5 Kesalahan yang Bikin Maurizio Sarri Dipecat Juventus: Terlalu Manjakan Ronaldo?
Richard Andreas | 8 Agustus 2020 23:15
Bola.net - Sabtu (8/8/2020) malam WIB, Juventus membuat kejutan dengan mengumumkan pemecatan sang pelatih, Maurizio Sarri. Meski sudah diduga, tetap saja kabar pemecatan ini membuat dunia sepak bola tercengang.
Betapa tidak, Juve membuat keputusan ini hanya dalam hitungan belasan jam usai kegagalan di Liga Champions. Si Nyonya Tua tersingkir dari 16 besar meski berhasil menang 2-1 atas Lyon di Turin, tapi kalah agresivitas gol tandang secara keseluruhan (2-2).
Kabar pemecatan Sarri sebenarnya sudah mengudara beberapa bulan lalu. Dia dianggap gagal meningkatkan kualitas Juve usai mewarisi skuad Massimilano Allegri.
Kendati demikian, gunjingan tersebut sempat sirna usai Juve menjuarai Serie A. Padahal di balik gelar ini ada banyak masalah, khususnya penampilan buruk pada beberapa pekan terakhir.
Bagaimanapun, Sarri sudah dipecat. Dia hanya bertahan semusim di Turin, alias gagal total. Jika diingat-ingat semusim ke belakang, sebenarnya apa saja kesalahan Sarri?
Berikut Bola.net sajikan 5 kesalahan terbesar Sarri yang membuatnya dipecat Juventus:
1. Sarriball tak fleksibel
Sarri punya gaya sepak bola spesial yang dikenal dengan istilah Sarriball. Gaya bermain ini benar-benar baru bagi Juventus.
Sarriball meminta pemain menerapkan tekanan tinggi dan mengalirkan bola secara terus-menerus. Gaya main ini bagus, tapi terasa asing bagi pemain-pemain Juve yang sudah terbiasa memainkan gaya penguasaan bola.
Bertahun-tahun sebelum era Sarri, permainan Juve lebih efektif. Mereka cenderung membangun serangan dengan aliran operan pendek. Tidak menarik, tapi efektif.
Sarri jelas kesulitan menerapkan taktiknya di Juve musim ini. Dia beberapa kali mengeluh karena para pemain tidak bisa mengalirkan bola lebih cepat lagi, yang memberi kesempatan lawan untuk memperbaiki posisi.
2. Keras kepala
Masih menyambung masalah Sarriball di atas. Pantaskah Sarri mengeluh ketika pemain-pemainnya gagal mengalirkan bola dengan cepat di lapangan? Apakah ini salah pemain? Atau sebenarnya justru kesalahan pelatih?
Masalah ini sama seperti yang terjadi di Chelsea musim lalu. Sarri hanya punya satu taktik, Sarriball, dan meminta para pemain beradaptasi dengan cepat.
Dia tidak bisa atau tidak mau mengubah Sarriball untuk menyesuaikan dengan pemain yang ada, keras kepala. Masalahnya, punya satu taktik khusus tak selalu berhasil untuk lawan-lawan yang berbeda.
3. Ronaldo-sentris?
Sejujurnya, Sarri memang tidak akan bisa langsung sukses di Juve. Menerapkan Sarriball butuh waktu dan butuh usaha ekstra. Masalahnya, pada proses adaptasi dengan Sarriball, Juve justru kehilangan sejumlah kualitas terbaik mereka.
Pertahanan Juve jauh lebih rapuh musim ini. Mereka kebobolan 43 gol dalam 38 pertandingan Serie A musim ini, sedangkan bawah Allegri hanya kebobolan 30 gol dalam 38 pertandingan total.
Selain pertahanan, masalah terletak di lini serang. Karena Sarriball belum efektif, mau tak mau Sarri terpaksa mencari segala cara untuk mencetak gol. Tentu, cara termudah adalah menyerahkannya pada pemain terbaik dalam tim, Cristiano Ronaldo.
Tidak ada yang salah bergantung pada Ronaldo, tapi mau tak mau Sarri harus memanjakan sang megabintang . Akibatnya, pemain top Juve lainnya jadi terabaikan. Paulo Dybala sering dicadangkan, Gonzalo Higuain pun demikian.
Ronaldo terbukti jadi top scorer tim musim ini, memecahkan rekor puluhan tahun. Namun, catatan apik ini hanya menutupi masalah ketergantungan besar yang sebenarnya.
4. Sulit samai Allegri
Siapa pun yang berada di kursi pelatih Juventus musim ini, menggantikan Massimiliano Allegri memang tidak mudah. Bersama Allegri, Juve meraih 5 trofi Serie A dan Coppa Italia. Mereka juga pernah mencapai final Liga Champions dua kali.
Sayangnya, kekalahan dari Ajax di Liga Champions musim lalu sekaligus berarti akhir karier Allegri. Agnelli family merasa Allegri tidak cukup bagus, Sarri pun didatangkan.
Masalahnya, bicara portofolio, torehan Sarri jauh di bawah Allegri. Dia hanya bermodalkan taktik spesial, tidak banyak trofi.
Nasibnya pun sama seperti Allegri. Gagal di Liga Champions langsung berarti pemecatan.
5. Cenderung salahkan pemain
Sifat keras kepala Sarri dilengkapi dengan ego yang besar. Dia jarang mengaku bersalah setiap kali timnya kalah, justru cenderung menyalahkan tim dan para pemain.
Teranyar, tentang kegagalan Juve di Liga Champions musim ini, Sarri berkata: "Saya pun sadar bahwa di kompetisi ini [UCL] Juventus memang dikutuk."
Dia jarang merasa bersalah, hampir tak pernah mengakui bahwa taktiknya mungkin perlu diperbaiki. Singkatnya, sifat Sarri membuat pihak klub tidak punya banyak pilihan.
Pilihan bagi Juve terbatas. Haruskah mereka memecat dan mendatangkan pelatih baru musim depan? Atau merombak skuad sepenuhnya untuk disesuaikan dengan gaya Sarri?
Kita baru saja mendapatkan jawabannya, Juve memilih yang pertama.
Sumber: Berbagai sumber
Baca ini juga ya!
- 3 Pesakitan Juventus Beri 'Like' untuk Pengumuman Pemecatan Maurizio Sarri
- Juventus Harus Bayar Rp345 Miliar untuk Pecat Maurizio Sarri
- Maurizio Sarri Dipecat, Haruskah 6 Pemain Juventus dengan Performa Terburuk Musim Ini Menyusul?
- Para Kandidat Pengganti Maurizio Sarri, Dari Mauricio Pochettino hingga Simone Inzaghi
- Setelah Maurizio Sarri, Juventus Juga Pecat Fabio Paratici?
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
MU Bisa Raup Bonus Tambahan dari Transfer Antony ke Real Betis, Begini Caranya
Liga Inggris 6 September 2025, 16:11 -
Barcelona Pertimbangkan Lepas Ronald Araujo Jika Performa Tak Membaik
Liga Spanyol 6 September 2025, 16:01 -
Jadwal, Hasil Lengkap, dan Klasemen Livoli Divisi Utama 2025
Voli 6 September 2025, 15:48 -
Hasil FP2 MotoGP Catalunya 2025: Wow! Joan Mir dan Honda Catat Waktu Tercepat
Otomotif 6 September 2025, 15:46
LATEST UPDATE
-
Prediksi Turki vs Spanyol 8 September 2025
Piala Dunia 6 September 2025, 19:35 -
Hasil Kualifikasi Moto2 Catalunya 2025: Sikat Jake Dixon, Daniel Holgado Sabet Pole
Otomotif 6 September 2025, 19:30 -
Susunan Pemain Timnas Indonesia U-23 vs Makau: Rotasi oleh Gerald Vanenburg
Tim Nasional 6 September 2025, 19:21 -
Prediksi Jerman vs Irlandia Utara 8 September 2025
Piala Dunia 6 September 2025, 19:11 -
Hasil Latihan Ketiga Formula 1 GP Italia 2025: Lando Norris Ungguli Charles Leclerc
Otomotif 6 September 2025, 18:37 -
Hasil Kualifikasi Moto3 Catalunya 2025: David Almansa Rebut Pole Perdana
Otomotif 6 September 2025, 18:32 -
Update Klasemen Pembalap WorldSSP300 2025
Otomotif 6 September 2025, 18:26 -
Hasil Race 1 WorldSSP300 Prancis 2025: Debut Arai Agaska, Loris Veneman Menang
Otomotif 6 September 2025, 18:22 -
Kualifikasi Piala Asia U-23 2026: Korea Selatan Habisi Laos Tujuh Gol Tanpa Balas
Tim Nasional 6 September 2025, 18:02 -
Prediksi Lithuania vs Belanda 7 September 2025
Piala Dunia 6 September 2025, 17:50 -
Update Klasemen Pembalap MotoE 2025
Otomotif 6 September 2025, 17:46 -
Update Klasemen Pembalap WorldWCR 2025
Otomotif 6 September 2025, 17:25 -
Hasil Race 1 WorldWCR Prancis 2025: Kalahkan Chloe Jones, Maria Herrera Rebut Kemenangan
Otomotif 6 September 2025, 17:21
LATEST EDITORIAL
-
Isak Catat Rekor Baru, Ini 5 Transfer Termahal Premier League
Editorial 3 September 2025, 14:48 -
Rekor Pecah Lagi! 5 Pemain Liverpool dengan Harga Fantastis
Editorial 3 September 2025, 13:18 -
6 Pemain yang Menolak Chelsea untuk Gabung Tottenham, Termasuk Xavi Simons
Editorial 1 September 2025, 17:24