Mengapa Akademi Italia Gagal Lahirkan Bintang? Gasperini Punya Jawabannya

Editor Bolanet | 21 Mei 2025 08:34
Mengapa Akademi Italia Gagal Lahirkan Bintang? Gasperini Punya Jawabannya
Pelatih Atalanta Gian Piero Gasperini. (c) Spada/LaPresse via AP

Bola.net - Gian Piero Gasperini tidak sekadar membahas kesuksesan Atalanta. Pelatih Atalanta tersebut justru menyoroti masalah sistemik di akademi sepak bola Italia yang dinilainya terlalu fokus pada fisik.

Menurutnya, prioritas pada postur tubuh mengorbankan pengembangan teknik pemain muda. Gasperini mencontohkan Barcelona sebagai model ideal yang seharusnya ditiru.

Advertisement

Dalam sebuah pertemuan di Bergamo, pelatih 66 tahun itu menjelaskan bagaimana filosofi berbeda menghasilkan pemain berkualitas. Kritikannya bukan tanpa dasar, mengingat prestasinya membawa Atalanta bersaing di papan atas.

1 dari 3 halaman

Gasperini Ingin Revolusi di Akademi Sepak Bola Italia

Gasperini Ingin Revolusi di Akademi Sepak Bola Italia

Gian Piero Gasperini membawa Atalanta menjuarai Liga Europa musim 2023/2024. (c) AP Photo/Frank Augstein

Gasperini menegaskan bahwa tujuan utama akademi seharusnya menciptakan pemain berkualitas, bukan sekadar mengejar trofi. Pengalamannya melatih di level muda membuatnya paham betul kelemahan sistem di Italia.

Dia menyayangkan kebiasaan klub memilih pemain berdasarkan fisik, bukan teknik. Padahal, menurutnya, pendekatan itu justru menghambat terciptanya bintang-bintang baru.

"Saya mulai dari akademi muda dan selalu bekerja dengan klub yang berbasis pemain muda. Tapi, kita melakukan kesalahan besar di sepak bola Italia karena klub lebih memilih pemain yang sedikit lebih tinggi atau besar. Itu tidak membantu menciptakan juara, dan akhirnya tim kita penuh pemain asing," ujar Gasperini.

2 dari 3 halaman

Barcelona Jadi Contoh Ideal Pengembangan Pemain Muda

Barcelona Jadi Contoh Ideal Pengembangan Pemain Muda

Pelatih Atalanta Gian Piero Gasperini. (c) AP Photo

Gasperini memuji Barcelona yang berhasil mengembangkan pemain dengan fisik biasa tetapi teknik luar biasa. Menurutnya, Spanyol lebih menghargai karakteristik negara Mediterania yang mengutamakan skill.

Dia mencontohkan Lamine Yamal, yang meski fenomenal, tetap dikembangkan dengan pendekatan teknik. Filosofi ini, kata Gasperini, jarang ditemui di Italia.

"Di Spanyol, mereka menghormati karakteristik bangsa Mediterania, yang berarti fokus pada teknik, bukan fisik. Barcelona mengembangkan pemain dengan level fisik 'normal', kecuali Yamal yang memang fenomenal," jelasnya.

3 dari 3 halaman

Tekanan Berlebihan pada Pemain Muda Jadi Masalah Lain

Gasperini juga mengkritik budaya menuntut hasil instan dari pemain muda di Italia. Anak-anak justru kehilangan kebebasan bereksperimen dan menikmati permainan.

Dia menyinggung fenomena orang tua yang bertengkar di tribun saat anak berusia enam tahun bertanding. Kondisi ini, menurutnya, memperburuk mentalitas sepak bola Italia.

"Salah satu kesalahan kita di Italia adalah menuntut hasil langsung dari anak-anak, bukan memberi mereka kebebasan bermain, membuat kesalahan, menikmati diri sendiri, dan belajar. Di usia enam tahun, sudah ada turnamen dengan orang tua berkelahi di tribun. Fisik diutamakan di atas segalanya," tegas Gasperini.

Sumber: Football Italia

LATEST UPDATE