Sejarah Pertemuan Klub Spanyol vs Klub Italia di Final Liga Champions
Editor Bolanet | 5 Juni 2015 06:49
Bola.net - Bola.net - Sejak awal dimulai pada tahun 1955, kompetisi tertinggi antar klub Eropa yang saat ini dikenal sebagai Liga Champions telah menghadirkan sejumlah final yang mempertemukan wakil Italia versus wakil Spanyol. Artinya, final di Berlin akhir pekan ini bukanlah yang pertama mempertemukan dua klub dari dua negara sepak bola tersebut.
Bukan rahasia umum bila Real Madrid menjadi tim dengan gelar Champions terbanyak, kesuksesan merengkuh La Decima tahun lalu membuat mereka menjadi sulit dikejar dengan raihan 10 gelar. Bila melihat ke belakang, rupanya hegemoni Madrid di lima tahun pertama penyelenggaraan European Cup (nama yang dipakai sebelum Liga Champions) dihadang dua klub Italia berbeda selama dua tahun beruntun.
Begitu juga dengan , finalis edisi tahun ini. Trofi Champions pertama didapat dengan mengalahkan klub asal negara spaghetti tersebut.
Bagaimana dengan ? Tim yang bakal menantang Barca di Berlin nanti, sebelumnya juga pernah menghadapi tim asal Spanyol di final kompetisi hebat ini. Bagaimana skor akhirnya? Apa yang terjadi dalam laga-laga tersebut? Kali ini Bolanet menghadirkan rekaman pertandingan-pertandingan final Champions antara klub-klub Italia melawan klub-klub Spanyol.
1957
Masih dengan nama European Champions Club's Cup untuk kedua kalinya Real Madrid berhasil mengklaim satu tempat di final. Dan Fiorentina pun tercatat sebagai klub Italia pertama yang berhasil menembus partai puncak.
Kala itu kiper Fiorentina, Giuliano Sarti tampil luar biasa, seorang diri ia membendung serangan bintang-bintang Madrid, Alfredo DI Stefano, Raymond Kopa dan Francisco Gento.
Karena final ini diselenggarakan di Santiago Bernabeu, dukungan fans tuan rumah pun menjadi motivasi tersendiri bagi Los Galacticos hingga pada menit 69 wasit asal Belanda, Leo Horn menunjuk titik putih. Di Stefano pun melakukan ekseskusi dengan baik. Enam menit kemudian chip ball Gento memastikan Madrid mengangkat trofi Champions keduanya dihadapan 124 ribu penonton.
1958
Untuk ketiga kalinya Madrid berhasil melangkah ke partai puncak dan kembali mereka dihadang wakil Italia, AC Milan. Final edisi ini dimainkan di stadion legendaris, Heysel di Belgia.
Kekuatan Madrid belum banyak berubah dengan masih mengandalkan Di Stefano, Kopa dan Gento. Sedangkan tim merah hitam diperkuat Cesare Maldini, bintang Swedia, Nils Liedholm dan striker Juan Alberto Schiaffino.
Kejar mengejar gol membuat 67 ribu penonton tegang sepanjang pertandingan, Milan menunjukkan bahwa mereka bisa mengimbangi sang juara bertahan. Gol Schiaffino menit ke-59 dibalas Di Stefano saat laga masuk menit 74. Tiga menit selanjutnya, Rossoneri kembali memimpin lewat gol Ernesto Grillo, sayang keunggulan itu hanya berlangsung dua menit, sebab Hector Rial berhasil menyamakan skor.
Skor 2-2 bertahan hingga 90 menit selesai, tak ayal wasit asal Belgia, Albert Alsteen menginstruksikan pertandingan berlanjut ke extra time. Di sinilah drama terjadi, Francisco Gento mencetak gol menit 107 dan gol itu menjadi gol terakhir dalam final tersebut.
1964
Diarsiteki pelatih legendaris, Helenio Herrera, Inter melibas semua yang menghalang untuk mencapai final dengan catenaccio dan contropiede (pertahanan gembok dan serangan balik) yang sangat tersohor itu. Madrid juga berniat mengembalikan kejayaan di Eropa setelah terakhir juara tahun 1960.
Walaupun masih diperkuat Di Stefano, Francisco Gento ditambah legenda Hungaria, Ferenc Puskas, Los Merengues tak berdaya di hadapan La Beneamata.
Dengan strategi yang diusungnya Inter unggul dua gol melalui Sandro Mazzola (43') dan Aurelio Milani (61'), Madrid sempat memiliki harapan karena Felo memperkecil kedudukan menit 70. Tapi pertandingan ini sudah menjadi milik Inter, Mazzola mencetak gol pamungkas 14 menit jelang peluit panjang dibunyikan.
Untuk pertama kalinya, tim biru hitam itu mengangkat trofi bergengsi tersebut di Praterstadion, Austria.
1992
Setelah sekian tahun lamanya final European Champions Club's Cup tidak menghadirkan pertarungan antara wakil Italia versus wakil Spanyol, final di Wembley ini menjadi yang pertama.
Kala itu Sampdoria dipimpin pelatih asal Yugoslavia, Vujadin Boskov dengan bintang-bintang seperti Attilio Lombardo, Srecko Katanec, Gianluca Vialli dan Roberto Mancini. Sementara Barca tak kalah mengerikan, Ronald Koeman, Josep Guardiola, Michael Laudrup dan Hristo Stoichkov adalah andalan bagi pelatih Johan Cruyff.
Selama laga berlangsung, Vialli dan Mancini kesulitan menemukan ruang tembak, sedangkan Laudrup dan Stoichkov tak mampu menggetarkan gawang Gianluca Pagliuca. Tidak terciptanya gol pada waktu normal, tendangan bebas yang bagaikan geledek milik Ronald Koeman di menit 112 extra time mengubah arah pertandingan hingga akhirnya Barca keluar sebagai juara.
1994
Setelah dikalahkan Marseille di final tahun sebelumnya, Milan kembali lagi ke partai puncak. Barca pun berniat memenangkan gelar keduanya di Olympic Stadium, Athena, Yunani.
Motivasi atas kegagalan tahun sebelumnya benar-benar membakar semangat seluruh pemain Milan. Walaupun kapten Franco Baresi dan Alessandro Costacurta terkena hukuman larangan bermain, permainan Milan benar-benar luar biasa.
Mereka membuat Barca tak berkutik dengan keunggulan dua gol di babak pertama, dua gol Daniele Massaro mengembangkan senyum para pendukung Rossoneri. Di babak kedua Milan menciptakan dua gol tambahan melalui Dejan Savicevic dan Marcel Desailly.
Barca yang masih diarsiteki Johan Cruyff dengan pemain-pemain bintang seperti Stoichkov, Romario, Ronald Koeman dan Guardiola akhirnya hanya bisa tertunduk lesu saat peluit panjang dibunyikan. Mereka harus mengakui kehebatan racikan Fabio Capello.
1998
Dengan enam gelar Champions di lemari trofi, Madrid harus menunggu 32 tahun untuk meraih gelar ketujuh. Juventus datang ke Amsterdam Arena setelah dua tahun sebelumnya mereka selalu tampil sebagai finalis, mengalahkan Ajax dengan adu penalti di 1996 dan ditumbangkan Dortmund setahun sesudahnya.
Sayangnya Marcello Lippi gagal memberi trofi Champions gara-gara gol tunggal Predrag Mijatovic di menit 66. Deschamps, Zidane, Filipop Inzaghhi dan Del Piero pun meninggalkan Amsterdam Arena dengan kepala tertunduk.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Situasi Pelik Inter Milan terkait Lautaro Martinez jelang Duel Kontra Juventus
Liga Italia 7 September 2025, 00:11 -
AC Milan Masih Minati Vlahovic: Ada Kendala dan Pesaing yang Harus Diwaspadai
Liga Italia 6 September 2025, 23:55 -
Nkunku Bukan Penyerang Tengah, Gimenez Masih Layak Tempati Posisi Nomor 9 AC Milan
Liga Italia 6 September 2025, 20:33 -
Hansi Flick Belum Temukan Kombinasi Bek Tengah Terbaik Barcelona
Liga Spanyol 6 September 2025, 16:32
LATEST UPDATE
-
Andre Onana OTW Tinggalkan Man United, Sepakat Merapat ke Trabzonspor
Liga Inggris 8 September 2025, 01:41 -
Man of the Match Lithuania vs Belanda: Memphis Depay
Piala Dunia 8 September 2025, 01:30 -
Bad News untuk Arsenal, William Saliba Harus Absen hingga Sebulan
Liga Inggris 8 September 2025, 00:47 -
Masa Depan Cerah Benjamin Sesko di Manchester United: Potensi Bomber Kelas Dunia
Liga Inggris 7 September 2025, 23:40 -
Kisah 20 Tahun Presnel Kimpembe di PSG Resmi Berakhir
Liga Eropa Lain 7 September 2025, 22:22 -
Daftar Pembalap Formula 1 dengan Kemenangan Terbanyak Sepanjang Sejarah
Otomotif 7 September 2025, 21:39 -
Hasil Lengkap dan Klasemen Pembalap Formula 1 2025
Otomotif 7 September 2025, 21:29 -
Update Klasemen Pembalap Formula 1 2025
Otomotif 7 September 2025, 21:28 -
Klasemen Sementara Formula 1 2025 Usai Seri Italia di Monza
Otomotif 7 September 2025, 21:27 -
Hasil Balapan Formula 1 GP Italia 2025: Max Verstappen Kalahkan Duet McLaren
Otomotif 7 September 2025, 21:22
LATEST EDITORIAL
-
Isak Catat Rekor Baru, Ini 5 Transfer Termahal Premier League
Editorial 3 September 2025, 14:48 -
Rekor Pecah Lagi! 5 Pemain Liverpool dengan Harga Fantastis
Editorial 3 September 2025, 13:18 -
6 Pemain yang Menolak Chelsea untuk Gabung Tottenham, Termasuk Xavi Simons
Editorial 1 September 2025, 17:24