Isnan Ali
- Nama Lengkap Isnan Ali
- Tempat Lahir Makassar
- Tanggal Lahir 15 September 1979 (46 Tahun)
- Kebangsaan -
- Klub Mitra Kukar
- Posisi -
- No Punggung 0
- Tinggi 0 cm
Isnan Ali adalah mantan pemain sepak bola profesional Indonesia yang lahir pada tanggal 15 September 1979 di Makassar, Sulawesi Selatan. Ia bermain sebagai bek. Isnan Ali dikenal sebagai salah satu senior terkenal dalam Tim Nasional Indonesia karena penampilannya sejak tahun 2002 hingga sekarang. Namanya menjadi populer dengan klub-klub terkenal seperti PSM Makassar (Junior), Barito Putra, dan Sriwijaya F.C. Palembang.
Sejak masih muda, Isnan Ali sudah menunjukkan bakatnya sebagai pemain sepak bola yang berbakat melalui keikutsertaannya dalam kompetisi lokal di kampung halamannya. Ia jatuh cinta pada sepak bola setelah menyaksikan Diego Maradona di Piala Dunia 1986, dan memutuskan untuk menjadi pemain sepak bola profesional. Dukungan penuh juga datang dari keluarganya, "Ibu dan Ayah selalu membawa saya bola sepak ketika mereka pergi bekerja." Bakatnya kemudian diuji dengan mendaftar di Sekolah Sepak Bola Bangau Putra saat ia berada di sekolah menengah atas.
Isnan Ali kemudian bergabung dengan PSM Makassar Junior pada tahun 1997, salah satu klub sepak bola terkenal di Indonesia. Ia mewakili Makassar selama 15 tahun dan lebih di Kompetisi Hari Pekan Olahraga Nasional (Haornas).
Karier sepak bola Isnan semakin terlihat ketika ia bergabung dengan Makassar di Pekan Olahraga Daerah (Porda) Makassar pada tahun 1997. Ia mencetak gol penentu yang membawa timnya meraih kemenangan dan menjadi juara turnamen tersebut. "Itu adalah acara final yang paling berkesan bagi saya. Saya berlari dari belakang dan mencetak gol dengan kepala saya."
Isnan kemudian bergabung dengan PT Telecom selama dua tahun. Namun, ia menghadapi dilema ketika Telecom akan mengikuti kompetisi Nasional di Surabaya. Salah satu senior, Fahri Amiruddin, Mitra Kukar memintanya untuk mewakili Banjarmasin di PRA PON Banjarmasin untuk meningkatkan karier sepak bolanya. Akhirnya ia memutuskan untuk bergabung dengan Banjarmasin di Pekan Olahraga Nasional.
Acara ini membuka kesempatan baginya untuk bergabung dengan Barito Putera Banjarmasin pada tahun 1999. Meskipun masih muda, ia berhasil masuk dalam line up setelah bergabung hanya dalam waktu singkat. Terutama pada putaran kedua Liga Indonesia 1999, Daniel Roekito, pelatih Barito saat itu menunjuk Isnan untuk masuk dalam line up. "Itu saat kami bermain melawan Solo di Stadion Manahan." Setelah itu, ia masuk dalam line up setiap kali, meskipun ia masih sangat muda. Memasuki tahun kedua dengan Barito, Isnan dipanggil untuk bergabung dengan tim nasional senior dalam kualifikasi Piala Dunia dan Sea Games Malaysia pada tahun 2002.
Dengan status tim nasional, Isnan bergabung dengan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), untuk mengikuti pusat pelatihan di Singapura, Malaysia, dan Maladewa. "Maladewa adalah negara yang paling canggih karena popularitasnya dengan bintang-bintang sepak bola internasional yang berlatih dan berlibur di negara itu."
Bersama Barito Putra, Isnan berhasil masuk ke babak delapan besar selama dua tahun berturut-turut. Itu adalah tahun emas Barito, di saat yang sama, mereka memiliki Bako Sadissou sebagai pencetak gol terbanyak untuk Liga. Isnan juga bergabung dengan tim nasional senior dalam Piala Tiger (2002) dan meraih posisi Runner-Up dalam kompetisi tersebut.
Setelah dua musim bersama Barito Putra, Isnan bergabung dengan Persikota Tangerang pada musim 2003/2004. Ia juga bergabung dengan PSSI National training Camp di Sydney, Australia, Bulgaria, dan Yordania untuk Piala Asia 2005.
Pada musim 2005/2006, Isnan Ali bergabung dengan klub tetangga, Persita Tangerang. Salah satu peristiwa menarik adalah tindakannya dengan Renato Ellyas, rekan setimnya di klub berikutnya, Sriwijaya FC. "Saya sangat stres menghadapi keputusan wasit yang tampaknya memanipulasi pertandingan dan dengan tegas menunjukkan ketidakadilan terhadap tim saya. Namun, saya banyak belajar dari situasi itu." Ia melakukan perilaku tidak sportif dengan memberikan jari tengah kepada Renato setelah dikeluarkan kartu merah oleh wasit. Pada tahun 2006, ia dikeluarkan dari tim nasional karena perilaku tidak disiplin bersama beberapa rekan tim nasional senior lainnya seperti Kurniawan Dwi Yulianto. Namun, hal ini tidak menghalangi dirinya untuk bangkit.
Pada tahun 2007, Isnan Ali bergabung dengan Sriwijaya F.C. dengan Rahmad Darmawan sebagai pelatih kepala. Pada tahun itu, Isnan mencatat sejarah dengan meraih Double Winners, sebuah prestasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Karir
HIGHLIGHT
- Selain Hugo Ekitike, 5 Selebrasi Pemain yang Beruj...
- 5 Pemain MU Paling Cepat Cetak 100 Gol, Bruno Fern...
- 10 Pemain Tercepat Raih 50 Gol Liga Champions: Haa...
- Peta Panas Pelatih Premier League: Slot Nyaman, Am...
- 5 Pemain yang Berpeluang Besar Raih Ballon dOr 202...
- 5 Pemain Peraih Ballon dOr Terbanyak: Lionel Messi...
- Tampil Impresif di Lapangan, 11 Pemain Ini Malah G...