
Bola.net - Bilbao, Kamis (22/5/2025) dini hari WIB, dibalut ketegangan. Dua raksasa Inggris saling berhadapan di final Liga Europa—Tottenham melawan Manchester United.
Tapi di tengah sorotan kamera dan sorak sorai ribuan pasang mata, berdirilah satu sosok yang mencuri panggung bukan dengan selebrasi mencolok, melainkan lewat ketenangan, keberanian, dan kepemimpinan: Cristian Romero.
Gol tunggal Brennan Johnson di penghujung babak pertama menjadi penentu kemenangan Spurs dalam laga sengit bertajuk All-English Final tersebut. Meski MU mencoba bangkit di babak kedua, ketangguhan lini belakang Tottenham tak tergoyahkan.
Kemenangan ini menjadi momen istimewa bagi Spurs, yang akhirnya mengakhiri puasa gelar sejak 2008 dan meraih trofi Eropa pertama mereka dalam empat dekade terakhir.
Sebaliknya, kekalahan ini menjadi antiklimaks pahit bagi Setan Merah, yang sebelumnya tampil impresif tanpa kekalahan sejak fase grup hingga semifinal. Mimpi membawa pulang trofi justru pupus di langkah terakhir.
Performa Cristian Romero
Romero bukan nama baru di dunia sepak bola. Namun, malam itu, ia tampil bukan sekadar sebagai bek tengah. Ia memimpin Tottenham dengan ban kapten di lengannya, dan lebih dari itu—ia menjadi jantung dari perjuangan Spurs merebut trofi yang telah lama mereka impikan.
Pertandingan dimulai dengan tensi tinggi namun tanpa arah yang jelas. Manchester United mencoba menekan dengan gaya permainan langsung mereka, berharap bisa mencuri celah dari lini belakang Tottenham. Tapi setiap kali bola datang, satu nama selalu ada di sana lebih dulu: Romero.
Ia seperti tahu ke mana arah bola akan mengalir. Saat para pemain lain masih menyesuaikan tempo, Romero sudah lebih dulu menanamkan jejaknya dalam permainan. Ia membaca serangan, memotong umpan, dan memenangkan duel demi duel udara. Ia tak hanya bertahan—ia mendikte ritme dari lini belakang.
Romero Pemain Terbaik Final
Panel pengamat teknis UEFA pun tak ragu menyebutnya sebagai sosok dominan sejak menit pertama. "Romero benar-benar menjadi pembeda di babak pertama ketika laga belum menemukan alurnya," ujar mereka dalam evaluasi pertandingan. "Agresif, disiplin, dan selalu menjadi pemain pertama yang menyentuh bola dalam situasi krusial."
Babak kedua datang membawa gelombang tekanan dari Manchester United. Spurs, secara alami, mulai mundur lebih dalam, bertahan lebih rapat. Dan di situlah Romero naik kelas. Ia tak hanya bertahan—ia mengorganisasi. Ia memberi instruksi, memimpin barisan, dan tetap memenangkan setiap duel satu lawan satu, seolah kesalahan bukan pilihan.
Setiap tekel yang ia lakukan membawa desahan lega dari bangku cadangan. Setiap bola yang ia sapu menjauhkan mimpi buruk dari Tottenham. Dan ketika wasit meniup peluit panjang, tak ada lagi yang meragukan siapa pahlawan malam itu.
Cristian Romero dinobatkan sebagai Hankook Player of the Match. Bukan hanya karena statistiknya, tapi karena pengaruhnya. Karena keberanian dan karisma yang ia tunjukkan di malam paling penting bagi Tottenham musim ini.
Advertisement
LATEST UPDATE
-
Liga Italia 21 Oktober 2025 11:30
-
Liga Inggris 21 Oktober 2025 11:11
-
Liga Champions 21 Oktober 2025 10:48
-
Liga Inggris 21 Oktober 2025 10:41
-
Olahraga Lain-Lain 21 Oktober 2025 10:33
-
Liga Inggris 21 Oktober 2025 10:28
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- 9 Pemain yang Pernah Disarankan Ralf Rangnick untu...
- Manchester United Terpuruk, 4 Eks Pemainnya Malah ...
- 5 Pemain Manchester United yang Bakal Diuntungkan ...
- 7 Pemain Premier League yang Kariernya Bisa Selama...
- 4 Pelatih Paling Cepat Capai 250 Kemenangan di Pre...
- 9 Bek Tengah Incaran Liverpool di Bursa Transfer 2...
- 10 Transfer Termahal Dalam Sejarah AC Milan: Dari ...