda Division.
Dengan percaya diri, pemuda kelahiran Gijon itu sudah menegaskan filosofinya, "Saya mengasah sepak bola menyerang, gaya spektakuler yang dirancang untuk menghibur dan menarik penonton ke stadion. Orang-orang memang belum mengenal saya di Italia, tapi saya akan menghapus keraguan mereka dan di akhir musim, kita semua bisa lihat faktanya."
Meski demikian, apakah mengimpor sebuah ideologi adalah sesuatu yang mungkin? Karena Barcelona bukan hanya Guardiola atau
Lionel Messi, mereka adalah
La Masia, Barcelona B dan lebih banyak lagi.
Bisakah Roma berharap untuk membangun kekuatan mereka, hanya dengan mengambil satu gigi roda dari mesin perang
Blaugrana?
Hanya waktu yang akan membuktikan.