Pemain Dengan Jam Terbang Tertinggi di Timnas Indonesia Saat Ini, Ada Febri Hariyadi & Evan Dimas

Irfan Bachdim

Irfan Bachdim menjadi pemain paling lama membela Timnas Indonesia dalam TC ini. Penyerang Bali United itu telah bermain sejak 2010 dan mencatatkan 27 caps versi Soccerway.

Tiga tahun terakhir, penampilan Bachdim telah menurun di level klub. Namun, pemain kelahiran Amsterdam, Belanda itu tetap rutin dipanggil Timnas Indonesia.

Evan Dimas

Di usianya yang baru menginjak 25 tahun, Evan Dimas telah mengumpulkan 25 laga bersama Timnas Indonesia merujuk statistik Soccerway. Maklum, gelandang Persija Jakarta ini telah mengorbit sejak masih bau kencur.

Evan adalah jenderal lapangan tengah Timnas Indonesia di tiap level penting. Dia bermain di Piala AFF 2014, 2016, 2018, dan Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.

Fachruddin Aryanto

Fachruddin Aryanto adalah pemain paling sering tampil untuk Timnas Indonesia di daftar panggilan Shin Tae-yong. Sejak 2011, bek Madura United itu telah membukukan 29 penampilan berdasarkan catatan Soccerway.

Fachruddin rutin menjadi pemain inti, termasuk ketika dipasang sebagai starter pada dua turnamen bergengsi, Piala AFF 2016 dan 2018. Namun, bek berusia 31 tahun itu sempat tidak terpakai di era Simon McMenemy.

Zulfiandi

Soccerway merangkum, Zulfiandi telah mengoleksi sepuluh laga bersama Timnas Indonesia. Pada 2018, saat Luis Milla masih melatih, pemain Madura United ini mulai berhasil menembus skuad senior.

Lantas sejak saat itu, Zulfiandi seolah mengunci satu tempat di lini tengah Timnas Indonesia. Pemain berusia 25 tahun itu juga bermain di Piala AFF 2018 dan Kualifikasi Piala Dunia 2022.

Febri Hariyadi

Sejak 2017, Febri Hariyadi telah terlibat dalam 14 pertandingan bersama Timnas Indonesia berdasarkan Soccerway. Pemain Persib Bandung itu tidak tergantikan di posisi gelandang sayap kiri.

Febri juga tampil di Piala AFF 2018 dan Kualifikasi Piala Dunia 2022. Di tangan Shin Tae-yong, pemain berusia 24 tahun itu diyakini bakal kian bersinar.

Disadur dari: Bola.com/Penulis Muhammad Adiyaksa/Editor Wiwig Prayugi
Published 24 Juli 2020