
Bola.net - - Oleh: Gia Yuda Pradana
Seratus tahun sudah berdiri dan turut mewarnai persepakbolaan Italia. Di musim 2013/14 ini, setelah melalui pasang-surut selama hampir dua dekade terakhir, Parma kembali menunjukkan tajinya. Semua itu tak lepas dari peran Antonio Cassano, sang fantasista.
Di Italia, pemain dengan skill tinggi dan permainan jenius ibarat tokoh dari negeri fantasi kerap disebut fantasista. Sejumlah nama sudah pernah menyandang julukan tersebut. Sebut saja Roberto Baggio, Alessandro Del Piero atau Gianfranco Zola. Saat ini, yang masih beredar di Italia hanya tersisa dua. Salah satunya, kapten AS Roma Francesco Totti. Satu lagi adalah Cassano, bintang teranyar Parma dan penerus takhta Zola sebagai fantasista di Emilia-Romagna.
Cassano, 31, sebelum direkrut Parma dari Inter Milan pada bursa transfer musim panas 2013 dengan Ishak Belfodil menuju Giuseppe Meazza, dianggap sudah lewat masa-masa keemasannya.
Setelah menunjukkan talenta istimewanya kepada dunia bersama , Cassano berlabuh di AS Roma. Namanya semakin besar. Namun, akibat emosi yang sering tak terkontrol dan berujung pada sederet konflik dengan pihak klub, Cassano mulai tenggelam. Dia gagal total di Real Madrid, memantik masalah di , gagal bermain optimal di AC Milan dan terlibat konflik internal dengan La Beneamata.
Banyak orang menilai Cassano sudah habis, apalagi setelah menjalani operasi jantung ringan ketika masih memperkuat Milan dan tak pernah dipanggil lagi ke tim nasional pascafinal Euro 2012. Beberapa bahkan menyebut Cassano sudah terlalu gemuk untuk ukuran seorang pesepakbola profesional. Intinya, takkan ada lagi klub yang rela mengeluarkan dana sampai €30 juta untuk membeli Cassano, seperti ketika Roma menebusnya dari Bari pada 2001 silam setelah melihat talentanya yang istimewa dengan sebuah gol brilian ke gawang Inter.
Namun, Cassano berubah sejak berlabuh di Ennio Tardini. Pria yang sudah beristri dan memiliki sebuah keluarga bahagia itu, bukan lagi sosok playboy seperti saat masih di Madrid - berdasarkan biografi yang ditulisnya. Yang terpenting, Cassano mulai menemukan kembali sentuhan-sentuhan ajaibnya di atas lapangan.
Form is temporary, class is permanent.
Cassano tak lagi muda. Kecepatannya mulai menurun. Namun, operan-operan dan finishing-nya masih termasuk jajaran pemain kelas dunia.
Hingga giornata 12, tak ada pemain lain di Serie A musim ini yang operan terobosan akuratnya melebihi Cassano (6). Sementara itu, untuk urusan key pass (2,8 per laga), Fantantonio hanya kalah dari Totti (3,5), eks partnernya di Roma, dan pemain Bologna Alessandro Diamanti (3). Selain itu, kemampuannya melepas crossing tepat sasaran pun tetap bisa diandalkan. Cuma pemain Atalanta Luca Cigarini (2,8 per laga) dan winger Cagliari Andrea Cossu (2,7) yang lebih unggul darinya.

(Statistik per giornata 12 © WhoScored)
Musim ini, Cassano sudah mengoleksi 5 gol dan 3 assist. Satu dari lima golnya, dia ciptakan ke gawang Milan ketika Parma menang 3-2 di Ennio Tardini pada giornata 9.
Pada giornata 13, laga terkini di Serie A, Napoli membuktikan sendiri betapa istimewanya seorang Cassano. Dia tampil hebat dan membawa Parma menang 1-0 di kandang Napoli. Itu adalah kekalahan pertama Napoli di San Paolo musim ini. Parma pun bertengger di peringkat 9 klasemen sementara dan zona Eropa berada dalam jangkauan mereka.
Kemenangan atas Milan dan Napoli memang istimewa. Namun, performa terbaik Cassano diperlihatkannya saat menghantam Sassuolo 3-1 pada giornata 7, di mana dia menorehkan dua assist dan satu gol yang dirayakannya dengan tarian Samba. Usai laga tersebut, pelatih Roberto Donadoni bahkan menyatakan bahwa Cassano telah kembali ke level optimal.
Samba? Ya, Cassano masih bertekad pergi ke Piala Dunia 2014 di Brasil bersama Azzurri. Dengan performa seperti sekarang, rasanya itu bukanlah mimpi yang mustahil.
Bagi Cassano, Parma adalah kesempatan kedua. Bagi Parma, Cassano adalah berkah, bahkan bisa dibilang sebagai hadiah terindah dalam perayaan 100 tahun berdirinya mereka.
Adakah kemungkinan Cassano memunculkan kembali penyakit lamanya, memicu konflik internal? Mungkin saja. Namun, direktur Pietro Leonardi telah memberinya peringatan keras di awal. Leonardi takkan segan "menamparnya beberapa kali" kalau dia kembali berulah. Lagipula, hal seperti itu akan sangat merugikan Cassano sendiri, yang berambisi tampil di Piala Dunia terakhirnya tahun depan.
Berkat kepercayaan Parma, Cassano kembali unjuk kehebatan. Hal ini mungkin takkan terjadi seandainya presiden Tommaso Ghirardi tidak memboyongnya dari Inter.
Pada 13 Oktober 2013 lalu, sebuah laga digelar untuk memperingati seabad berdirinya Parma. Laga bertajuk Trofeo del Centenario itu digelar di Ennio Tardini, disaksikan 6.698 penonton, dan dimeriahkan oleh sederet pemain terkini serta beberapa mantan bintang yang pernah bermarkas di Emilia-Romagna. Cassano juga ambil bagian.
Laga itu sendiri seolah menjadi pengingat tentang masa-masa kejayaan Parma ketika pernah meraih tiga gelar Coppa Italia, sekali runner-up Serie A, dua kali juara Piala UEFA serta kampiun Cup Winner's Cup dan Piala Super Eropa saat masih dikuasai keluarga Tanzi dengan Parmalat-nya.
Di masa silam, Parma adalah gudangnya pemain bintang. Beberapa nama tenar sudah pernah memakai seragam kebesaran Gialloblu. Sebut saja kiper Brasil Claudio Taffarel, portiere nomor satu Italia sekarang Gianluigi Buffon, bek tangguh Fabio Cannavaro dan Lilian Thuram, pemain tengah jempolan semacam Juan Veron, Matias Almeyda, Sergio Conceicao, Diego Fuser, Dino Baggio hingga Ariel Ortega, serta barisan attaccante dahsyat seperti Faustino Asprilla, Hernan Crespo, Enriceo Chiesa, Adrian Mutu, Marcio Amoroso hingga Zola.
Di era 1990-an, bersama Juventus, Milan, Inter, Roma, Lazio dan Fiorentina, Parma bahkan termasuk satu dari tujuh klub terkuat di Italia, yang waktu itu terkenal dengan sebutan Il Sette Magnifico (The Seven Magnificent).
Namun, Parma tenggelam setelah Parmalat diyatakan bangkrut pada 2004 dengan defisit mencapai €14 miliar, padahal mereka sudah menjual Veron pada tahun 1999, Crespo tahun 2000, Buffon, Thuram dan Amoroso tahun 2001, Cannavaro, Marco Di Vaio dan Almeyda tahun 2002, lalu Evanilson, Conceicao serta Mutu pada 2003.
Ghirardi lalu mengakusisi Parma. Meski sempat terlempar ke Serie B untuk kali pertama sejak 1990, Parma naik lagi ke Serie A. Keadaannya jelas jauh berbeda. Parma sekarang tak bisa lagi begitu saja mengeluarkan uang £22 juta untuk membeli pemain seperti Savo Milosevic - rekrutan mahal terakhir keluarga Tanzi.
Namun, Ghirardi punya rencana spesial. Pada musim panas kemarin, dengan perayaan seabad Parma dalam agendanya, Ghirardi berniat memberi para tifosi setia Gialloblu sebuah hadiah. "Kami ingin melakukan sesuatu yang istimewa, sesuatu yang luar biasa dan bisa membuat para tifosi bahagia," katanya waktu itu.
Hadiah yang dipilih Ghirardi adalah Cassano dan diberikan lebih awal dari hari H. Sekitar 3000 tifosi memadati Ennio Tardini untuk menghadiri presentasinya, antusiasme yang tak pernah terlihat sejak Parma mendatangkan Hristo Stoichkov dari Barcelona pada 1995.
Sejauh ini, hadiah bernama Cassano itu terbukti sanggup memenuhi harapan Ghirardi, pihak klub, juga publik Emilia-Romagna. Dia pun menjadi bintang teranyar serta idola baru para tifosi Gialloblu.
Sungguh hadiah yang istimewa.
Kalau menurut Anda, apakah hadiah terbaik untuk diberikan guna merayakan momen yang sangat spesial? Kalau Ghirardi, dia memberi Parma seorang fantasista.
*Data dan statistik via WhoScored.
Advertisement
Berita Terkait
-
Liga Italia 5 Desember 2025 18:28Saksikan Live Streaming Serie A 2025/2026: Napoli vs Juventus, Eksklusif di Vidio
-
Liga Italia 5 Desember 2025 16:04Ayah Santiago Gimenez Beri Kepastian Soal Masa Depan Putranya di AC Milan
-
Editorial 5 Desember 2025 14:58Dari Salah hingga Neymar, 8 Pemain Top yang Anjlok Drastis di Musim 2025/2026
LATEST UPDATE
-
Bundesliga 5 Desember 2025 20:00 -
Liga Inggris 5 Desember 2025 19:57 -
Liga Inggris 5 Desember 2025 19:49 -
Piala Dunia 5 Desember 2025 19:43 -
Liga Inggris 5 Desember 2025 19:30 -
Liga Inggris 5 Desember 2025 19:18
MOST VIEWED
- 10 Target Wing Back Manchester United untuk Bursa Transfer Januari, Siapa yang Cocok buat Ruben Amorim?
- Best XI Serie A: Napoli yang Juara, Inter Milan yang Mendominasi di Starting XI, dan Magis McTominay
- 7 Legenda Premier League yang Rekor Assist-nya Dilewati Bruno Fernandes, Termasuk Mesut Ozil dan Paul Scholes
- 6 Opsi Klub Baru Marcus Rashford jika Tak Dipermanenkan Barcelona
HIGHLIGHT
- 7 Pemain dengan Jumlah Assist Terbanyak Sepanjang ...
- 10 Pemain Termuda Sepanjang Sejarah Liga Champions...
- 4 Calon Pengganti Benjamin Sesko di Manchester Uni...
- 8 Penendang Penalti Terbaik Sepanjang Masa di Prem...
- Nasib Penggawa Inter Milan Peraih Treble 2010: Dar...
- 3 Pemain Terbaik Versi Zlatan Ibrahimovic: Messi N...
- Terancam Gagal ke Piala Dunia, 6 Pemain Inggris In...

















:strip_icc()/kly-media-production/medias/5434635/original/002249800_1764937039-IMG_5347.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5434640/original/028588900_1764938232-IMG_5351.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5431695/original/094169400_1764745318-7.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5377547/original/011756500_1760103043-Pernikahan_Kakek_Tarman_dengan_Shela_di_Pacitan.jpeg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5345524/original/081939800_1757566095-WhatsApp_Image_2025-09-10_at_17.03.36.jpeg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5434459/original/034032800_1764928015-Bupati_aceh_selatan_mirwan.png)

