Ralf Rangnick: Profesor Sepakbola Jerman, Bundesliga, dan Schalke

Bola.net - - Oleh: Zulfikar Aleksandri
"Sebelum pertandingan, bila ada orang yang mengatakan kami bisa mengalahkan Inter dengan selisih tiga gol, dia bisa dianggap gila," Itulah kalimat yang diucapkan Rangnick sesaat setelah Schalke menghajar Inter di Giuseppe Meazza dengan skor fantastis, 5-2! Dan sekarang kita semua benar-benar 'gila'. Schalke membuktikan kalimat "impossible is nothing". Dua kali tertinggal dari Inter Milan, salah satunya melalui gol voli spektakuler Dejan Stankovic pada menit pertama, tak membuat mental Royal Blues ambruk. Raul Gonzales dkk menunjukkan mental dan karakter khas Jerman. Karakter tim-tim Bundesliga. Pantang menyerah berapa pun gol yang telah masuk ke gawang. Di Giuseppe Meazza, Schalke menunjukkan karakter itu. Bahkan suporter Schalke sendiri pun mungkin tak akan menyangka timnya mencetak LIMA gol ke gawang juara bertahan di kandang lawan. Itu masih dengan catatan Schalke tak diperkuat Klaas-Jan Huntelaar. Joel Matip, Edu, dan Raul menjawab keraguan publik Jerman, yang bahkan tak yakin Schalke mampu melangkah lebih jauh dari finalis tahun lalu Bayern Munich -yang ironisnya disingkirkan Inter pada fase sebelumnya.
Bintang Lima: Raul merayakan gol ketiga Schalke di Giuseppe Meazza. Schalke menang telak 5-2 atas Inter. (foto: AP) Bagi Raul, gol ke gawang Inter adalah gol ke-70 legenda Santiago Bernabeu itu di Liga Champions. Gol yang menjaga impiannya bertemu Real Madrid di final. Selain Raul dkk, siapa aktor di balik kesuksesan Schalke? Ralf Rangnick. Pelatih berusia 52 tahun ini baru beberapa pekan melatih Schalke setelah menggantikan Felix Magath. Seperti pelatih-pelatih sukses lainnya, Rangnick tak punya rekor istimewa saat masih jadi pemain. Ia hanya berstatus pemain amatir meski sempat bergabung VfB Stuttgart. Gagal menjadi pemain profesional tak menyurutkan langkah Rangnick. Ia sempat mengambil studi ke Inggris dan bermain untuk tim amatir Southwick FC. Saat kembali ke Jerman, ia memulai karir kepelatihan, lagi-lagi bersama tim amatir SSV Reutlingen dan SSV Ulm. Ia membawa Ulm menjuarai divisi tiga tahun 1998. Prestasi yang membuatnya mulai dilirik mantan timnya, Stuttgart. Rangnick sukses membawa tim itu ke semifinal Piala Jerman dan 16 besar Piala UEFA. Rangnick pernah melatih Schalke musim 2004/05 lalu, menggantikan posisi Jupp Heynckes. Saat itu ia baru saja gagal menjadi asisten pelatih Joachim Loew di timnas Jerman. Ia sukses membawa Schalke ke final Piala Jerman dan runner up Bundesliga, dua-duanya kalah dari Bayern.
Football Professor: Rangnick mengawali karir dan sukses bersama tim-tim amatir, membuatnya dijuluki The Professor. (foto: Reuters) Merasa "cukup" di level atas bersama Schalke, Rangnick memilih ke habitat lamanya, tim gurem di divisi bawah. Hoffenheim beruntung mendapatkannya. Tangan dingin Rangnick membawa Hoffe promosi dari divisi tiga ke Bundesliga hanya dalam waktu dua tahun! Bahkan pada musim perdana dalam sejarahnya di Bundesliga, Hoffenheim tampil memukau. Vedad Ibisevic dkk juara paruh musim 2008/09 dan bertahan di papan atas hingga akhir kompetisi. Romantisme Rangnick dengan Hoffe berakhir awal tahun ini saat ia memutuskan untuk mundur setelah klub menjual Luis Gustavo ke Bayern Munich tanpa sepengetahuannya. Ironis. Di balik kejeniusannya meracik strategi, Rangnick punya prinsip, karakter, disiplin, dan profesionalisme tinggi. Di Jerman, Rangnick punya julukan "The Professor" atau "Football Professor", julukan yang hampir sama diberikan pada Arsene Wenger di Inggris. Bukan kebetulan bila Rangnick juga mengagumi kejeniusan taktik dan startegi Wenger. Kini satu kaki Schalke sudah di semifinal Liga Champions. Bukan FIFA Manager 2011, di mana Ralf Rangnick ada di covernya.