Kepedihan dan Pembelajaran: Narasi Getir MU di Era Ruben Amorim yang Pantang Mundur

Kepedihan dan Pembelajaran: Narasi Getir MU di Era Ruben Amorim yang Pantang Mundur
Harry Maguire usai laga Premier League antara Manchester United vs West Ham, Minggu (11/5/2025). (c) AP Photo/Ian Hogdson

Bola.net - Suara Ruben Amorim bergema di Old Trafford seusai pertandingan penutup musim ini, namun bukan sorak-sorai kemenangan yang terdengar di hadapan publik fans Manchester United.

Pelatih berkebangsaan Portugal tersebut justru meminta maaf kepada fans setelah MU mencatatkan musim terburuk dalam sejarah Premier League.

Dengan pencapaian akhir terendah dan perolehan poin paling menyedihkan sepanjang era modern, Amorim tak mengelak dari terpaan kritik.

Meski begitu, di balik permohonan maafnya, tersimpan pesan yang tegas: "Hari baik akan datang, asal kita memilih untuk maju bersama."

Bagaimana strategi Amorim dalam merancang transformasi di MU? Mari kita telaah analisis menyeluruhnya.

1 dari 5 halaman

Musim yang Patut Dihapus dari Ingatan

Musim yang Patut Dihapus dari Ingatan

Rasmus Hojlund dalam laga Tottenham vs Manchester United di final Liga Europa 2024/2025, Kamis (22/5/2025). (c) AP Photo/Bernat Armangue

Rekor 7 kemenangan dari 27 laga Premier League menjadi cerminan betapa kelam performa MU di bawah asuhan Amorim. Mereka bahkan sempat dijuluki "salah satu tim terburuk dalam sejarah klub" oleh pelatihnya sendiri.

Kekalahan di final Liga Europa dan ketidakmampuan berkompetisi di jajaran elit liga menjadi puncak kekecewaan. Namun Amorim tidak ingin terbelenggu dalam penyesalan.

"Musim ini sudah berakhir. Kita harus memilih: tetap terpuruk atau bangkit bersama," tegasnya.

Kunci transformasi terletak pada dedikasi bersama. Tanpa hal tersebut, MU akan terus menjadi sasaran cemoohan.

2 dari 5 halaman

Perintah Tegas dan Otoritas Penuh Amorim

Keputusan mengundang Amorim dalam pertemuan eksekutif di Monaco mencerminkan kepercayaan manajemen terhadapnya. Sang pelatih pun tidak segan mengambil tindakan decisif, termasuk merevisi komposisi skuad dan mempertimbangkan pelepasan Alejandro Garnacho.

"Ini tentang otoritas. Saya akan memimpin musim depan dengan cara saya," pesan Amorim ke para pemain di Carrington. Posisinya jelas: tidak ada lagi toleransi untuk pemain yang tidak sejalan dengan visinya.

Dukungan penuh dari jajaran manajemen memberikan Amorim fondasi yang solid untuk membangun MU sesuai konsepnya.

3 dari 5 halaman

Secercah Sinar di Tengah Kekelaman

Secercah Sinar di Tengah Kekelaman

Pelatih Manchester United, Ruben Amorim. (c) AP Photo/Bernat Armangue

Kemenangan 2-0 atas Aston Villa di laga terakhir setidaknya memberi secercah harapan. MU tampil lebih baik meski Villa bermain dengan 10 pemain sejak babak pertama.

Meski performanya terlambat, Amorim tetap mencari aspek positif. "Saya lelah dengan musim ini, tapi justru sangat bersemangat untuk memulai yang baru," ujarnya.

Laga tersebut menjadi bukti bahwa skuad ini masih mampu menampilkan permainan layak—apabila mindset mereka tepat.

4 dari 5 halaman

Ujian Berat yang Menanti

Amorim menyadari, perjuangan sesungguhnya baru akan dimulai. Periode musim panas ini akan menjadi fase vital untuk mendatangkan pemain yang selaras dengan filosofinya dan membersihkan "sampah" di skuad.

Permasalahan seperti inkonsistensi, mental lemah, dan konflik internal harus diatasi. Namun pelatih berusia 39 tahun itu tetap optimis. "Penderitaan musim ini akan jadi bahan bakar perubahan," tegasnya.

Dengan sokongan para penggemar dan manajemen, Amorim memiliki peluang untuk menulis ulang sejarah MU.

5 dari 5 halaman

Masa Depan Cerah Man United, Mungkinkah Terwujud?

Masa Depan Cerah Man United, Mungkinkah Terwujud?

Bruno Fernandes usai Manchester United gagal juara Liga Europa 2024/2025 (c) AP Photo/Bernat Armangue

Amorim telah memberikan ultimatum, tidak hanya kepada para pemain tetapi juga seluruh keluarga besar MU. Musim mendatang akan menjadi ujian hakiki bagi proyeknya.

Jika berhasil, periode kelam ini akan menjadi luka yang sembuh membentuk karakter lebih kuat. Jika gagal, "salah satu tim terburuk dalam sejarah" mungkin bukan lagi sekadar metafora.