Paradoks Manchester United: Setelah Pecat Lebih dari 200 Karyawan, kok Bisa Beli Benjamin Sesko dengan Harga Mahal?

Asad Arifin | 7 Agustus 2025 04:49
Paradoks Manchester United: Setelah Pecat Lebih dari 200 Karyawan, kok Bisa Beli Benjamin Sesko dengan Harga Mahal?
Selebrasi Benjamin Sesko dalam laga Liga Champions antara RB Leipzig vs Juventus, Kamis (3/10/2024). (c) AP Photo/Ebrahim Noroozi

Bola.net - Manchester United sedang menjadi pusat perhatian. Di satu sisi, klub melakukan pemangkasan besar terhadap staf non-sepak bola, dengan lebih dari 200 karyawan diberhentikan. Langkah ini merupakan bagian dari upaya efisiensi biaya.

Penghematan tersebut bahkan merambah ke aspek mendasar seperti layanan kantin. Situasi ini menjadi semakin ironis ketika Sir Jim Ratcliffe, beberapa bulan sebelumnya, sempat menyatakan bahwa United bisa 'bangkrut' jika tidak efisiensi.

Advertisement

Namun di sisi lain, Setan Merah justru tampil agresif di bursa transfer. Manchester United mengajukan penawaran fantastis sebesar £74 juta untuk mendatangkan Benjamin Sesko dari RB Leipzig.

Angka ini melebihi proposal yang disodorkan oleh Newcastle United, dan menjadi salah satu alasan mengapa Sesko akhirnya lebih memilih Old Trafford ketimbang St James' Park, meski Newcastle mampu menawarkan tiket bermain di Liga Champions.

1 dari 3 halaman

Transfer Mahal Didukung Strategi Keuangan Modern

Kemampuan Manchester United untuk tetap berbelanja besar di tengah kebijakan penghematan dijelaskan oleh pakar keuangan sepak bola, Stefan Borson. Ia menyebut bahwa aspek utama yang perlu dipahami adalah perbedaan antara arus kas (cash flow) dan aturan Profit and Sustainability Rules (PSR) yang diberlakukan di Premier League.

Menurut Borson, pembelian pemain jarang dilakukan dengan pembayaran penuh secara langsung. Klub-klub besar seperti Manchester United umumnya menggunakan skema cicilan dalam dua hingga tiga tahap, yang membuat pengeluaran tampak lebih ringan dalam jangka pendek secara kas.

"Jika Anda merekrut pemain hari ini, Anda tidak membayar. Katakanlah, £60 juta di muka, Anda akan membayarnya dalam dua atau tiga kali cicilan," ujar Borson saat berbicara di talkSPORT.

"Dengan skema semacam ini, pembelian pemain seperti Sesko atau Matheus Cunha bisa disebar pembayarannya hingga tahun depan, mengurangi beban langsung pada keuangan klub saat ini," tegas Borson.

2 dari 3 halaman

PSR dan Gambaran Semu Kesehatan Finansial

Selain perbedaan arus kas, Borson juga menjelaskan bahwa aturan PSR bersifat prospektif, dihitung berdasarkan amortisasi nilai pembelian pemain dalam durasi kontraknya. Jika Manchester United membeli pemain senilai £60 juta dengan kontrak lima tahun, maka biaya tersebut dihitung £12 juta per tahun dalam catatan PSR.

"Jika Anda membeli pemain pada Senin malam , tidak ada biaya dalam perhitungan PSR 2024/25, karena semua biaya dari perspektif PSR berada dalam periode ke depan," jelas Borson.

Inilah alasan mengapa Manchester United masih mampu menggelontorkan dana besar untuk merekrut pemain baru meski sedang melakukan pemangkasan besar-besaran. Namun, strategi ini bukan tanpa risiko.

Jika performa tim di lapangan gagal memenuhi ekspektasi, terutama terkait dengan pendapatan dari kompetisi Eropa, hak siar, dan sponsor, klub bisa menghadapi tekanan finansial yang lebih berat di masa mendatang.

Sumber: talkSPORT

LATEST UPDATE