
Bola.net - Tiga klub besar Eropa, Real Madrid, Juventus, dan Barcelona, masih percaya kalau European Super League bisa dijalankan suatu hari nanti. Namun bagi CEO AC Milan, Ivan Gazidis, ajang yang kontroversial tersebut telah mati.
Milan merupakan satu dari 12 klub yang menyatakan ikut dalam kompetisi tersebut pada bulan April lalu. Mereka jadi wakil dari Italia bersama Juventus dan Inter Milan. Enam tim lainnya dari Inggris, dan sisanya Spanyol.
Ke-12 klub tersebut mengumumkan partisipasinya secara serentak. Sontak, pernyataan tersebut langsung mengundang gelombang protes dari berbagai kalangan. Mulai dari fans, pandit, mantan pesepakbola hingga pemain.
Gelombang protes yang paling keras terjadi di Inggris dan menyebabkan mundurnya 'big six' dari pentas tersebut. Milan, Inter Milan, dan Atletico Madrid mundur setelahnya sehingga menyisakan tiga klub saja.
Scroll ke bawah untuk membaca informasi selengkapnya.
Agar kamu tidak ketinggalan informasi terbaru seputar Liga Champions, kamu bisa join di Channel WA Bola.net dengan KLIK DI SINI.
Super League Telah Mati
Ketiga klub tersebut, terutama Florentino Perez selaku presiden Real Madrid dan penggagas ESL, masih yakin kalau kompetisi bisa dijalankan. Bagi mereka, ESL adalah penyelamat klub dari krisis finansial karena Liga Champions tidak membantu mereka.
Ivan Gazidis sendiri memiliki pandangan berbeda. Pria yang juga pernah mengurus Arsenal tersebut dengan yakin berkata kalau proyek European Super League sudah mati. Akan tetapi, masalah yang menjadi pencetus hadirnya ajang itu masih ada.
"Super League, seperti yang telah dibayangkan, telah mati. Namun, masalah yang menjadi penyebab proyek itu terjadi tidak terpengaruh," kata Gazidis kepada Corriere dello Sport.
Krisis Masih Ada
12 klub sepakat mengadakan European Super League karena terkena dampak Covid-19. Banyak yang menyayangkan mereka menggelar ajang tersebut karena dianggap mengedepankan uang semata, bukan semangat persaingan olahraga.
Namun ironisnya, klub sepak bola butuh uang agar terus berjalan. Covid-19 telah mempengaruhi neraca keuangan klub besar karena absennya fans di stadion hingga menurunnya pemasukan dari sponsor.
"Semuanya, dalam dunia sepak bola, terutama mereka yang mengatur regulasi, harus serius merenungkan asal kejahatan dan apa yang bisa dilakukan - bersama - untuk mencapai sepak bola yang lebih baik dan berkelanjutan," kata Gazidis lagi.
"Gianni Infantino [presiden FIFA] pernah berkata mengenai itu. Orang-orang berbicara soal keserakahan. Klub kami kehilangan 200 juta euro tahun lalu. Apakah serakah untuk mengejar angka nol, titik impas?"
"Apakah serakah kalau mengatakan bahwa kami akan senang jika bisa mencapainya? Kehilangan 200 juta euro artinya ada sesuatu yang rusak. Kami tidak unik, ini menyangkut semua orang," pungkasnya.
(Corriere dello Sport - via Goal International)
Advertisement
Berita Terkait
-
Liga Italia 6 September 2025 08:53
AC Milan Bisa Kehilangan Mike Maignan Tanpa Uang, Chelsea Menunggu!
-
Liga Italia 6 September 2025 07:50
Bek Monaco Ini Teryata Sempat Dilirik AC Milan Sebelum Akhirnya Datangkan Odogu
LATEST UPDATE
-
Piala Dunia 6 September 2025 19:11
-
Otomotif 6 September 2025 18:37
-
Otomotif 6 September 2025 18:32
-
Otomotif 6 September 2025 18:26
-
Tim Nasional 6 September 2025 18:25
-
Otomotif 6 September 2025 18:22
HIGHLIGHT
- Termasuk Kekalahan MU, 5 Momen Menggemparkan di Pi...
- Ruben Amorim Terancam, Ini 6 Kandidat Penggantinya...
- 5 Pemain yang Bisa Jadi Penyelamat Ruben Amorim di...
- 5 Pemain yang Harus Segera Angkat Kaki dari MU Usa...
- Manchester United: 5 Pelatih Pilihan Dan Ashworth ...
- 6 Pemain yang Menolak Chelsea untuk Gabung Tottenh...
- 3 Klub Premier League yang Bisa Rekrut Gianluigi D...