Lima Catatan Penting Pasca Final EFL Cup

Asad Arifin | 27 Februari 2017 04:08
Lima Catatan Penting Pasca Final EFL Cup
Manchester United juara EFL Cup 2017 (c) Manchester United

Bola.net - Bola.net - Jose Mourinho nampak emosional usai Manchester United mengalahkan Southampton dengan skor 3-2 di final EFL Cup. Sebuah sikap yang patut dimaklumi karena ini adalah trofi pertamanya untuk Setan Merah.

MU menang dengan skor 3-2 atas Soton berkat penampilan apik sang bomber Zlatan Ibrahimovic. Penyerang berusia 35 tahun ini mengemas dua dari tiga gol MU. Sementara satu gol lain dicetak oleh si spesialis laga Wembley, Jesse Lingard.

Advertisement

Dua gol yang sempat menghidupkan asa Soton untuk berpesta dicetak oleh pemain yang didatangkan dari Napoli pada bulan Januari yang lalu, Manolo Gabbiadini.

Banyak catatan menarik pasca laga MU vs Soton. Namun, hanya merangkum lima di antaranya. Apa saja? Simak selengkapnya:

1 dari 5 halaman

Salah Pergantian Pemain Soton

Salah Pergantian Pemain Soton

Kesalahan Pergantian Pemain Soton

Entah apa yang dipikirkan oleh oleh pelatih Southampton, Claude Puel pada menit ke-83. Saat itu, Puel memutuskan untuk menarik keluar Manolo Gabbiadini yang tampil gemilang sepanjang laga dan mencetak dua gol.

Sebagai gantinya, Puel memasukkan Shane Long. Secara taktikal, Long punya kecepatan yang tinggi dan bisa memberikan banyak tekanan ke gawang MU. Seperti yang dilakukannya pemain asal Republik Irlandia tersebut ke gawang Liverpool di babak semifinal.

Namun, moral Gabbiadini sedang dalam kondisi yang bagus usai mencetak gol.

Hasilnya, saat Soton kebobolan oleh gol Ibrahimovic pada menit ke-87, Puel pun terpaksa melakukan pergantian panik. Penyerang Jay Rodriguez dimasukkan untuk menggantikan Steven Davies. Namun, tidak banyak hal yang bisa dilakukannya.

Sisi positifnya, aksi apik yang ditunjukkan Gabbiadini akan jadi modal apik bagi Soton untuk menuntaskan Premier League musim ini. Penyerang asal Italia sudah mencetak lima gol sejak datang pada bulan Januari.
2 dari 5 halaman

Marcos Rojo Bukan Solusi di Kiri

Marcos Rojo Bukan Solusi di Kiri

Marcos Rojo Bukan Solusi di Kiri

Rojo menyumbangkan satu assits untuk gol yang dicetak oleh Jesse Lingard. Catatan positif tentunya untuk pemain asal Argentina. Namun, hal tersebut diukur dengan menggunakan standar kontribusi untuk penyerangan.

Lalu bagaimana dengan kontribusi Rojo mengawal sisi kiri pertahanan MU?

Rojo bertanggung jawab atas gol Gabbiadini yang dianulir pada babak pertama. Saat itu, Rojo memberikan ruang yang terlalu luas bagi Cedric Soares untuk masuk ke kotak penalti dan memberikan umpan silang. Beruntung gol tersebut dianulir oleh wasit.

Hal yang sama kembali terulang saat gol James Ward-Prowse memberikan umpan crossing yang dituntaskan menjadi gol pertama Gabbiadini.

Kemampuan umpan Rojo juga tidak begitu baik. Ia nampak sangat kesulitan jika harus memulai membangun serangan. Alih-alih mengalirkan bola ke para gelandang seperti Paul Pogba dan Michael Carrick, Rojo justru lebih sering menyisir lapangan dan berlama-lama dengan bola.

Selain itu, ia juga kerap teledor usai membantu serangan. Posisinya sering lowong dan itu dimanfaatkan oleh para pemain Soton.

Dengan kondisi seperti ini, maka Jose Mourinho harus kembali memikirkan ulang siapa pemain yang paling cocok di posisi bek kiri. Mourinho sudah pernah mencoba Luke Shaw, Matteo Darmian dan Daley Blind di posisi ini.

Namun, sejauh ini belum ada yang mendapatkan kepercayaan permanen. Seperti halnya yang didapatkan oleh Antonio Valencia di sisi kanan.
3 dari 5 halaman

Lini Tengah Merindukan Mkhitaryan

Lini Tengah Merindukan Mkhitaryan

Lini Tengah Merindukan Mkhitaryan

Manchester United memang sukses mencetak tiga gol pada laga final EFL Cup melawan Southampton. Namun, bukan berarti mereka tampil dengan sempurna. Ada beberapa celah dari permainan tim asuhan Jose Mourinho.

Selain lini belakang yang masih keropos, terbukti dari kebobolan dua gol yang terjadi. Lini tengah juga nampak kehilangan kreativitas pasca absennya seorang Henrikh Mkhitaryan. Serangan yang dibangun MU kerap kali hanya mentok di lini tengah.

Jesse Lingar dan Juan Mata yang diharapkan jadi inspirasi serangan kurang mampu mengampu peran Mkhitaryan.

Mata bahkan harus diganti pada awal babak kedua dengan Michael Carrick. Sementara Lingard, meski mencetak gol, ia tidak mampu menjadi pelayan bagi Zlatan Ibrahimovic dengan umpan-umpan yang membahayakan.

Tentu saja Ibrahimovic sangat merindukan sosok seperti Mkhitaryan pada laga melawan Soton. Pasalnya, pemain asal Armenia ini punya intelegensia yang tinggi dalam melepas umpan. Ia memiliki pengamatan yang jeli untuk melihat celah kosong di pertahanan lawan.
4 dari 5 halaman

Permata Itu Bermana Ibrahimovic

Permata Itu Bermana Ibrahimovic

Permata Itu Bermana Ibrahimovic

Kemenangan Manchester United atas Southampton di final EFL Cup ini harus diakui berkat penampilan berkelas yang ditunjukkan oleh seorang Zlatan Ibrahimovic.

Pada menit ke-19, eks penyerang AC Milan mengukir gol pertamanya dengan cara yang istimewa. Ibrahimovic sukses mengeksekusi tendangan bebas dari jarak yang cukup jauh. Bola yang ia kirim ke gawang sangat keras dan terukur hingga tidak mampu dijangkau oleh Fraser Forster.

Sementara itu, pada menit ke-87, Ibrahimovic menunjukkan kematangan mentalnya sebagai seorang juara.

Meski mendapatkan pengawalan ketat dari para pemain Southampton, pemain berusia 35 tahun ini masih bisa mencari ruang dan menerima umpan Ander Herrera. Sundulan kepala Ibrahimovic pun akhirnya menjadi penentu kemenangan MU.

Baginya, ini merupakan ke-26 untuk MU pada musim pertama. Ingat, Ibrahimovic dibeli dibeli dengan status bebas transfer.

Gelar juara EFL Cup ini juga akan membuat Ibrahimovic menambah banyak daftar medali koleksinya. Pemain yang didatangkan dari PSG kini sudah memiliki 30 medali juara dari semua kompetisi yang pernah diikutinya. Termasuk dua gelar Serie A untuk Juventus.
5 dari 5 halaman

Claude Puel Membaca Permainan MU

Claude Puel Membaca Permainan MU

Kemampuan Claude Puel Membaca Permainan MU

Pelatih Southampton, Claude Puel memang melakukan kesalahan saat menarik keluar Manolo Gabbiadini pada menit ke-83. Namun, secara umum Puel mampu menerapkan taktik yang benar pada laga final EFL Cup melawan Manchester United.

MU saat ini sedang dalam penampilan terbaiknya, sebelum laga final, pasukan Jose Mourinho hanya kebobolan satu gol dari tujuh laga yang dimainkan. Tentu ini menunjukkan kekuatan MU di lini bertahan.

Namun, Puel mampu membacanya dengan jeli. Soton mampu mencetak tiga gol gawang David De Gea. Namun, satu gol Gabbiadini dianulir karena offside. Gol sebenarnya masih bisa diperdebatkan karena Gabbiadini onside dan pemain Soton lain tidak dalam posisi yang mempengaruhi permainan.

Puel pada babak pertama sukses mematikan Juan Mata yang diharapkan jadi pengatur serangan MU. Kesuksesan ini tak lepas dari pressing tinggi yang dimainkan oleh para pemain Soton. Steven Davis dan Oriel Romeu menjadi kuncinya.

Namun, pada akhirnya Soton harus menyerah karena MU punya skuat yang secara individu lebih berpengalaman dan punya kualitas.

LATEST UPDATE