Arne Slot Mengubah Wajah Liverpool: Tinggalkan DNA Lama, Siapkan Identitas Baru
Richard Andreas | 15 Agustus 2025 11:45
Bola.net - Liverpool memasuki babak baru di bawah arahan Arne Slot setelah berhasil meraih gelar Premier League musim sebelumnya. The Reds kini tidak lagi bergantung pada "heavy metal football" yang menjadi ciri khas era Jurgen Klopp.
Slot menghadirkan pendekatan yang lebih terstruktur dengan mengedepankan penguasaan bola dan pola serangan yang terorganisir rapi. Enam pemain baru telah didatangkan untuk memperkuat skuad, termasuk Milos Kerkez dan Jeremie Frimpong yang langsung menjadi tulang punggung tim.
Namun transformasi taktik ini juga melahirkan sejumlah tantangan baru. Keseimbangan di lini tengah dan kerentanan terhadap serangan balik menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Slot.
Bagaimana peran Wirtz dan Ekitike dalam mengubah dinamika serangan Liverpool?
Evolusi Fase Build-Up Liverpool di Bawah Slot

Liverpool secara bertahap mulai meninggalkan gaya build-up langsung yang menjadi andalan Klopp. Di era Slot, Van Dijk dan rekan-rekan di lini belakang lebih sering memainkan umpan-umpan pendek kepada Ryan Gravenberch yang berperan sebagai single pivot.
Formasi 3-1 menjadi pilihan favorit dengan Andrew Robertson yang membentuk back three ketika tim menyerang. Kedatangan Kerkez dan Frimpong mengubah pendekatan tersebut, terlihat dalam laga uji coba melawan Athletic Club ketika Gravenberch justru sering turun ke antara kedua bek tengah.
Perubahan ini memungkinkan kedua full-back mengambil posisi yang lebih tinggi di lapangan. Frimpong kerap menyusup ke area dalam, sementara Kerkez tetap mempertahankan posisi lebar.
Hasilnya adalah sirkulasi bola yang lebih cepat dengan variasi sudut passing yang lebih beragam. Slot tampaknya menginginkan Liverpool memiliki fleksibilitas lebih tinggi dalam membangun serangan, dan meski belum sempurna, penyesuaian kecil ini berpotensi menjadi senjata ampuh untuk menghadapi pressing lawan.
Masalah Keseimbangan Lini Tengah dan Kerentanan Defensif
Musim lalu, trio Gravenberch-Mac Allister-Szoboszlai menjadi fondasi kuat Liverpool. Mereka menunjukkan ketangguhan baik dalam membangun serangan maupun memutus serangan balik lawan.
Kehadiran Florian Wirtz sebagai No.10 baru justru mengganggu keseimbangan yang sudah terbentuk ini. Contohnya terlihat saat Community Shield melawan Crystal Palace, dua gol Palace lahir dari celah yang terbuka di lini tengah.
Adam Wharton dengan mudah melewati pressing yang dilakukan Wirtz-Szoboszlai sebelum mengirim bola kepada Jean-Philippe Mateta. Van Dijk juga terlihat kurang nyaman dengan formasi back four yang masih dalam tahap adaptasi.
Garis pertahanan kerap tidak menunjukkan kekompakan, seperti yang terlihat jelas pada posisi kedua gol Palace. Slot membutuhkan solusi cepat untuk mengatasi masalah ini, dengan Mac Allister yang baru pulih dari cedera diharapkan mampu mengembalikan stabilitas tim.
Ujian sesungguhnya akan datang ketika Wirtz, Mac Allister, dan Gravenberch bermain bersama dalam satu formasi.
Wirtz-Ekitike, Dinamika Baru Serangan Liverpool

Kedatangan Wirtz dan Hugo Ekitike membawa angin segar untuk lini serang Liverpool. Duo ini menawarkan kreativitas dan ketajaman finishing yang lebih baik dibandingkan kombinasi Szoboszlai-Diaz musim sebelumnya.
Wirtz langsung menjelma menjadi dalang serangan dengan peran sebagai roaming playmaker. Dia sering bergerak ke sisi kiri untuk menciptakan sinergi dengan Ekitike dan Cody Gakpo.
Gol pertama Liverpool versus Palace menjadi bukti nyata chemistry yang mereka miliki. Namun perubahan ini membuat Mohamed Salah sedikit terisolasi di sisi kanan.
Tanpa kehadiran Trent Alexander-Arnold dan Szoboszlai di sisi kanan, Frimpong masih memerlukan waktu untuk memahami pola pergerakan Salah. Masalah lain adalah kedalaman skuad yang menipis setelah kepergian Diaz dan Darwin Nunez, membuat opsi di bangku cadangan terbatas.
Liverpool dikabarkan masih memburu Alexander Isak, namun tanpa penambahan pemain baru, beban di lini depan bisa menjadi terlalu berat.
Ancaman Serangan Balik dan Peran Full-Back Baru
Kerkez dan Frimpong merupakan dua full-back paling ofensif di Eropa saat ini. Statistik menunjukkan Frimpong masuk dalam top 1% pemain di kategori runs in behind dan cross receiver.
Slot memanfaatkan profil mereka dengan pola underlapping run ketika salah satu full-back tuck in, sementara yang lainnya maju memberikan opsi passing. Contohnya terlihat saat Frimpong melakukan underlap dengan Salah melawan Athletic Club.
Gaya bermain ini memang berisiko karena jika kedua full-back terlalu tinggi, Liverpool menjadi rentan diserang balik. Slot harus menemukan formula yang tepat agar Kerkez-Frimpong tidak meninggalkan celah berbahaya di belakang.
Frimpong bahkan berpotensi menjadi alternatif pengganti Salah saat Piala Afrika berlangsung. Fleksibilitas ini menjadi nilai tambah meski masih memerlukan uji coba lebih lanjut.
Set-Piece, Masalah Lama yang Belum Terpecahkan

Liverpool kurang mematikan dari situasi bola mati musim lalu dengan hanya empat tim Premier League yang mencetak gol lebih sedikit per 100 tendangan set-piece. Slot mengakui bahwa ini merupakan kelemahan yang harus diperbaiki.
"Kami harus lebih baik di sektor ini," ujarnya tegas. Latihan long throw-in yang dilakukan Gravenberch dan kawan-kawan selama tur Asia menunjukkan upaya serius untuk melakukan perbaikan.
Kehilangan Alexander-Arnold sebagai eksekutor ulung semakin memperburuk situasi ini. Tanpa spesialis pelatih set-piece, Liverpool masih mengandalkan Aaron Briggs padahal kemampuan memanfaatkan situasi dead-ball bisa menjadi faktor penentu melawan tim yang menerapkan pertahanan rendah.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Bakal Cabut dari MU, Jadon Sancho Bakal Lanjutkan Karir Jauh dari Inggris
Liga Inggris 19 November 2025, 16:21
-
Duh, MU Tidak Bisa Angkut Joao Gomes di Januari 2026?
Liga Inggris 19 November 2025, 16:11
-
Debut Sempurna Kiper Manchester United di Timnas Belgia
Liga Inggris 19 November 2025, 11:59
-
Cinta Mati! Antony Tolak Raksasa Eropa Ini demi Gabung Real Betis
Liga Inggris 19 November 2025, 11:45
LATEST UPDATE
-
Vinicius Junior dan Peringatan Toni Kroos: Perilaku yang Bisa Merugikan Real Madrid
Liga Spanyol 19 November 2025, 20:21
-
Juventus dan Kesenjangan Kualitas Skuad: Jalan Panjang untuk Kembali ke Puncak
Liga Italia 19 November 2025, 20:03
-
Prediksi Persijap Jepara vs Semen Padang 20 November 2025
Bola Indonesia 19 November 2025, 19:30
-
Kebangkitan Bintang Polandia: Mengapa Zielinski Jadi Pilihan Terbaik untuk Derby Milan
Liga Italia 19 November 2025, 19:23
-
BRI Super League: Persiapan Maksimal Persebaya untuk Derby Jatim Kontra Arema
Bola Indonesia 19 November 2025, 18:31
-
BRI Super League: Derby Jatim, 3 Pilar Arema FC Absen Lawan Persebaya Surabaya di GBT
Bola Indonesia 19 November 2025, 18:23
-
3 Pekerjaan Rumah Mendesak Timnas Indonesia U-22 jelang SEA Games 2025
Tim Nasional 19 November 2025, 17:47
-
Siaran Langsung BRI Super League: Persib vs Dewa United, Tayang di Vidio
Bola Indonesia 19 November 2025, 17:01
-
Pengakuan Emosional Maldini: Sulit Bicara Soal AC Milan, Tapi Hati Tetap Merah Hitam
Liga Italia 19 November 2025, 17:00
-
Simak BRI Super League 2025/26 Pekan ke-13, Tayang Eksklusif di Vidio
Bola Indonesia 19 November 2025, 16:57
-
Diam dalam Sunyi, MU Ternyata Rajin Pantau Pemain Timnas Jerman Ini
Liga Inggris 19 November 2025, 16:44
-
Dino Zoff Soroti Sepak Bola Italia: Serie A Terlalu Lambat dan Banyak Drama!
Piala Dunia 19 November 2025, 16:31
LATEST EDITORIAL
-
4 Pemain yang Bisa Didatangkan Liverpool di Januari untuk Selamatkan Musim
Editorial 19 November 2025, 01:56
-
3 Bintang Manchester United yang Bisa Ditukar dengan Antoine Semenyo
Editorial 19 November 2025, 01:37
-
Tempat Lahirnya Legenda: 10 Stadion Paling Ikonik dalam Sejarah Sepak Bola
Editorial 13 November 2025, 10:55





