Profil Nasser Al-Khelaifi: Anak Nelayan yang Kini Jadi Raja di PSG

Gia Yuda Pradana | 30 Mei 2025 11:08
Profil Nasser Al-Khelaifi: Anak Nelayan yang Kini Jadi Raja di PSG
Presiden PSG Nasser al Khelaifi. (c) AP Photo/Michel Euler

Bola.net - Nama Nasser Al-Khelaifi telah menjadi sinonim dengan kebangkitan Paris Saint-Germain (PSG) di panggung sepak bola global. Pria asal Qatar ini bukan hanya mengubah klub ibu kota Prancis itu menjadi raksasa domestik, tapi juga merevolusinya menjadi merek olahraga yang mendunia. Di bawah kepemimpinannya, PSG menjelma sebagai simbol ambisi, prestise, dan kekuatan finansial.

Lahir di Doha pada 12 November 1973, Al-Khelaifi memulai karier sebagai petenis profesional sebelum beralih ke bisnis dan manajemen olahraga. Kini, dia memegang peran ganda sebagai Ketua Qatar Sports Investments (QSI) dan Presiden PSG, sekaligus menjabat di berbagai badan sepak bola Eropa dan dunia. Visinya yang tajam membuatnya diakui sebagai salah satu eksekutif paling berpengaruh dalam sepak bola modern.

Advertisement

Lebih dari satu dekade memimpin, Al-Khelaifi tak sekadar membangun tim pemenang, tapi juga menciptakan dinasti. PSG kini bukan lagi sekadar klub—melainkan sebuah kerajaan dengan ambisi tak terbatas.

1 dari 4 halaman

Dari Tenis ke Tahta Sepak Bola

Al-Khelaifi tumbuh sebagai anak nelayan mutiara di Qatar, jauh dari hiruk-pikuk sepak bola Eropa. Dia menempuh pendidikan ekonomi di Qatar University, yang kelak menjadi fondasi kepemimpinannya di dunia bisnis dan olahraga. Latar belakang ini membentuknya menjadi sosok yang ulet dan visioner.

Sebelum terjun ke sepak bola, dia sempat menjadi petenis profesional yang mewakili negaranya. Namun, titik baliknya datang ketika dia dipercaya memimpin QSI, yang kemudian membeli PSG pada 2011. Kariernya melesat dan dia pun diangkat sebagai Presiden sekaligus CEO klub tersebut.

Pada 7 Oktober 2011, Al-Khelaifi resmi memegang kendali PSG. Dia langsung memperkenalkan rencana lima tahun yang ambisius: membawa klub ke puncak sepak bola Prancis dan Eropa. Langkah pertamanya? Merekrut Leonardo sebagai direktur olahraga untuk membangun tim impian.

2 dari 4 halaman

Awal Berliku Menuju Dominasi

Musim pertamanya di PSG tidak berjalan mulus. Meski sudah mengeluarkan dana besar, klub gagal mendominasi, kalah dari Montpellier dalam perebutan gelar Ligue 1 dan tersingkir dari kompetisi Eropa. Namun, kegagalan itu tak mematahkan semangatnya.

PSG tetap finis di posisi kedua dan lolos ke Liga Champions—sebuah pencapaian yang menjadi titik awal kebangkitan. Al-Khelaifi yakin, membangun kerajaan sepak bola tak bisa instan. Dia bekerja di balik layar dengan kesabaran dan strategi jangka panjang.

Perlahan tapi pasti, PSG mulai mendominasi. Dengan pendekatan bisnis yang cerdas dan investasi tepat sasaran, klub ini menjelma menjadi kekuatan baru yang disegani. Al-Khelaifi membuktikan bahwa kesuksesan membutuhkan lebih dari sekadar uang.

3 dari 4 halaman

Era Keemasan dan Dominasi Tak Terbantahkan

Sejak 2011, PSG telah mengoleksi lebih dari 70 trofi di berbagai kompetisi. Tim pria meraih 11 gelar Ligue 1—sebuah rekor dominasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah sepak bola Prancis. Tak hanya itu, mereka juga kerap menyapu bersih piala domestik seperti Coupe de France dan Trophee des Champions.

Dominasi ini bukan sekadar hasil belanja pemain bintang, melainkan buah dari manajemen yang solid. Al-Khelaifi mengelola PSG layaknya perusahaan global: efisien, terstruktur, dan berorientasi pada kesuksesan jangka panjang. Klub ini kini menjadi magnet bagi bintang-bintang dunia.

PSG bukan lagi tim lokal, melainkan merek global. Al-Khelaifi telah mengubahnya menjadi simbol ambisi Qatar di kancah sepak bola Eropa.

4 dari 4 halaman

Final Liga Champions dan Mimpi yang Tak Pernah Padam

Musim 2024/2025 menjadi momen bersejarah bagi PSG. Untuk kedua kalinya, mereka lolos ke final Liga Champions, bahkan berpeluang meraih treble. Setelah kekalahan pahit di Lisbon 2020, kini mereka kembali berkesempatan menulis sejarah di Munchen.

Prestasi ini sekaligus menegaskan Al-Khelaifi sebagai presiden terlama dalam sejarah PSG, melampaui rekor Francis Borelli. Di bawah kepemimpinannya, klub terus berkembang menjadi kekuatan elite Eropa. Final di Munchen bukan sekadar pertandingan—melainkan bukti kesuksesan transformasi yang ia rancang.

Dari anak nelayan mutiara di Qatar, kini dia menjadi raja di PSG membawa klubnya selangkah lebih dekat lagi dengan singgasana sepak bola Eropa. Nasser Al-Khelaifi telah membawa PSG dari bayang-bayang domestik menuju sorotan dunia. Dan perjalanan ini belum berakhir.

LATEST UPDATE