Memahami Persatuan Korea dan Atlet Independen di Asian Games 2018

Afdholud Dzikry | 15 Agustus 2018 11:13
Memahami Persatuan Korea dan Atlet Independen di Asian Games 2018
Toko Merchandise Asian Games 2018 (c) Fitri Apriani

Indonesia menjadi tuan rumah hajatan besar Asian Games 2018. Jakarta dan Palembang menjadi kota tempat digelarnya pesta olahraga negara-negara di seluruh Asia ini.

Namun bagi yang memperhatikan, mungkin ada beberapa pertanyaan tentang beberapa 'negara' kontestan Asian Games tahun ini. Ada nama Korea Bersatu dan bendera Atlet Independen Asia yang ikut bersaing di Jakarta dan Palembang.

Advertisement

Korea Bersatu, simpel saja, adalah gabungan antara atlet dari Korea Utara dan Korea Selatan. Benderanya cukup simpel, dengan peta semenanjung Korea berwarna biru dan latar belakang putih. Para atlet yang bernaung di bawah bendera Korea Bersatu ini hanya bertanding di beberapa cabang olahraga saja; bola basket, kano, dan dayung.

Dari tiga cabang tersebut, Korea Bersatu akan bertanding di enam nomor event. Mereka akan berjuang memperebutkan medali di basket putri (5x5), perahu naga putra dan putri, dayung LM4- putra, LM8+ putra, serta LW2X putri.

Persatuan Korea di olahraga ini bukan hal baru. Pada Januari lalu, dua negara Korea mengumumkan akan bergandengan tangan di ajang Olimpiade Musim Dingin. Korea Bersatu pun kemudian turun di cabang olahraga Hoki putri.

Sementara itu, salah satu kontestan yang juga cukup menyita perhatian adalah kontingen Atlet Independen Asia. Mereka akan tampil dengan menggunakan bendera Dewan Olimpiade Asia (OCA). Kontingen ini beranggotakan 31 atlet, 26 atlet putra dan lima atlet putri.

Semua atlet yang tampil sebagai atlet independen semuanya berasal dari Kuwait. Saat ini Kuwait memang masih dihukum larangan mengikuti kegiatan olahraga yang berhubungan dengan Olimpiade atau sejenisnya, termasuk Asian Games.

Kuwait secara resmi dijatuhi hukuman sejak 27 Oktober 2015. Komite Olimpiade Kuwait dinilai bersalah karena mengubah undang-undang keolahragaan yang dipersengketakan. Setelah diberi waktu untuk menyelesaikan masalah itu, pihak Kuwait belum juga bisa mematuhinya sehingga hukuman pun dijatuhkan.

Atlet independen sendiri sebenarnya sudah lama ikut berkompetisi di ajang Internasional. Pada Olimpiade 1992 Barcelona, beberapa atlet Yugoslavia memilih bertanding dengan status independen. Para atlet Timor Leste juga tampil sebagai atlet independen pada Olimpiade Sydney 2000 setelah mereka berpisah dari Indonesia. Yang terbaru, di Olimpiade Musim dingin 2018 lalu, para atlet Rusia juga masuk dalam kontingen Atlet Independen karena negara mereka juga tengah dihukum.

Para atlet yang bertanding di bawah bendera OCA tidak diperbolehkan menunjukkan identitas negara asli mereka. Artinya, Para atlet dari Kuwait kali ini tidak boleh memakai jersey Kuwait, membawa bendera Kuwait, atau menyanyikan lagu kebangsaan Kuwait. Mereka akan sepenuhnya memakai lambang-lambang OCA selama bertanding di Asian Games 2018.