4 Faktor Krisis Pebalap Amerika Serikat di MotoGP
Anindhya Danartikanya | 13 Januari 2020 13:00
Bola.net - Kenny Roberts sr, Freddie Spencer, Eddie Lawson, Wayne Rainey, dan Kevin Schwantz. Penggemar MotoGP pasti tak asing dengan nama-nama ini. Mereka adalah para juara dunia asal Amerika Serikat yang berkuasa di era 1980 dan 1990an. Mereka adalah bukti Amerika Serikat juga pernah berjaya di ajang Grand Prix, seperti Spanyol dan Italia.
Sayangnya, sejak mendiang Nicky Hayden hengkang ke WorldSBK pada awal 2016, tak ada lagi rider Amerika Serikat di MotoGP. Belum ada yang jadi juara dunia lagi sejak Hayden pada 2006, dan belum ada lagi yang meraih kemenangan sejak Ben Spies di Assen, Belanda, pada 2011.
John Hopkins, yang turun di MotoGP 2002 dalam usia 19 tahun dan kini menjadi pengamat balap motor, mengaku sangat sedih melihat fakta ini. Bahkan, Amerika Serikat juga hanya punya satu wakil di kelas yang lebih ringan, yakni Joe Roberts di Moto2.
Pria yang pernah membela Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki ini pun yakin ada tiga faktor yang mengakibatkan keruntuhan dan krisis Amerika Serikat di MotoGP. Apa saja? Berikut pernyataan Hopkins lewat Motorsport Total.
Tak Punya Struktur Pendukung
Hopkins menyebut bahwa Amerika Serikat tengah krisis struktur dan dukungan dari pemerintah dan publik, meski AMA Superbike telah di-rebranding menjadi MotoAmerica sejak 2015.
"Sayangnya, kami tak punya struktur dan dukungan di Amerika Serikat jika dibandingkan negara-negara lain," ungkapnya. Padahal, kepindahan Hayden dari AMA Superbike ke MotoGP pada 2003 lalu sangat didukung kuat oleh Honda Racing Corporation (HRC) di Jepang.
Uniknya, hal yang sama juga terjadi di WorldSBK. Sejak Hayden di Malaysia pada 2016, tak ada rider Amerika Serikat yang pernah meraih kemenangan di kejuaraan itu. Mereka juga hanya punya satu wakil pada 2020, yakni Garret Gerloff di GRT Yamaha.
Kejuaraan Nasional Kurang Bombastis
"Tak ada batu loncatan yang benar-benar nyata untuk naik ke MotoGP. Selama satu dekade terakhir, sangat banyak pebalap bertalenta di Amerika Serikat, tapi tak ada kejuaraan yang benar-benar jadi wadah mereka untuk membuktikannya dan melaju ke langkah berikutnya," ujar Hopkins.
Hopper pun mengaku bahwa saat dirinya masih berkompetisi di Amerika Serikat, situasinya jauh lebih mudah. "Saya turun di kejuaraan Amerika Serikat dan loncat ke MotoGP. AMA Superbike tadinya salah satu kejuaraan terkuat di dunia. Semua pabrikan terlibat, gajinya sangat tinggi," ungkapnya.
"Presentasi tim dulu juga sangat berbeda. Ada penayangan besar-besaran di televisi, kami jadi pusat perhatian. Kini, sudah tak lagi. MotoAmerica mencoba mengatur ulang semuanya. Sayangnya, mereka tak punya sumber daya untuk pemasaran, televisi, dan lainnya," lanjut Hopkins.
MotoGP Tak Terlalu Populer di Amerika Serikat
Hopkins pun tak memungkiri bahwa penggemar MotoGP di Amerika Serikat tidaklah sebesar di Eropa, Asia, dan Amerika Selatan. "Jadi jelas sangat sulit bagi semua orang untuk menginvestasikan uangnya dan membuat kejuaraan menjadi besar," tuturnya.
"Amerika Serikat adalah negara besar dengan banyak talenta, tapi semua disia-siakan. Sayangnya, 'pasar' balap motor memang tak ada saat ini," ungkap Hopkins, yang berharap Dorna Sports juga menggelar ajang junior sejenis Asia Talent Cup, British Talent Cup, dan Northern Talent Cup di Negeri Paman Sam.
"Kejuaraan macam itu bakal sangat baik dan membantu progres. Sayangnya, memang tak ada pasar untuk balap motor. Jumlah penonton dan jumlah pemasukan MotoGP di Amerika Serikat memang bagus, tapi tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan negara lain," kisahnya.
Hanya Fokus ke Harley Davidson
Hopkins juga meyakini, kurangnya popularitas MotoGP di Amerika Serikat juga dipengaruhi faktor kurang populernya motor-motor produksi massal dari Jepang dan Eropa, yang saat ini justru berkiprah di MotoGP.
"Thailand adalah contoh pasar yang baik. Ada antusiasme besar untuk motor di sana. Industri motor juga sangat besar di Inggris. Tapi Amerika Serikat hanya fokus pada Harley Davidson. Jadi memang tak ada pengaruh yang besar untuk olahraga balap motor," ujarnya.
"Waktu terus berjalan, dan tak ada rider muda yang dibimbing. Bakal butuh waktu lebih lama lagi sampai ada mampu tampil mencolok dan benar-benar mau melakukannya. Tapi saat saya turun di MotoGP, sedikit rider Amerika Serikat yang mau ke sana. Sejarah sepertinya terulang dengan sendirinya," pungkas Hopkins.
Baca Juga:
- Cal Crutchlow: Valentino Rossi Jarang Cedera, Tak Seperti Saya
- Iannone Kena Kasus Doping, 4 Orang Jadi Kandidat Test Rider Aprilia
- Belasungkawa MotoGP Atas Tewasnya Paulo Goncalves di Reli Dakar
- Ingin Pensiun, Crutchlow Pede Honda Bakal Beri Kontrak Baru
- Max Biaggi Beri 'Kode' Peluang Jajal Motor MotoGP Aprilia
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Hanya Andalkan Kontribusi 3 Pembalap, Ducati Kunci Gelar Dunia Konstruktor MotoGP 2025
Otomotif 6 September 2025, 21:04 -
Hasil Lengkap dan Klasemen Pembalap MotoGP 2025
Otomotif 6 September 2025, 20:34 -
Update Klasemen Pembalap MotoGP 2025
Otomotif 6 September 2025, 20:34 -
Klasemen Sementara MotoGP 2025 Usai Sprint Race Seri Catalunya
Otomotif 6 September 2025, 20:33
LATEST UPDATE
-
Jadwal, Hasil Lengkap, Klasemen, dan Top Skor Kualifikasi Piala Asia U-23 2026
Tim Nasional 6 September 2025, 22:55 -
Man of the Match Timnas Indonesia U-23 vs Makau: Arkhan Fikri
Tim Nasional 6 September 2025, 22:32 -
Terlewatinya Catatan Gol Francesco Totti di Timnas Italia
Piala Dunia 6 September 2025, 22:08 -
Update Klasemen Pembalap MotoE 2025
Otomotif 6 September 2025, 21:48 -
Hasil Race 2 MotoE Catalunya 2025: Eric Granado Raih Kemenangan Ganda untuk LCR E-Team
Otomotif 6 September 2025, 21:44 -
Daftar Pabrikan Motor dengan Gelar Dunia Konstruktor MotoGP Terbanyak dalam Sejarah
Otomotif 6 September 2025, 21:36
LATEST EDITORIAL
-
Isak Catat Rekor Baru, Ini 5 Transfer Termahal Premier League
Editorial 3 September 2025, 14:48 -
Rekor Pecah Lagi! 5 Pemain Liverpool dengan Harga Fantastis
Editorial 3 September 2025, 13:18 -
6 Pemain yang Menolak Chelsea untuk Gabung Tottenham, Termasuk Xavi Simons
Editorial 1 September 2025, 17:24