Dari Bangku Cadangan ke Bintang Utama: Transformasi Arda Guler di Tangan Xabi Alonso

Dari Bangku Cadangan ke Bintang Utama: Transformasi Arda Guler di Tangan Xabi Alonso
Selebrasi gol Arda Guler pada laga Real Madrid vs Pachuca di Piala Dunia Antarklub 2025 (c) AP Photo/Nell Redmond

Bola.net - Momen terakhir Arda Guler sebelum libur musim panas menjadi simbol awal perjalanan barunya di Real Madrid. Gelandang muda Turki itu tertangkap kamera berpamitan dengan Luka Modric di bandara Barajas, usai tersingkir di semifinal Piala Dunia Antarklub.

Di situ, Modric memberikan hadiah istimewa: Jersey nomor 10 miliknya. Nomor ikonik itu ternyata tidak jatuh ke tangan Guler, melainkan ke Kylian Mbappe, meski Guler sudah setahun lebih dulu bergabung dengan Madrid.

Meski demikian, kehilangan nomor itu tak memadamkan ambisinya. Justru, dengan Modric pindah ke Milan, Guler semakin termotivasi mengikuti jejak sang legenda dalam menorehkan prestasi di Bernabeu.

Kini, dengan kehadiran Xabi Alonso di kursi pelatih, Guler punya peluang baru untuk membuktikan dirinya. Dia ingin meninggalkan masa-masa sulit yang membayangi dua musim pertamanya.

1 dari 4 halaman

Perjalanan Sulit Dua Musim Pertama

Perjalanan Sulit Dua Musim Pertama

Selebrasi gelandang Real Madrid, Arda Guler saat melawan Pachuca di Piala Dunia Antarklub 2025. (c) AP Photo/Nell Redmond

Arda Guler direkrut Real Madrid dari Fenerbahce pada Juli 2023 dengan biaya 20 juta euro plus potensi tambahan hingga 10 juta euro. Kemampuan kaki kirinya langsung memikat tim pelatih di sesi latihan awal.

Sayangnya, debutnya terganggu cedera lutut di tur pramusim Amerika Serikat, memaksanya absen 148 hari dan melewatkan 29 laga. Dua cedera otot tambahan membuatnya hanya bermain 440 menit di musim perdananya.

Meski menutup musim dengan enam gol, lima di antaranya dalam sebulan terakhir La Liga, dan performa apik di Euro 2024 bersama Turki, musim berikutnya kembali tak sesuai ekspektasi.

2 dari 4 halaman

Minim Kepercayaan dari Ancelotti

Di musim 2024/2025, Guler tampil dalam 43 laga dengan total 1.948 menit, mencetak lima gol dan sembilan assist. Namun, dia jarang diturunkan di laga-laga penting.

Carlo Ancelotti bahkan tidak memainkannya di babak-babak krusial Liga Champions atau final Supercopa de Espana. Hal ini memicu pertanyaan dari media dan kekecewaan dari para pendukung.

Ketegangan sempat mencuat ketika Ancelotti mengkritik pihak di sekitar Guler yang dianggap kurang sejalan dengan visi klub. Pernyataan ini membuat orang-orang dekat sang pemain merasa tidak nyaman, meski kabar soal protes keluarganya dibantah.

3 dari 4 halaman

Perubahan Nasib di Akhir Musim

Perubahan Nasib di Akhir Musim

Selebrasi Vinicius Jr, Arda Guler, dan Kylian Mbappe saat laga pramusim melawan WSG Tirol. (c) dok.Real Madrid FC/Antonio Villalba

Menjelang akhir musim, Ancelotti mulai memberi kepercayaan lebih. Guler membalas dengan gol indah ke gawang Getafe dan kontribusi besar dalam kemenangan 3-2 atas Celta Vigo.

Performa itu membuat Ancelotti mengubah nadanya. Dia memuji perkembangan Guler dan mengakui bahwa sang pemain layak mendapat kredit atas kerja kerasnya.

Momen ini menjadi sinyal bahwa bakat Guler mulai diakui, membuka pintu menuju peran lebih besar di musim berikutnya.

4 dari 4 halaman

Era Baru Bersama Xabi Alonso

Kedatangan Xabi Alonso menjadi titik balik. Alonso, yang sempat mengincar Guler saat melatih Bayer Leverkusen, menempatkan sang pemain lebih ke posisi gelandang tengah.

Di Piala Dunia Antarklub, Guler tampil di lima dari enam laga Madrid, mencetak satu gol dan dua assist, sekaligus menjadi pemain kesembilan dengan menit bermain terbanyak di turnamen itu. Alonso menegaskan komitmennya, menyebut saat ini adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi pada perkembangan Guler.

Pelatih asal Spanyol itu memberi ruang baginya untuk belajar, bahkan membuat kesalahan. Madrid memang mendatangkan Franco Mastantuono dari River Plate, tapi Guler sudah lebih dulu mendapat kepastian perannya di lini tengah.

Kepercayaan ini membuat Guler merasa lebih nyaman. Dia mengaku senang bisa bermain lebih sering di posisi yang memberinya kendali atas jalannya pertandingan.