3 Alasan Chelsea Bakal Gagal Raih Gelar Musim Depan
Aga Deta | 4 Agustus 2020 15:54
Bola.net - Chelsea sejauh ini masih gagal meraih gelar di bawah asuhan Frank Lampard. Terakhir, The Blues takluk 1-2 dari Arsenal di final Piala FA.
Di pentas Premier League, Chelsea hanya bertengger di posisi empat besar. Padahal tiga musim lalu, mereka berstatus kampiun. Tepatnya di era kepemimpinan Antonio Conte. Di rezim Maurizio Sarri, musim lalu Chelsea sukses mempersembahkan trofi Liga Europa.
Peluang Chelsea menutup musim ini dengan trofi sejatinya masih terbuka. Mereka masih bersaing di pentas Liga Champions. Namun, kans untuk melaju ke perempat final bisa dibilang tipis. Chelsea kalah 0-3 pada leg pertama babak 16 besar melawan Bayern Munchen.
Bukan bermaksud mengecilkan kapasitas Frank Lampard. Ia pelatih muda berbakat. Gaya bermain Chelsea di bawah kendalinya amat atraktif, menyerang, agresif, dan tajam.
Guna menebus kegagalan musim ini Frank amat agresif di bursa transfer musim panas ini. Chelsea sudah mendatangkan dua pemain: Hakim Ziyech dan Timo Werner.
Selangkah lagi mereka juga bakal menggaet playmaker Bayern Leverkusen, Kai Havertz. Belanja pemain tidak berhenti sampai di situ. Lampard masih akan mendatangkan kiper baru plus bek untuk menambal kelemahan lini belakang. Skuat Chelsea bisa dibilang The Dream Team.
Namun, upaya Lampard mengembalikan Chelsea ke jalur juara bakal berliku. Ada beberapa hal esensial berkaitan dengan sang pelatih yang bisa menghambat langkah Chelsea memenangi gelar pada musim depan. Apa-apa saja?
Kurang Pragmatis

Mentor Frank Lampard, Jose Mourinho saat menjadi pundit Sky Sports pernah melontarkan kritik terbuka ke mantan anak asuhnya tersebut. Ia menyebut Frank kurang cerdik membaca situasi permainan, terutama saat menghadapi laga besar yang sifatnya krusial.
Frank terlalu terobsesi dengan permainan menyerang. Ia lupa terkadang, sebuah tim harus pragmatis menyikapi sebuah big games. Pernyataan Jose kala itu mengacu pada rentetan hasil buruk yang didapat Chelsea saat menjajal sesama papan atas Premier League.
"Saya melihat Chelsea memiliki masalah untuk memenangi laga besar. Frank semestinya menyadari, ia harus bersikap lebih pragmatis, menyesuaikan dengan karakter permainan lawan," ucap Jose.
Jose bisa jadi benar. Entah kenapa setiap kali menghadapi big match Chelsea selalu keok. Tengok saja pada pengujung tahun lalu saat mereka kalah 1-2 melawan Manchester City di pentas Premier League.
Chelsea menguasai jalannya pertandingan. Hal ini jarang terjadi, mengingat City di tangan Pep Guardiola dikenal sebagai rajanya penguasaan bola. Bermain terbuka berimbas buruk, gawang Chelsea dengan mudah ditembus kubu lawan yang bermain sangat tajam.
Pada pertandingan final Piala FA situasinya hampir sama. Chelsea yang sempat unggul gol, tetap memaksakan diri bermain terbuka. Mereka lupa punya persoalan di sektor belakang. Lihat bagaimana saat The Blues dibantai Liverpool 2-5 baru-baru ini. Permainan ofensif Chelsea berbuah malapetaka.
Problematik ini terus berulang, dan Frank Lampard seperti tak menyadari kesalahannya. Egonya terlalu besar.
Punya Kecenderungan Berselisih dengan Anak-asuh

Frank Lampard dikenal sebagai sosok yang tempramental. Ia kerap berselisih dengan pemainnnya sendiri yang ia nilai performannya tak sesuai harapannya.
Sebut saja dengan Kepa Arrizabalaga. Sang kiper kinerjanya kerap dikritik sang mentor. Tanpa memperhatikan perasaannya anak buahnya, Frank Lampard sibuk mencari penjaga gawang baru.
Padahal, bicara kualitas teknik, Kepa merupakan kiper utama Timnas Spanyol. Ia sukses menyingkirkan David De Gea. Ia bahkan berstatus kiper termahal dunia.
Tak terlihat upaya Frank membantu Kepa keluar dari tekanan psikologis. Di awal musim isu sang manajer terlibat perang dingin dengan stiker gaek, Oliver Giroud, mencuat. Giroud gelisah karena tak kunjung dapat jam terbang bermain. Padahal, striker muda Tammy Abraham kinerjanya merosot, tak benar-benar tajam.
Gelandang bertahan, N'Golo Kante, rumornya juga jengah dengan Frank Lampard.
Sifat tempramental Frank agaknya menurun dari gurunya, Jose Mourinho. Tak hanya doyan terlibat konflik dengan pemainnya sendiri, ia juga kerap konfrontasi dengan tim lawan.
Tengok saat ia bersitegang dengan Jurgen Klopp. Frank mengeluarkan penyataan gegabah menyebut Liverpool arogan dan sombong.
Sifat tempramen sang juru latih kerap mengganggu konsentrasinya sendiri saat memimpin para pemainnya. Ia kerap melakukan blunder karena kurang tenang mengambil keputusan.
Strategi yang Monoton

Permainan Chelsea di era Frank Lampard enak ditonton. The Blues bermain menyerang dan atraktif. Namun, aksi mereka seringkali tak terkonversi langsung dengan hasil akhir pertandingan.
Stategi menyerang Frank Lampard terlalu gampang ditebak. Chelsea bermain dengan formasi dasar 4-3-3 atau 3-4-3 yang sembrono.
Pemain-pemain Chelsea seringkali terlalu asyik menyerang, lupa membentengi diri. Mereka selalu mati kartu ketika melakukan transisi menyerang ke bertahan. Menghadapi tim-tim cepat macam Liverpool, Manchester City, dan Manchester United, The Blues selalu kalah dengan cara sama.
Gol-gol kubu lawan selalu diawali dengan saat mereka kehilangan bola saat ada di area pertahanan lawan, kemudian kelabakan dengan kecepatan lawan melakukan serangan balik.
Rapuhnya pertahanan Chelsea agak mengherankan, mengingat 10 tahun terakhir klub satu ini dikenal sebagai tim dengan pertahanan terbaik di Premier League.
Sumber: Berbagai sumber
Disadur dari: Bola.com/Penulis Ario Yosia
Published: 4 Agustus 2020
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Kemenangan yang Ternodai: Pernyataan Enzo Maresca yang Mengundang Spekulasi di Chelsea
Liga Inggris 17 Desember 2025, 11:27
-
Fabrizio Romano Spill Gelandang Incaran Utama MU di Tahun 2026: Masih Sosok yang Sama!
Liga Inggris 17 Desember 2025, 10:42
-
Diincar MU, Antoine Semenyo Siap Merapat ke Old Trafford
Liga Inggris 17 Desember 2025, 10:29
-
Unggul Lebih Dulu, Lalu Kehilangan Kendali: Masalah Klasik Manchester United
Liga Inggris 17 Desember 2025, 10:24
LATEST UPDATE
-
Update Klasemen Perolehan Medali SEA Games 2025 Thailand
Olahraga Lain-Lain 17 Desember 2025, 13:25
-
Cari Pelatih Timnas Indonesia, PSSI Janji Lebih Hati-hati
Tim Nasional 17 Desember 2025, 13:24
-
Saham Superbank Tembus ARA, Debut Perdana SUPA Menguat Signifikan
News 17 Desember 2025, 12:20
-
Berikut Jadwal Perempat Final Carabao Cup 2025/26, Tayang di Vidio
Liga Inggris 17 Desember 2025, 12:07
-
Setelah Drama 4-4 dengan Bournemouth, Bos Man United Masih Percaya Ruben Amorim?
Liga Inggris 17 Desember 2025, 11:59
-
Rapor Pemain Barcelona vs Guadalajara: Christensen Bersinar, Rashford Jadi Penentu
Liga Spanyol 17 Desember 2025, 11:28
-
Kemenangan yang Ternodai: Pernyataan Enzo Maresca yang Mengundang Spekulasi di Chelsea
Liga Inggris 17 Desember 2025, 11:27
-
Pertahankan Tradisi Medali SEA Games, Megawati Puji Mentalitas Skuad Muda Voli Putri Indonesia
Voli 17 Desember 2025, 11:07
-
Jadwal Semifinal Voli Putra SEA Games 2025: Indonesia vs Vietnam
Voli 17 Desember 2025, 10:58
LATEST EDITORIAL
-
Jika Diambil Alih Arab Saudi, Inilah Prediksi Starting XI Barcelona dengan 4 Pemain Baru
Editorial 16 Desember 2025, 14:48
-
5 Kandidat Pengganti Xabi Alonso di Real Madrid, Zidane Kembali ke Bernabeu?
Editorial 9 Desember 2025, 10:48
-
5 Calon Pengganti Mohamed Salah di Liverpool jika Sang Bintang Benar-benar Pergi
Editorial 9 Desember 2025, 10:19
-
Dari Salah hingga Neymar, 8 Pemain Top yang Anjlok Drastis di Musim 2025/2026
Editorial 5 Desember 2025, 14:58
-
Jika Arne Slot Lengser, Ini 11 Pelatih Nganggur yang Cocok untuk Liverpool
Editorial 5 Desember 2025, 14:49




