Krisis Liverpool Parah: Statistik Mengungkap Laju Terburuk dalam 70 Tahun

Richard Andreas | 28 November 2025 09:49
Krisis Liverpool Parah: Statistik Mengungkap Laju Terburuk dalam 70 Tahun
Pemain Liverpool, Mohamed Salah, memberi tepuk tangan kepada para penggemar usai pertandingan Liga Inggris melawan Aston Villa, Sabtu (1/11/2025). (c) AP Photo/Jon Super

Bola.net - Liverpool memasuki fase kompetisi dengan tekanan berat setelah kekalahan 1-4 dari PSV Eindhoven. Kekalahan itu mengiringi turunnya performa tim ke tingkat yang belum pernah terlihat dalam beberapa dekade.

Setelah memulai musim sebagai juara bertahan, perjalanan The Reds kini berada jauh dari ekspektasi. Posisi mereka di liga juga merosot drastis. Dengan hanya satu kemenangan dalam lima laga terakhir Premier League, jarak ke puncak klasemen semakin melebar.

Advertisement

Kondisi ini membuat musim yang awalnya menjanjikan berubah menjadi rangkaian hasil yang mengecewakan. Catatan statistik memperkuat gambaran tersebut.

Laju musim ini disebut-sebut sebagai yang terburuk dalam 70 tahun terakhir, menimbulkan kekhawatiran serius di antara pendukung.

1 dari 3 halaman

Penurunan Drastis dalam Performa Liga

Penurunan Drastis dalam Performa Liga

Reaksi para pemain Liverpool setelah pertandingan Liga Champions melawan PSV, Kamis, 27 November 2025. (c) AP Photo/Jon Super

Liverpool membuka musim dengan lima kemenangan beruntun di Premier League dan tujuh di semua kompetisi.

Namun, momentum itu hilang ketika mereka kalah 2-1 dari Crystal Palace pada 27 September. Dari titik itu, penampilan tim menurun tajam dan belum kembali stabil.

Setelah kekalahan tersebut, mereka kalah sembilan kali dan hanya menang tiga dari 12 pertandingan. Enam kekalahan dari tujuh laga liga membuat posisi mereka merosot dari pemuncak klasemen menjadi peringkat ke-12.

Liverpool menjadi juara bertahan pertama sejak Leicester musim 2016-17 yang kalah enam dari 12 laga awal. Data itu menunjukkan betapa cepatnya performa klub terjun bebas dalam hitungan pekan.

2 dari 3 halaman

Eropa Tak Lagi Jadi Pelipur Lara

Eropa Tak Lagi Jadi Pelipur Lara

Curtis Jones, Ryan Gravenberch, dan Alexis Mac Allister tampak kecewa setelah Liverpool kebobolan gol keempat dari pemain PSV, Couhaib Driouech pada laga Liga Champions di Anfield. (c) AP Photo/Jon Super

Kompetisi Eropa yang sempat menjadi tempat Liverpool mengumpulkan poin kini tidak mampu menahan lajunya penurunan. Kemenangan atas Eintracht Frankfurt dan Real Madrid memberi sedikit ruang bernapas, tetapi hasil terbaru melawan PSV memberi gambaran lebih gelap.

Kekalahan 4-1 itu membuat mereka sudah dua kali kalah dalam lima laga Champions League musim ini. Lebih buruk lagi, kekalahan tersebut menjadi kekalahan ketiga berturut-turut dengan selisih tiga gol atau lebih, setelah sebelumnya kalah 3-0 dari Manchester City dan Nottingham Forest.

Catatan sembilan kekalahan dalam 12 laga menyamai tren buruk yang terakhir kali terjadi pada musim 1953-54. Situasi itu memperlihatkan betapa seriusnya kemerosotan yang dialami tim.

3 dari 3 halaman

Mengulang Sejarah Pahit Era 1950-an

Performa Liverpool saat ini sering dibandingkan dengan musim 1953-54, ketika mereka mencatat rangkaian hasil yang sangat mengecewakan. Pada musim tersebut, mereka tumbang 5-1 dari Portsmouth dan Manchester United, lalu 5-2 dari West Brom pada hari Natal.

Rangkaian tersebut merupakan bagian dari sembilan kekalahan dalam 11 pertandingan, hanya diselingi kemenangan atas Blackpool dan hasil imbang melawan West Brom. Semuanya terjadi di liga, kecuali tersingkirnya mereka di Piala FA oleh Bolton.

Setelah kemenangan atas Blackpool, tim Don Welsh gagal menang dalam 15 laga beruntun hingga Maret sebelum akhirnya terdegradasi.

Meskipun performa musim itu lebih buruk dari saat ini, penurunan tersebut tidak terlalu mengejutkan karena Liverpool hanya finis di posisi ke-17 pada musim sebelumnya.

LATEST UPDATE