Seberapa Rendah Liverpool Pernah Finish? Catatan Terburuk dan Ancaman Musim Ini

Seberapa Rendah Liverpool Pernah Finish? Catatan Terburuk dan Ancaman Musim Ini
Curtis Jones, Ryan Gravenberch, dan Alexis Mac Allister tampak kecewa setelah Liverpool kebobolan gol keempat dari pemain PSV, Couhaib Driouech pada laga Liga Champions di Anfield. (c) AP Photo/Jon Super

Bola.net - Liverpool dikenal sebagai salah satu kekuatan konsisten di Liga Inggris, terutama sejak era Premier League dimulai pada 1992. 

Mereka dua kali menjadi juara, termasuk pada musim 2024/2025 di bawah Arne Slot, dan kerap bersaing di papan atas. Namun sejarah juga mencatat momen ketika performa mereka melorot drastis.

Perjalanan panjang klub ini memperlihatkan bahwa tidak semua musim berjalan mulus. Ada situasi ketika skuat kesulitan menemukan ritme permainan dan berakhir jauh dari target empat besar. Kondisi seperti itu kembali disorot setelah performa Liverpool musim ini menurun tajam.

Dengan awal musim yang sulit dan sederet kekalahan, muncul pertanyaan besar: Apakah ini akan menjadi musim dengan posisi akhir terburuk dalam sejarah Premier League bagi Liverpool? 

1 dari 3 halaman

Catatan Finish Terendah Liverpool di Liga Premier

Catatan Finish Terendah Liverpool di Liga Premier

Reaksi pemain Liverpool, Mohamed Salah dalam pertandingan melawan Nottingham Forest di Premier League, Sabtu, 22 November 2025. (c) AP Photo/Ian Hodgson

Dalam sejarah Premier League, Liverpool belum pernah mengakhiri musim di paruh bawah klasemen. 

Namun, mereka beberapa kali mendekati titik itu, terutama ketika produktivitas dan stabilitas tim menurun. Musim 2011/2012 menjadi yang paling buruk dari sisi perolehan poin.

Pada musim tersebut, Liverpool hanya mengumpulkan 52 poin dan berada di posisi kedelapan. Skuatdyang ditangani Kenny Dalglish diisi pemain-pemain yang tidak mampu memberikan konsistensi. 

Mereka menutup musim satu tingkat di bawah Everton meski masih memiliki nama besar seperti Steven Gerrard dan Luis Suarez.

Finis posisi kedelapan pernah terjadi pada musim 1993/1994 dan 2015/2016, tetapi dengan 60 poin. Selain itu, Liverpool pernah tiga kali mengakhiri musim di posisi ketujuh, masing-masing pada musim 1998/1999, 2009/2010, dan 2012/2013.

2 dari 3 halaman

Rincian Musim dengan Finish Terendah

Rincian Musim dengan Finish Terendah

Arne Slot memberikan instruksi pada skuad Liverpool di laga lawan Nottingham Forest, Sabtu (22/11/2025). (c) AP Photo/Ian Hodgson

Beberapa musim mencerminkan betapa Liverpool sempat kesulitan bersaing. Perolehan poin menjadi indikator utama dalam melihat performa keseluruhan tim. Catatan musim 2011/2012 menjadi penanda terendah dari sisi hasil akhir.

Berikut daftar lengkap posisi terendah Liverpool berserta poin per musim:

  • Musim 2011/2012: posisi 8 dengan 52 poin dari 38 laga.
  • Musim 1998/1999: posisi 7 dengan 54 poin dari 38 laga.
  • Musim 1993/1994: posisi 8 dengan 60 poin dari 42 laga.
  • Musim 2015/2016: posisi 8 dengan 60 poin dari 38 laga.
  • Musim 2012/2013: posisi 7 dengan 61 poin dari 38 laga.
  • Musim 2009/2010: posisi 7 dengan 63 poin dari 38 laga.

Data ini memperlihatkan bahwa meskipun memiliki sejarah kuat, Liverpool tidak sepenuhnya luput dari penampilan mengecewakan. Variasi poin dan posisi menggambarkan fluktuasi yang pernah terjadi dalam perjalanan liga.

3 dari 3 halaman

Apakah Musim 2025/2026 Akan Jadi yang Terburuk?

Musim 2025/2026 mengawali babak baru ketidakpastian bagi Liverpool. Setelah dua belas pertandingan, mereka berada di posisi ke-11 dan telah kalah enam kali dari tujuh laga terbaru. Rentetan buruk sejak akhir September membuat tim merosot dari puncak klasemen menuju papan tengah.

Salah satu faktor utama penurunan performa adalah tidak maksimalnya para rekrutan baru seperti Alexander Isak dan Florian Wirtz. Sementara itu, lini belakang terlihat rapuh dengan performa yang jauh dari stabil. 

Pemain-pemain seperti Virgil van Dijk, Ibrahima Konate, Jeremy Frimpong, dan Milos Kerkez belum mampu menunjukkan konsistensi.

Di tengah tekanan, posisi Slot masih dianggap aman untuk saat ini. Keyakinan muncul dari kualitas skuat dan peluang memperkuat tim pada bursa transfer Januari.