Graham Potter yang menggantikan Thomas Tuchel memulai karier bersama Chelsea dengan hasil mentereng. Di bawah kendali Graham Potter, Chelsea lima kali menang dan sekali imbang pada enam laga yang dimainkan di semua ajang.

Kepa Arrizabalaga tampil bagus pada empat laga terakhir Chelsea, dua kali melawan AC Milan di Liga Champions serta dua pertandingan di Liga Inggris melawan Wolves dan Aston Villa Kepa mencatat nirbobol. Kepa juga memanfaatkan momen cederanya Mendy dan kedatangan manajer baru untuk mendapatkan tempat utama di Chelsea.

Trevoh Chalobah tidak begitu saja masuk dalam starting XI era Potter. Pemain 23 tahun itu mendapat 'keberuntungan' dengan cedera yang dialami Wesley Fofana di laga melawan Milan. Dari situ, Chalobah mendapat menit bermain dan memanfaatkannya dengan baik. Chalobah tampil solid di laga melawan Milan. Selanjutnya, Chalobah juga bermain sangat solid saat The Blues menang lawan Aston Villa.

Ruben Loftus-Cheek menggantikan posisi Kante yang sedang dilanda cedera. Loftus-Cheek tampil penuh dan menunjukkan performa yang luar biasa di dua pertandingan Chelsea. Ketika pulih dari cedera, Kante harus bekerja keras untuk menggusur tempat Loftus-Cheek di skuat utama Chelsea.

Conor Gallagher tampil bagus bersama Crystal Palace musim lalu. Namun, dia belum dilirik Tuchel ketika kembali ke Chelsea diawal musim ini. Dibawah asuhan Potter, Gallagher diberikan kesempatan menit bermain yang lebih banyak.

Performa Mason Mount memang belum stabil, akan tetapi cenderung terus meningkat dibawah Graham Potter. Melihat banyak kelebihan, Potter mencoba memainkan Mount untuk beberapa posisi berbeda dan menjawab kepercayaan itu dengan baik. Pada saat melawan Aston Villa, ia mencetak dua gol bagi kemenangan Chelsea.

Hengkangnya Tuchel menjadi kabar buruk bagi Pierre-Emerick Aubameyang. Namun, pemain 33 tahun tidak patah arang dan tampil bagus bersama Potter. Aubameyang selalu bermain pada tiga laga awal Chelsea bersama Potter. Hasilnya, Auba mencetak dua gol dan satu assist.