Sanchez Cedera, Jenas Tak Salahkan Wenger

- Jermaine Jenas mengatakan bahwa cedera yang dialami oleh Alexis Sanchez terjadi bukan karena salah Arsene Wenger.

Seperti yang diketahui, penyerang asal Chile itu mengalami cedera hamstring saat Arsenal bersua dengan Norwich City akhir pekan kemarin. Cedera itu menambah panjang deretan pemain yang harus merapat ke ruang medis di klub tersebut.

Cedera itu berimbas negatif pada Wenger. Ia menjadi pihak yang disalahkan karena dianggap memaksakan Sanchez tampil di laga tersebut. Ia juga disalahkan karena tak mengistirahatkan penyerang 26 tahun itu di laga kontra Dinamo Zagreb.

Namun Jenas tak menganggap cedera itu merupakan buah dari kesalahan Wenger. Dikatakannya, cedera itu terjadi lantaran Sanchez memiliki tekad yang kuat untuk selalu bisa tampil di tiap pertandingan yang dilakoni The Gunners dan Wenger tak mau mengambil resiko membuat superstar-nya itu merasa kesal lantaran keinginannya untuk bermain tak dipenuhi.

Wenger dan staf medis hanya bisa mendengarkan apa yang dikatakan para pemain pada mereka dan Sanchez tanpa diragukan menegaskan dirinya fit untuk menghadapi The Canaries. Saya tak pernah melihat seorang manajer yang benar-benar memaksa seorang pemain untuk bermain di sebuah laga. Justru hal yang sebaliknya yang cukup sering terjadi, ujar Jenas pada Yahoo Sport.

Sanchez adalah peranakan spesial untuk tekadnya yang selalu ingin terus bermain setiap saat. Satu-satunya pemain di sejarah Premier League yang bisa dibandingkan dengannya adalah Luis Suarez. Entah apakah itu di level klub, negara, Piala Liga, Piala FA atau lawan klub kecil, kedua pemain itu selalu menuntut untuk bisa berada di lapangan setiap laga, memberikan setiap jengkal kemampuan mereka. Yang bisa mengetahui kondisi tubuh seorang pemain adalah pemain itu sendiri. Namun kenyataannya adalah di Premier League para pemain terbiasa uintuk bermain secara konstan di bawah pengaruh rasa sakit, terangnya. [initial]

 (yahs/dim)

Sejarah Baru: Arsenal Raih 100 Kemenangan di Liga Champions

Arsenal Resmi Jadi 'Raja Bola Mati' di Eropa