Ketika Ego Bertemu Strategi: Tantangan Xabi Alonso Mengelola Tekanan Ruang Ganti Real Madrid

Ketika Ego Bertemu Strategi: Tantangan Xabi Alonso Mengelola Tekanan Ruang Ganti Real Madrid
Bek Real Madrid, Alvaro Carreras (2 dari kanan) merayakan golnya ke gawang Valencia bersama Federico Valverde, Endrick, Rodrygo dan Jude Bellingham. (c) AP Photo/Manu Fernandez

Bola.net - Mengelola Real Madrid bukan sekadar persoalan taktik atau pemilihan susunan pemain. Di balik sorotan kamera dan kemenangan besar, ada medan lain yang sama penting: ruang ganti penuh bintang dengan ego yang besar. Xabi Alonso kini menghadapi tantangan itu secara langsung.

Laporan terbaru menyebut adanya ketegangan antara Alonso dan sejumlah pemain inti. Para pemain tersebut dikabarkan tidak sepenuhnya nyaman dengan pendekatan manajerial sang pelatih yang dianggap lebih tegas dan lebih berjarak dibandingkan era Carlo Ancelotti. Sebuah dinamika yang langsung mencuri perhatian publik.

Situasi ini menjadi semakin mencolok setelah insiden Vinicius Junior pada laga El Clasico terakhir. Sang pemain menunjukkan ketidakpuasan saat ditarik keluar, kemudian menyampaikan permintaan maaf yang tidak menyertakan nama Alonso. Simbol kecil, tapi sarat makna.

Namun, di Real Madrid, dinamika seperti ini bukan hal baru. Pelatih selalu berjalan di garis tipis antara otoritas taktik dan diplomasi ruang ganti. Pertanyaan yang muncul, bagaimana Alonso menghadapinya?

1 dari 3 halaman

Gesekan dengan Pemain Bintang: Vinicius dan Para Senior

Tanda ketidaknyamanan paling terlihat melibatkan Vinicius Junior. Reaksinya ketika diganti, lalu permintaan maaf yang tidak menyebut sang pelatih, menandakan adanya jarak emosional. Alonso kemudian hadir saat Vinicius meminta maaf secara langsung kepada rekan-rekannya di pusat latihan, menunjukkan bahwa situasi itu tidak dibiarkan menggantung.

Namun Vinicius bukan satu-satunya. Beberapa pemain senior juga dikabarkan merasa kurang dihargai. Hal ini berkaitan dengan perubahan gaya manajemen dan penyesuaian taktik yang disebutkan tidak selalu memaksimalkan peran mereka.

Alonso datang dengan struktur permainan yang jelas, sementara sejumlah pemain merasa peran dan kontribusinya tidak lagi sejelas sebelumnya.

Di sisi lain, ada pula pemain dengan status dan pengalaman yang mendukung pendekatan Alonso. Artinya, ruang ganti Madrid kembali menjadi ruang negosiasi pengaruh dan identitas permainan, sesuatu yang sudah berlangsung lama dalam sejarah klub.

Kondisi ini secara alami menimbulkan ketegangan. Namun sejauh ini, tensi tersebut belum berkembang menuju titik yang tidak bisa ditangani.

2 dari 3 halaman

Sejarah yang Berulang: Real Madrid Tidak Pernah Tentang Pelatih Saja

Sejarah yang Berulang: Real Madrid Tidak Pernah Tentang Pelatih Saja

Kylian Mbappe dari Real Madrid berjabat tangan dengan pelatih Xabi Alonso saat meninggalkan lapangan dalam pertandingan La Liga melawan Barcelona 26 Oktober 2025 (c) AP Photo/Manu Fernandez

Real Madrid adalah klub yang lebih mengutamakan bintang. Dalam sejarah panjangnya, pelatih yang mencoba memaksa sistem penuh disiplin sering kali berakhir cepat.

Dari era Alfredo Di Stefano hingga Rafael Benitez, struktur kekuasaan bernuansa kuat: manajer boleh mengorganisir permainan, tapi pemain bintang-lah yang menentukan suasana ruang ganti.

Contoh paling nyata terjadi pada 2015 ketika Benitez gagal membangun kedekatan dengan Cristiano Ronaldo dan bahkan memberi masukan teknis kepada Luka Modric yang dianggap tidak perlu.

Hasilnya, ia hanya bertahan setengah musim. Di era yang lebih lama, Jose Mourinho pun mengalami benturan serupa dengan tokoh penting seperti Iker Casillas dan Sergio Ramos.

Pelatih yang sukses di Madrid justru mereka yang memilih pendekatan man-management, yaitu Zinedine Zidane dan Carlo Ancelotti. Mereka menempatkan hubungan interpersonal sebagai fondasi, sementara taktik disesuaikan dengan karakter pemain. Kuncinya adalah keseimbangan antara tuntutan kompetitif dan keluwesan pendekatan.

Alonso datang dengan latar belakang pemahaman dasar klub tersebut. Namun, ia juga membawa visi baru yang lebih struktural, dan di situlah ketegangannya bermula.

3 dari 3 halaman

Pergantian Generasi dan Tantangan Kepemimpinan Baru

Madrid kini berada dalam transisi generasi. Toni Kroos pensiun, sementara Luka Modric dan Lucas Vazquez telah meninggalkan klub.

Selama satu dekade, keduanya menjadi contoh budaya kerja dan kedewasaan di ruang ganti. Dengan mereka tidak lagi hadir, ruang itu kehilangan figur senior yang menanamkan standar harian.

Ancelotti sempat merasakan penurunan fokus skuad menjelang akhir masa jabatannya, dan Alonso menyadari hal serupa. Karena itulah ia berusaha memperketat disiplin dan struktur. Namun perubahan seperti ini, jika tidak dibarengi komunikasi yang pas, sangat mudah menimbulkan resistensi.

Florentino Perez pada dasarnya mendukung manajer yang berani menjaga otoritas. Namun dukungan itu selalu bersyarat: semuanya bergantung pada hasil. Dan untuk saat ini, hasil memihak Alonso.