MU Dipermalukan City: Amorim Masih Keras Kepala dengan Taktik 3-4-3, Sampai Kapan?

Richard Andreas | 15 September 2025 17:50
MU Dipermalukan City: Amorim Masih Keras Kepala dengan Taktik 3-4-3, Sampai Kapan?
Ekspresi Ruben Amorim usai laga Manchester City vs Manchester United pada pekan ke-4 Premier League 2025/2026 (c) AP Photo/Dave Thompson

Bola.net - Manchester United sekali lagi harus menerima kenyataan menyakitkan setelah dihajar habis-habisan Manchester City dengan skor 0-3. Kekalahan ini memperpanjang catatan suram mereka dalam derby, mengingat kemenangan terakhir dengan margin lebih dari dua gol atas City terjadi pada Februari 1995.

Pep Guardiola kini telah tujuh kali mengalahkan United dengan selisih tiga gol atau lebih. Prestasi yang semakin menegaskan dominasi mutlak The Citizens atas rivalnya dari Old Trafford.

Advertisement

Alih-alih memberikan harapan segar usai jeda internasional, pertarungan di Etihad justru memperlihatkan kesenjangan kualitas yang sangat mencolok antara kedua tim.

City bahkan sudah merayakan kemenangan dengan tarian Poznan di menit ke-70, sementara pendukung United memilih beranjak meninggalkan stadion sebelum peluit panjang. Drama ini kembali menempatkan Ruben Amorim di bawah sorotan tajam publik.

1 dari 4 halaman

Strategi Amorim yang Tidak Efektif

Strategi Amorim yang Tidak Efektif

Para pemain Manchester United berjalan meninggalkan Etihad Stadium setelah kalah 0-3 dari Manchester City di Liga Inggris, 14 September 2025. (c) AP Photo/Dave Thompson

Amorim berusaha melawan hegemoni City dengan pendekatan yang cenderung agresif. United mencoba memancing tekanan lawan di area tengah lapangan, kemudian mengalihkan bola ke wilayah sayap untuk mencari celah.

Namun, intensitas permainan yang ditampilkan tidak memadai untuk menembus blok pertahanan rapat City. Akibatnya, lini serang United jarang mendapatkan peluang emas sepanjang 90 menit pertandingan.

Saat kehilangan penguasaan bola, masalah sebenarnya justru semakin terbuka. Barisan belakang United tampak tidak kompak dalam menghadapi serangan balik cepat City, khususnya ketika harus mengawal pergerakan Erling Haaland yang sangat berbahaya.

Striker asal Norwegia itu terlalu mudah mendapat ruang gerak bebas dan akhirnya berhasil menyumbang dua gol. Gol ketiga City bahkan mencerminkan seluruh kelemahan struktural yang dimiliki United saat ini.

2 dari 4 halaman

Kesalahan Fatal yang Berujung Gol

Gol penutup City bermula dari kesalahan fatal Manuel Ugarte yang memberikan umpan melenceng kepada Luke Shaw. Bola kemudian direbut Bernardo Silva yang langsung melepaskan umpan terobosan untuk Haaland.

Dengan formasi pertahanan yang terlalu maju ke depan dan koordinasi antar pemain yang minim, Haaland berlari bebas tanpa pengawal sebelum menaklukkan kiper Altay Bayindir.

Situasi ini menggambarkan betapa rapuhnya sistem defensif yang diterapkan Amorim.

3 dari 4 halaman

Dua Perspektif Berbeda tentang Nasib Amorim

Dua Perspektif Berbeda tentang Nasib Amorim

Aksi pemain Manchester United di laga melawan Manchester City pada pekan ke-4 Premier League 2025/2026 (c) AP Photo/Dave Thompson

Kekalahan memalukan ini memicu perdebatan sengit di kalangan pengamat sepak bola dan para penggemar. Terdapat dua sudut pandang utama mengenai posisi Amorim di Manchester United.

Kubu pertama melihat pertandingan ini sebagai bagian dari proses adaptasi yang wajar di awal musim. Ketidakhadiran pemain kunci seperti Matheus Cunha, Mason Mount, dan Diogo Dalot dinilai menghambat perkembangan tim secara keseluruhan.

Sebaliknya, kubu kedua mengambil sikap yang lebih kritis terhadap kinerja pelatih Portugal itu. Data statistik menunjukkan Amorim telah mengalami 20 kekalahan dari 47 pertandingan sejak menangani United, termasuk dua kegagalan melalui adu penalti.

Skema 3-4-3 yang menjadi andalan Amorim dianggap tidak mampu memaksimalkan potensi terbaik skuad. Bahkan pemain kreatif sekaliber Bruno Fernandes terlihat kehilangan pengaruh dalam derby krusial ini.

4 dari 4 halaman

Konsistensi Filosofi di Tengah Kritikan

Meskipun hujaman kritik semakin gencar, Amorim tetap kukuh mempertahankan pendekatannya. "Saya percaya pada cara saya, dan saya akan tetap bermain dengan cara saya sampai saya ingin mengubahnya. Jika tidak, berarti Anda harus ganti orangnya," tegasnya dalam konferensi pers pasca pertandingan.

Pelatih berusia 40 tahun itu meyakini filosofi yang diusungnya masih memiliki relevansi. Ia menegaskan bahwa setiap kekalahan bukan alasan untuk meninggalkan prinsip permainan yang telah diyakininya selama ini.

Amorim hanya membuka kemungkinan perubahan apabila ia sendiri merasa momentum yang tepat telah tiba. Namun, pertanyaan mendasar kini bukan lagi tentang keyakinan sang pelatih, melainkan kemampuan para pemain United dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan taktis yang kompleks.

Dengan posisi terpuruk di peringkat ke-14 klasemen Premier League, jarak dengan tim-tim papan atas semakin menganga lebar. United harus segera menemukan formula yang tepat sebelum musim ini berubah menjadi perjalanan panjang yang dipenuhi kekecewaan berkepanjangan.

LATEST UPDATE