Ibra: Italia Lebih Sulit Dari Spanyol

- Mantan penyerang Inter Milan yang kini bermain untuk , Zlatan Ibrahimovic mengakui kalau mencetak gol di Italia lebih sulit daripada di Spanyol meski ia belum menemukan kembali ketajamannya selama memperkuat Los Azulgrana.

Penyerang asal Swedia itu mengakhiri paceklik golnya dalam sembilan laga terakhir ketika menjebol gawang Atletico Madrid dini hari kemarin namun koleksi golnya musim ini baru mencapai sebelas gol di ajang La Liga Primera.

Padahal sebelum hengkang ke Spanyol, Ibra - panggilan akrabnya, menjadi pencetak gol terbanyak dalam musim terakhirnya di Serie A dengan melesakkan 25 gol dari 35 pertandingan sebelum mengakhiri lima musim yang ia jalani dengan sukses di Italia.

"Di Italia, ada tiga atau empat peluang dalam satu pertandingan dan Anda harus siap untuk tidak melakukan kesalahan," ujar penyerang berusia 28 tahun itu pada El Periodico.

"Anda bisa melalui 80 menit tanpa menyentuh bola, namun Anda tahu kalau akhirnya peluang akan datang. Anda tak bisa melewatkannya karena mereka akan menilai Anda dari peluang itu. Atas alasan itulah, Italia menyanjung habis penyerang seperti Filippo Inzaghi dan David Trezeguet karena mereka tipe pemain yang mampu mencetak gol hanya dalam satu peluang saja."

"Di sini, di Barcelona saya seperti kembali pada masa saya bermain di Ajax. Di Italia, mereka tak tertarik dengan sepak bola indah," lanjut Ibra.

"Mereka hanya butuh hasil 1-0, tak ada lagi yang berharga selain kemenangan. Jika seseorang berpikir tentang sepak bola indah, mereka akan mengatakan: 'Ya, kamu bermain bagus, tapi tak memenangkan apapun, bukan?'. Sepak bola indah tak berarti bagi mereka."

"Jika Anda hanya menang 1-0 di Ajax, fans akan memberi siulan pada Anda. Saya bertanya pada diri sendiri: 'Bagaimana ini bisa terjadi?'. Karena orang menginginkan pertandingan sepak bola yang indah, mereka ingin sebuah tontonan."

Ibra juga memberikan sanjungan kepada pelatihnya saat ini, Pep Guardiola.

"Di Italia, mereka ingin meniru model yang diterapkan namun itu tidaklah mudah. Dia berpikir seperti seorang pemain, dia sangat aktif dan banyak berpartisipasi dalam latihan. Pep bukan polisi yang menurunkan perintah ataupun diktator yang memberikan tugas. Dia seorang profesor yang memberi instruksi," imbuh .

"Dulu saya punya pelatih yang lebih pasif, seseorang yang terbiasa memberi perintah ketimbang menjelaskan sesuatu. , dan tak begitu aktif. dan menjelaskan sesuatu kepada Anda dengan papan tulis, sementara Pep turun ke lapangan. Ia pernah menjadi pemain yang hebat dan tahu apa yang dipikirkan pemain. Ia hidup untuk sepak bola, 24 jam sehari," pungkas . (foti/row)

Berita Terkait