Cerita Penutup Piala Presiden 2025: Ketika Sepak Bola, Teknologi, dan Mimpi Masa Kecil Bertemu dalam Satu Panggung

Cerita Penutup Piala Presiden 2025: Ketika Sepak Bola, Teknologi, dan Mimpi Masa Kecil Bertemu dalam Satu Panggung
Piala Presiden 2025 ditayangkan di Vidio dan Indosiar. (c) dok.Vidio

Bola.net - Minggu malam, 13 Juli 2025. Langit di atas Stadion Si Jalak Harupat tampak berbeda. Di balik atmosfer yang tenang, ada ribuan pasang mata menanti dua hal. Siapa yang akan mengangkat trofi, serta apa yang akan terjadi di langit setelah peluit akhir dibunyikan.

Di tengah suhu Bandung yang khas, Oxford United dan Port FC bersiap menciptakan sejarah. Dua tim asing, satu dari Inggris dan satu lagi dari Thailand, kini berdiri di garis akhir sebuah turnamen yang dimulai hanya tujuh hari lalu. Tak ada tim lokal, tak ada Persib, tapi euforia tak surut. Piala Presiden 2025 telah menjelma menjadi lebih dari sekadar turnamen pramusim biasa.

Di luar lapangan, kru teknis tengah menghitung waktu. Ratusan drone siap terbang. Anak-anak yang berlatih juggling sejak pagi bersiap masuk lapangan. Malam ini bukan hanya tentang skor akhir. Ini adalah malam penuh simbol, ketika sepak bola, teknologi, dan mimpi masa kecil bertemu dalam satu panggung.

1 dari 4 halaman

Dari Inggris dan Thailand, untuk Indonesia

Dari Inggris dan Thailand, untuk Indonesia

Aksi gelandang Oxford United, Marselino Ferdinan dalam laga Piala Presiden 2025 versus Liga Indonesia All Star di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (6/7/2025). (c) Bola.net/M Iqbal Ichsan

Tua tim asing sukses menembus final. Bagi Oxford United dan Port FC, ini bukan sekadar undangan wisata pramusim. Mereka datang dengan niat, bermain dengan hati, dan membuktikan bahwa undangan dari Asia Tenggara pun bisa menghadirkan cerita yang berkesan.

“Ini kan pertama kali ada dari Inggris sama Thailand datang. Mereka dua-duanya masuk final, jadi kita mau buat sejarah yang baik,” ucap Maruarar Sirait, Ketua Steering Committee Piala Presiden 2025. Kalimat itu mengandung kebanggaan, sekaligus harapan.

Dari segi permainan, laga ini adalah suguhan tak biasa bagi publik Bandung. Stadion yang biasanya bergemuruh karena Persib, kini menjadi saksi keseriusan dua tim yang membawa warna berbeda. Penonton tak cuma melihat sepak bola, mereka menyaksikan babak baru tentang keterbukaan dan level kompetisi yang mulai naik kelas.

2 dari 4 halaman

Langit, Lampu, dan Seribu Impian

Langit, Lampu, dan Seribu Impian

Aksi Uilliam Barros pada laga Persib Bandung vs Port FC di Piala Presiden 2025 (c) PERSIB.co.id/Fernando Hero

Setelah peluit panjang dibunyikan, lampu stadion sedikit meredup. Dari sudut-sudut yang sebelumnya gelap, ratusan drone perlahan mengudara. Mereka membentuk pola, menari, menyala, menciptakan pertunjukan visual di langit Bandung. Sorak-sorai tak hanya datang dari tribune, tapi juga dari para kru yang telah berbulan-bulan menyiapkan pertunjukan ini.

“Doain ya dronenya lancar… kita buat drone yang mudah-mudahan bisa dinikmati warga Kota Bandung,” ujar Maruarar dengan nada harap, sehari jelang laga pemungkas. Tak hanya warga kota, seluruh Indonesia menyaksikan pertunjukan itu lewat layar kaca, menyatu dalam kehangatan akhir pekan. "Kalau dari ratingnya, katanya cukup tinggi lah kami ini. Rating TV-nya, ya. Terima kasih itu udah buat SCTV sama Indosiar dari Bu Siwi, ratingnya bagus, makanya sponsornya happy semua ini."

Ratusan anak juga akan masuk ke lapangan. Mereka menggiring bola, juggling dengan serius. Bagi sebagian, ini adalah malam pertama tampil di hadapan ribuan orang. “Saya kasih suatu saat dengan doa dan usaha. Kalian bisa jadi salah satu pemain dari 11 pemain itu yang ada di sini,” kata Maruarar. Kata-kata yang sederhana, tapi mengguncang hati banyak orang.

3 dari 4 halaman

Lebih dari Trofi, Ini Tentang Rakyat

Lebih dari Trofi, Ini Tentang Rakyat

Ketua Steering Committe (SC) Piala Presiden 2025, Maruarar Sirait, saat mendatangi pelaku UMKM di Stadion Gelora Bung Karno. (c) Dok. Piala Presiden 2025

Di balik panggung gemerlap dan trofi Rp5,5 miliar, ada cerita lain yang tak kalah penting. Cerita tentang tukang ojek yang lebih banyak mengantar penumpang. Tentang warung makan yang ludes dagangannya. Tentang pedagang asongan yang akhirnya bisa bawa pulang lebih untuk keluarganya.

“Seperti pesan Presiden kan, harus berdampak kepada rakyat kecil,” ujar Maruarar. “Ya kepada ojek-ojek, kepada hotel, perumahan yang ada… buat makanan-makanan, pedagang kaki lima, asongan. Harus ada dampaknya bagi ekonomi lokal.”

Tanpa dana APBN, tanpa sokongan BUMN, Piala Presiden 2025 berjalan dengan sokongan sponsor yang mencapai Rp68 miliar. Tidak hanya transparan—diaudit oleh PWC—tapi juga adil, karena tidak ada pengaturan skor, tidak ada tekanan terhadap hasil. Bahkan ketika Persib gagal lolos, semuanya berjalan lancar. “Persib tidak lolos, tapi baik-baik saja. Terima kasih buat Bobotoh juga… saya pikir jiwa besar yang baik,” tuturnya.

4 dari 4 halaman

Bandung, Rumah yang Pantas

Bandung, Rumah yang Pantas

Konferensi pers Piala Presiden 2025, pada Jumat 13 Juni 2025. (c) Bola.net/Bagaskara Lazuardi

Bagi Maruarar dan timnya, Bandung adalah pilihan yang tepat. Kota ini tidak hanya menyediakan stadion dan penonton, tapi juga energi positif. “Makanya gak salah Bandung jadi tuan rumah itu gak salah. Karena menurut saya jadi tuan rumah yang sangat baik ya… walaupun belum berhasil, tapi aman, lancar. Semuanya happy.”

Dukungan dari Wali Kota, TNI, Polri, hingga masyarakat sipil membuat semuanya terasa ringan. “Kita tim lah, team work… super team, gak ada superman,” ujarnya. Kerendahan hati dan rasa terima kasih itu mengalir dalam setiap pernyataannya—bukan karena ingin dipuji, tapi karena tahu betapa beratnya menjaga stabilitas dan keamanan acara seperti ini.

Ketika semua lampu menyala kembali, semua orang tahu bahwa malam ini bukan hanya tentang siapa yang menang. Ini tentang kerja keras yang dibalas tuntas, tentang lapangan yang jujur, tentang anak-anak yang bermimpi, dan tentang Bandung yang membuktikan bahwa rumah tak selalu harus juara, tapi harus selalu ramah.