Manchester United Terus Tenggelam: Era Amorim Malah Lebih Buruk dari Ten Hag

Richard Andreas | 29 September 2025 15:23
Manchester United Terus Tenggelam: Era Amorim Malah Lebih Buruk dari Ten Hag
Momen kapten Manchester United, Bruno Fernandes mengeksekusi penalti yang gagal ke gawang Brentford di Liga Inggris 2025-2026. (c) Maja Smiejkowska/PA via AP

Bola.net - Suasana muram menyelimuti Gtech Community Stadium pada Sabtu malam yang mencerminkan kondisi terpuruk Manchester United. Diiringi alunan "Hey Jude", Bruno Fernandes berdiri dengan kepala menunduk, seakan kehilangan energi untuk sekadar memberikan applause kepada para pendukung.

Para pemain United mendekati tribun tandang dengan langkah tertatih. Tepukan tangan yang mereka berikan lebih mirip ungkapan permohonan maaf setelah takluk 1-3 dari Brentford.

Advertisement

Pemandangan ini bukanlah hal baru bagi The Red Devils. Dalam delapan pertandingan tandang terakhir di Premier League, mereka hanya berhasil mengumpulkan dua angka.

Setelah kekalahan memalukan dari Manchester City dua pekan silam, kini mereka kembali tersungkur di hadapan Brentford. Bulan depan jadwal semakin berat dengan lawatan ke markas Liverpool, Nottingham Forest, Tottenham, dan Crystal Palace menanti.

Kemenangan menggembirakan atas Chelsea pekan lalu sempat memberikan secercah optimisme. Namun harapan tersebut langsung pupus dalam sekejap mata.

Sejak Ruben Amorim mengambil alih kendali 10 bulan yang lalu, United hanya memetik kemenangan sembilan kali dari 33 laga Premier League. Dalam perhitungan sederhana, mereka lebih sering mengalami kekalahan dua kali lipat dibandingkan meraih kemenangan.

1 dari 4 halaman

Kemajuan Semu yang Menyesatkan

Kemajuan Semu yang Menyesatkan

Aksi Igor Thiago di laga Brentford vs Man United, Sabtu (27/09/2025). (c) Maja Smiejkowska/PA via AP Photo

Dalam sesi konferensi pers pascalaga, Amorim ditanyakan apakah ini merupakan kasus "satu langkah maju, satu langkah mundur". Realitanya jauh lebih memprihatinkan: satu langkah maju, dua langkah mundur.

Setiap pencapaian kecil selalu diikuti dengan kemunduran yang lebih besar. Euforia yang terlahir dari hasil positif melawan Burnley atau Chelsea langsung sirna ketika dihantam kekalahan memalukan dari Brentford.

Memang terdapat sedikit peningkatan performa dibandingkan musim sebelumnya. Akan tetapi, peningkatan tersebut hanya cukup mengangkat United ke level tim kelas menengah saja.

Data expected goals (xG) mungkin menunjukkan tren positif, namun penampilan yang meyakinkan masih sangat jarang terlihat. Situasi ini seperti déjà vu yang mengulang musim lalu di bawah asuhan Erik ten Hag: start yang lambat, harapan semu, kemudian kejatuhan.

Setelah enam pertandingan musim ini, United baru berhasil meraup tujuh poin. Angka tersebut persis sama dengan capaian Ten Hag sebelum akhirnya dipecat.

Amorim mungkin masih dalam posisi aman untuk sementara waktu. Namun kesabaran pihak klub tidak akan berlangsung selamanya jika grafik performa tidak menunjukkan tren naik.

2 dari 4 halaman

Taktik Gagal, Identitas Kabur

Aspek paling mengkhawatirkan dari kekalahan ini adalah betapa United terlihat bermain mengikuti gaya lawan, bukan menunjukkan karakter sendiri. Amorim mengakui hal tersebut dengan jujur.

"Kami memainkan permainan Brentford, bukan permainan kami sendiri," ungkapnya. Pernyataan itu benar, namun pertanyaan krusial muncul: sebenarnya apa identitas permainan United?

Amorim tetap mempertahankan skema 3-4-3, namun kontrol di lini tengah sama sekali tidak ada. Duet Manuel Ugarte dan Fernandes gagal total dalam menguasai bola.

Ketika Brentford mengeksploitasi superioritas numerik di area tengah, United tampak bingung dan kehilangan arah. Keputusan tidak mendatangkan gelandang baru pada bursa transfer musim panas lalu semakin terlihat sebagai blunder fatal.

Lini pertahanan pun tidak menunjukkan perbaikan signifikan. Gol pembuka Brentford bermula dari kehilangan bola di area depan, kemudian empat sentuhan sederhana membuat Igor Thiago berhasil mencetak gol.

Harry Maguire salah mengambil posisi dan meninggalkan ruang kosong yang langsung dimanfaatkan lawan. Gol kedua juga tidak jauh berbeda: miskomunikasi, kesalahan posisi, dan error mendasar yang terus berulang.

3 dari 4 halaman

Lini Serang Tumpul, Tekanan Minim

Lini Serang Tumpul, Tekanan Minim

Pemain Manchester United terlihat lesu setelah laga melawan Brentford di mana mereka kalah 1-3 di Gtech Community Stadium. (c) Maja Smiejkowska/PA via AP

United juga menunjukkan ketajaman yang sangat tumpul di lini depan. Bryan Mbeumo, Matheus Cunha, dan Benjamin Sesko tampil mengecewakan sepanjang laga.

Sesko memang berhasil mencetak gol perdananya di Premier League. Namun prosesnya sangat berantakan dengan umpan yang meleset, kontrol bola yang tidak rapi, dan dua kali gagal menembak sebelum akhirnya gol ketiga lahir karena keberuntungan.

Tidak ada alur serangan yang terstruktur maupun tekanan yang bermakna dari United. Lebih dari satu jam waktu tersisa setelah gol Sesko, namun mereka tidak mampu menciptakan ancaman serius.

Tidak ada tanda-tanda momentum atau tekanan yang biasanya menjadi karakteristik tim-tim besar. Amorim tetap terpaku pada formasi yang sama dengan opsi perubahan yang sangat terbatas dari bangku cadangan.

Bahkan beberapa insiden kontroversial tidak bisa dijadikan kambing hitam. Pelanggaran Nathan Collins terhadap Mbeumo yang hanya dihukum kartu kuning, atau penalti Bruno Fernandes yang gagal dieksekusi, bukan penyebab kekalahan ini.

4 dari 4 halaman

Batas Kesabaran yang Semakin Tipis

Amorim saat ini masih mendapat dukungan penuh dari pihak klub dan para suporter. Namun sejarah membuktikan bahwa dukungan tanpa hasil nyata tidak akan bertahan selamanya.

Catatan poin Amorim (34 dari 33 pertandingan) hampir identik dengan Graham Potter di West Ham yang baru saja dipecat. Jika klub sekaliber West Ham menganggap hasil tersebut tidak memadai, mengapa United harus menerima performa yang lebih buruk?

Ketidakstabilan performa, identitas permainan yang tidak jelas, dan hasil yang terus mengecewakan mulai menggerus kepercayaan. Amorim datang dengan membawa janji pembaruan besar, namun sejauh ini United terlihat stagnan.

Jika tren negatif ini terus berlanjut, pertanyaan besar bukan lagi "kapan United akan bangkit?" melainkan "berapa lama lagi Amorim bisa bertahan di kursi pelatih?"

LATEST UPDATE