Juanito dan 8 Comeback Legendaris Real Madrid

Juanito dan 8 Comeback Legendaris Real Madrid

Bola.net - - Setelah kekalahan 1-4 di Westfalenstadion, Real Madrid pulang dengan kepala tertunduk. Para fans mereka yang datan menyaksikan ke Jerman pun tak kuasa menahan amarahnya.

Skuad Madrid dicegat di bandara Munster, Dortmund. Sebagian mereka meneriakkan: 'Kami tak butuh uang, kami butuh pemain dengan cojones!' Sebagian lagi mengatakan: 'Kami butuh 11 Juanito'.

Siapa ? Mengapa ia dibutuhkan Madrid di saat seperti ini? Mengapa Sergio Ramos yang berjiwa petarung matador meniru ucapan Juanito setelah 90 menit di Dortmund berakhir?

Secara singkat Juanito adalah legenda Madrid yang mewakili jiwa pantang menyerah mereka. Juanito adalah perwujudan mental juara Madrid yang berperan besar dalam beberapa comeback legendaris El Real. Juanito merupakan inspirasi paling tepat bagi Madrid untuk keluar dari situasi sulit mereka di Liga Champions.

Terlepas dari apakah Madrid akan mampu meraih comeback hebat melawan Dortmund, namun mental juara sudah terlanjur tertanam dalam tim Los Blancos. Yang pasti mereka tak akan menyerah sampai wasit meniup peluit panjang. Berikut adalah beberapa contoh comeback Madrid di pentas Eropa, tim yang mampu menciptakan keajaiban.

1 dari 9 halaman

Derby County

Derby County

Pada musim 1975/76 Madrid berhasil melewati hadangan tim Inggris Derby County di babak 16 besar pentas Piala Eropa (nama Liga Champions waktu itu). Namun Madrid membutuhkan keajaiban untuk bisa menyingkirkan Derby.

Pada leg pertama yang berlangsung di Baseball Ground tanggal 22 Oktober 1975, Madrid dipermalukan dengan skor 1-4. Hattrick George dan satu gol Nish hanya mampu dibalas sekali oleh Pirri.

Madrid mengamuk dalam leg kedua di Santiago Bernabeu pada 5 November 1975. Berhasil menyamakan skor 4-1 pada waktu normal lewat dua gol Roberto Martinez dan Pirri, Madrid akhirnya menang setelah melalui babak tambahan waktu.

Gol Santillana pada menit ke-100 memastikan Los Blancos lolos ke perempat final musim itu.

2 dari 9 halaman

Glasgow Celtic

Glasgow Celtic

Perempat Final Piala Eropa musim 1979/1980 mempertemukan Madrid dengan raksasa Skotlandia Glasgow Celtic. Celtic ternyata mampu menawarkan perlawanan sengit kepada El Real.

Pada leg pertama di Parkhead, Madrid pulang dengan kepala tertunduk setelah kalah 0-2. Gol McCluskey dan Doyle membuat Celtic semakin dekat ke semifinal.

Namun Madrid kembali menunjukkan jiwa juara mereka dengan mengganyang Celtic di Santiago Bernabeu. Santillana, Stielike dan Juanito mencetak gol untuk memutus asa Celtic. Madrid lolos ke semifinal!

3 dari 9 halaman

HNK Rijeka

HNK Rijeka

Pertengahan dekade 80-an adalah era keemasan Madrid dalam hal comeback. Mereka melakukan banyak keajaiban pada era ini. Pada babak 32 besar Piala UEFA musim 1984/85, Madrid harus menghadapi tantangan klub Yugoslavia (kini Kroasia) HNK Rijeka.

Madrid bertandang lebih dulu ke Kantrida, markas Rijeka. Tak disangka, Madrid takluk 1-3. Tetapi Madrid kemudian berhasil menang tiga gol tanpa balas di Santiago Bernabeu berkat penampilan gemilang Emilio Butragueno.

Inilah awal dari kegilaan comeback Madrid.

4 dari 9 halaman

Anderlecht

Anderlecht

Setelah menyingkirkan Rijeka, Madrid bertemu Anderlecht di babak 16 besar Piala UEFA. Kembali, Madrid harus mengerahkan segenap kemampuan mereka untuk membalik keadaan.

Pada leg pertama di markas Anderlecht, Madrid tersungkur 0-3 akibat gol dari Vandenbergh, Czeniantinsky dan penalti Vercauteren. Harapan Madrid untuk lolos ke perempat final nampaknya sudah di ujung tanduk.

Namun El Real mengubah keadaan dengan dukungan publik Bernabeu. Bermain dengan dukungan pada Madridista, Madrid menghajar Anderlecht 6-1. Hattrick Butragueno, dua gol Valdano dan satu gol Sanchis lebih dari cukup untuk membawa Madrid lolos.

5 dari 9 halaman

Internazionale

Internazionale

Masih di musim yang sama dan kompetisi yang sama, Madrid bertemu Internazionale pada babak semifinal. Pertandingan inilah yang membuat Juanito menjadi legenda Madrid dalam hal comeback.

Pertandingan pertama di Giuseppe Meazza berakhir dengan kekalahan 1-3 Madrid. Setelah pertandingan berakhir, Juanito, gelandang Madrid saat itu mendekati bek Inter Graziano Bini. Juanito mengucapkan frase terkenal (yang ditirukan Sergio Ramos setelah kalah dari Dortmund): "Noventa minuti en el Bernabéu son molto longo" (90 menit di Bernabeu adalah waktu yang sangat lama).

Juanito mengucapkan itu dalam bahasa Italia, memastikan bahwa Bini mengerti apa yang ingin disampaikannya. Benar saja, Madrid memang berhasil mengalahkan Inter pada leg kedua dengan skor 3-0.

Mereka akhirnya bablas menjadi juara Piala UEFA musim itu setelah mengalahkan klub Hungaria Videoton dalam final dua leg.

6 dari 9 halaman

Borussia Monchengladbach

Borussia Monchengladbach

Pertandingan Piala UEFA musim 1985/1986 mempertemukan Madrid dengan Gladbach pada babak 16 besar. Saat itu Gladbach adalah salah satu kekuatan yang disegani di Eropa.

Secara mengejutkan, Madrid dihajar 5-1 di Rheinstadion pada leg pertama. Madrid bisa kalah sebesar itu karena memang hanya bermain dengan sepuluh pemain setelah Gordillo diusir wasit Agnolin asal Italia.

Madrid lagi-lagi membalas setimpal kekalahan mereka di Santiago Bernabeu. Santillana dan valdano masing-masing mencetak dua gol untuk memberi kemenangan 4-0 kepada Madrid. Los Blancos lolos ke perempat final dengan keunggulan gol away.

7 dari 9 halaman

Internazionale

Internazionale

Madrid bertemu musuh lamanya lagi di pentas Piala UEFA, Internazionale. Kali ini juga di semifinal. Seperti cerita sebelumnya, Inter juga bisa unggul dalam leg pertama.

Giuseppe Meazza menjadi saksi kemenangan 3-1 Inter atas madrid pada leg pertama. Dua gol Tardelli dan satu gol Salguero cuma bisa dibalas oleh satui gol Valdano.

Lalu keajaiban kembali tercipta di Bernabeu. Madrid berhasil menang 5-1 berkat dua gol Santillana, dua gol Hugo Sanchez dan satu gol Gordillo. Satu-satunya gol Inter dalam laga itu dicetak oleh Brady lewat titik putih.

Madrid mencapai final dan kembali menjadi juara setelah mengalahkan FC Koln di final.

8 dari 9 halaman

Red Star Belgrade

Red Star Belgrade

Musim berikutnya (1986/87) Madrid berlaga di pentas Piala Eropa lagi. pada partai perempat final, mereka dihadapkan dengan tim kuat asal Belgrade, Red Star.

Leg pertama digelar di Little Maracana, markas Belgrade. Madrid dilumpuhkan dengan skor 4-2 dalam stadion yang memang terkenal angker itu.

Pada leg kedua, Madrid membuktikan lagi bahwa Santiago Bernabeu tak kalah angker dari stadion mana pun. Mereka menang 'seperlunya saja' dengan skor 2-0. Gol Madrid saat itu dicetak oleh Butragueno dan Sanchiz.

9 dari 9 halaman

Kesimpulan

Kesimpulan

Semua comeback tersebut menunjukkan Madrid memang tim yang memiliki mental juara. Semangat untuk tak pernah menyerah sudah berhasil ditanamkan dan tumbuh dengan subur di Bernabeu.

Selain itu, dukungan Madridista tak bisa dipungkiri juga memberi dampak positif terhadap permainan Los Blancos. Dalam partai knockout dua pertandingan, leg kedua di Bernabeu bisa menjadi mimpi buruk bagi tim mana pun.

Kini Madrid kembali dihadapkan pada tantangan untuk melakukan comeback sensasional dan bersejarah. Mampukah generasi Madrid saat ini merengkuh jiwa pantang menyerah mereka saat menghadapi Dortmund?

Jawaban dari pertanyaan itu akan kita dapat setelah Howard Webb meniup peluit panjang di Bernabeu nanti. Tapi yang tak perlu diragukan saat ini adalah: 90 menit di Bernabeu akan menjadi waktu yang sangat lama bagi Borussia Dortmund.