Sisi Kelam El Clasico
Dimas Ardi Prasetya | 27 November 2015 06:59
Bola.net - Bola.net - Duel antara Real Madrid dan adalah laga yang megah. Duel ini menyajikan pertempuran dua tim terbaik di Spanyol dan Eropa yang masing-masing skuatnya dipenuhi oleh pemain-pemain dengan embel-embel terbaik di dunia.
Wajar saja apabila pertandingan ini mampu menyedot jutaan pasang mata untuk menontonnya. Mereka menantikan aksi-aksi terbaik dari kedua tim tersebut.
Akan tetapi di balik kemegahannya, El Clasico juga menyimpan sisi kelam, baik di dalam maupun di luar lapangan. Sebuah sisi yang tak pantas untuk dicontoh insan sepakbola manapun di dunia ini.
Berikut kami sajikan sisi kelam apa saja yang pernah terjadi di dalam dan di sekitar duel akbar ini.
Suap Wasit

Dalam laporannya, seorang hakim garis diperintahkan oleh wasit untuk menguntungkan Madrid dalam Clasico nanti. Namun wasit tersebut menolak permintaan tersebut dan pada akhirnya ia mendapatkan telepon dari petinggi RFEF yang mengancam akan menghabisi kariernya.
Mereka yang mencoba mengatur jalannya laga ini memilih untuk menyuap Hakim Garis lantaran biasanya kesalahan yang mereka lakukan tidak akan terlalu mencolok jika dibanding wasit utama yang melakukan kesalahan.
Sang Hakim Garis yang mendapat ancaman itu kemudian melaporkan ancaman tersebut pada Jaksa Anti Korupsi Spanyol dan kepolisian setempat akhirnya bergerak untuk mengusut kasus tersebut. Sampai saat ini, pihak kepolisian masih terus mengusut kasus tersebut.
Transfer Luis Figo Picu Kemarahan Fans Barca

Saat ia kembali ke Camp Nou untuk pertama kalinya pada 21 Oktober 2000 setelah resmi berseragam Madrid, para fans Blaugrana sudah menunggu Figo. Mereka tak sekedar mencemooh, namun juga melemparkan benda apapun yang bisa mereka lempar saat itu, mulai dari buah jeruk, botol minuman, korek api hingga telepon seluler. Insiden itu memaksa Figo tak mengambil semua jatah tendangan penjuru yang didapatkan oleh Los Blancos.
Setahun berselang, Figo kembali untuk kedua kalinya ke Camp Nou, tepatnya pada 23 November 2002. Ternyata, bara amarah masih membara di dada para fans Blaugrana. Insiden lemparan berbagai benda ke dalam lapangan pun mulai terjadi ketika Figo mengambil tendangan penjuru.
Para fans tersebut melemparkan kaleng bir, korek api, botol dan bola golf. Menurut penuturan Michel Salgado, bahkan ada fans yang melempar pisau dan botol miras dari kaca. Tak sampai di situ, kemudian ada satu item mengerikan yang dilemparkan oleh para fans tersebut dan tertangkap sorotan kamera, yakni kepala babi.
Amarah Sergio Ramos
El Clasico adalah laga dengan aroma perseteruan yang sangat kental. Tak hanya mempengaruhi para fans, duel tersebut juga mempengaruhi hubungan pertemanan para penggawa kedua klub tersebut.Banyak pemain asli Spanyol yang bermain di kedua klub tersebut. Sebut saja Sergio Ramos dan Xavi, plus Carles Puyol. Mereka bertiga bahkan baru saja membawa La Roja menjadi juara Piala Dunia 2010.
Akan tetapi saking panasnya duel Clasico, Ramos sampai sempat emosi dan mendorong Xavi dan Puyol dengan agresif. Insiden tersebut terjadi pada El Clasico 29 November 2010 lalu.
Aksi tak terpuji Ramos ini terjadi setelah ia dengan sengaja menendang Lionel Messi dengan keras. Alhasil tensi antar dua klub naik dengan drastis. Saat Puyol mendekat pada dirinya, Ramos langsung mendorong muka bek gondrong tersebut hingga ia jatuh. Tak cukup sampai di situ, ketika Xavi mendekat, ia juga mendorong mukanya dengan agresif.
Jose Mourinho & Mata Tito Vilanova

Duel El Clasico terjadi di ajang Supercopa pada Agustus 2011. Saat itu, ada momen ikonik yang tak akan terlupakan sampai kapanpun, yakni ketika Mourinho mencolok mata kanan Tito, yang saat itu masih menjadi asisten Josep Guardiola.
Insiden tersebut dimulai ketika Marcelo melakukan pelanggaran keras pada Cesc Fabregas. Alhasi, tensi di antara pemain dan staf pelatih kedua klub tersebut meninggi. Laga pun terhenti karena terjadi saling dorong antara kedua pihak. Saat itulah, Mourinho tiba-tiba datang dari belakang dan mencolok mata kanan Tito.
Sebagai buntut dari insiden tersebut, Mourinho dilarang mendampingi Madrid bermain sebanyak dua kali.
Saga Transfer Alfredo Di Stefano

Barca akhirnya memenangi perburuan Di Stefano kala itu dan mengumumkan transfernya pada 16 Agustus 1953. Kepindahan tersebut terjadi berkat usaha keras Presiden Blaugrana, Enric Marti. Akan tetapi, kemudian muncul kerumitan dalam transfer tersebut.
Ternyata, hak kepemilikan Di Stefano tak sepenuhnya dikuasai Millonarios. Separuhnya lagi dikuasai oleh klub lama pemain tersebut, River Plate. Hal ini membuat Millonarios tak bisa bebas menjual penyerangnya tersebut.
Kerumitan kian bertambah karena otoritas sepakbola Spanyol, RFEF tak mengetahui adanya transfer tersebut. Mereka pun ikut turun tangan setelah didesak FIFA dan ternyata solusi yang mereka berikan jauh dari kata memuaskan. Mereka mengizinkan Di Stefano main di Spanyol selama empat tahun asalkan mau bergantian bermain untuk Barcelona dan Madrid. Tiap klub mendapatkan jatah memainkannya selama dua tahun.
Barca menolak solusi tersebut. Saat Blaugrana memprotes keputusan tersebut dan berusaha berjuang agar Di Stefano gabung mereka, Madrid memanfaatkan momen tersebut untuk menarik Di Stefano. Alhasil ia pun sepenuhnya menjadi milik Los Blancos.
Transfer itu sendiri menyisakan bau tak sedap karena El Real dianggap memanfaatkan dukungan dari rezim yang berkuasa kala itu, Jenderal Franco. Barca sendiri tak memberikan banyak perlawanan atas transfer tersebut. Mereka melakukan hal tersebut karena disinyalir mendapat tekanan dari Jenderal Franco.
Pembantaian Tahun 1943

Kemudian, Real Madrid dan Barcelona bertemu di ajang Generalissimo Cup (sekarang Copa del Rey). Di laga leg pertama, Blaugrana unggul telak 3-0. Di leg kedua mereka harus bertandang ke ibukota.
Akan tetapi sesaat sebelum dimulainya laga leg kedua tersebut, (menurut salah satu rumor yang beredar) Kepala Keamanan Jenderal Franco mendatangi skuat Barca dan memberikan salam yang sederhana, namun mengandung ancaman yang sangat nyata.
Jangan lupa bahwa sebagian dari kalian bisa bermain (di sini) karena kemurahan hati dari rezim yang telah memaafkan Anda atas kurangnya rasa patriotisme Anda. Demikian 'salam' dari sang Kepala Keamanan tersebut.
Salam itu terbukti 'manjur'. Hanya dalam tempo 30 menit Barca sudah kalah 2-0 dan seorang pemainnya terkena kartu merah. Dan saat pertandingan memasuki waktu turun minum, mereka sudah tertinggal 8-0.
Madrid akhirnya menang dengan skor 11-1 di pertandingan tersebut. Media Spanyol sendiri kemudian menyebut laga itu sebagai sebuah laga yang absurd dan tak normal.
Pertandingan dan insiden itu pulalah yang menjadi katalis dari sengitnya duel-duel El Clasico sampai saat ini.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Apakah Kylian Mbappe Sudah Jadi Pengganti Cristiano Ronaldo di Real Madrid?
Liga Spanyol 23 Oktober 2025, 22:59
-
Lionel Messi Resmi Perpanjang Kontrak di Inter Miami: Bertahan hingga 2028!
Bola Dunia Lainnya 23 Oktober 2025, 22:57
-
Gagal Tanding di Miami, Barcelona Kehilangan Pendapatan Miliaran Rupiah
Liga Spanyol 23 Oktober 2025, 22:35
LATEST UPDATE
-
Prediksi Sassuolo vs AS Roma 26 Oktober 2025
Liga Italia 24 Oktober 2025, 17:53
-
Prediksi Aston Villa vs Manchester City 26 Oktober 2025
Liga Inggris 24 Oktober 2025, 17:09
-
Manuver Baru Menkeu Purbaya: Rekrut 'Hacker' Perkuat Sistem Coretax
News 24 Oktober 2025, 16:56
-
Cara Cek BLT Kesra 2025 dengan Mudah: Panduan Lengkap Penerima dan Pendaftaran
News 24 Oktober 2025, 16:55
-
Jadwal Lengkap BRI Super League 2025/2026
Bola Indonesia 24 Oktober 2025, 16:46
-
Jadwal Persib Bandung di BRI Super League 2025/2026
Bola Indonesia 24 Oktober 2025, 16:44
-
Jadwal Lengkap Manchester United 2025/2026
Liga Inggris 24 Oktober 2025, 16:41
-
Jadwal Lengkap Serie A 2025/2026
Liga Italia 24 Oktober 2025, 16:39
-
Jadwal Lengkap La Liga 2025/2026
Liga Spanyol 24 Oktober 2025, 16:37
-
Jadwal dan Nonton Liga Inggris 2025/26 Pekan ke-9: Tayang di Vidio
Liga Inggris 24 Oktober 2025, 16:32
LATEST EDITORIAL
-
3 Manajer Premier League yang Kontraknya Habis pada Musim Panas 2026
Editorial 23 Oktober 2025, 21:39
-
10 Gelandang Tengah Terbaik di Dunia Saat Ini: Dari Vitinha hingga Mac Allister
Editorial 23 Oktober 2025, 20:56









