Kambing Hitam Dari Perempat-Final Euro 2012

Bola.net - - Oleh: Bayu Yulianto

Ketika kemenangan menghampiri, maka para fans akan bersuka-cita dan mengelu-elukan nama pahlawan mereka. Namun ketika kekalahan menghantui, keadaan akan berbalik dan mereka akan menunjuk kepada orang yang mereka rasa telah mendatangkan mimpi buruk.

Hal yang manusiawi, memang. Khususnya dalam dunia sepakbola dimana setiap pemain memiliki perannya sendiri-sendiri.

Untuk itu, mari kita coba telaah beberapa hal yang membuat tim-tim seperti , , Republik Ceko dan tersingkir di babak perempat-final.

Republik Ceko
Portugal menang 1-0 saat meladeni Ceko. Ironisnya, justru Petr Cech dkk mendominasi permainan. Michal Bilek menginstruksikan tim asuhannya untuk lebih banyak menguasai bola dengan harapan bisa meredam kegarangan Portugal.

Bila saja waktu dapat kembali, Bilek seharusnya tidak bermain defensif. Ceko mesti menciptakan peluang dengan serangan-serangan. Tidak ada istilah 'imbang' dalam babak perempat-final, kemenangan adalah wajib.

Portugal lebih banyak melakukan tendangan dengan perbandingan 20-2. Dan Ceko terlihat mengandalkan seorang Cech untuk membendung 20 tendangan Portugal.

Keputusan yang salah. Anda harus mencetak gol untuk menang.


Menghadapi Spanyol bak mimpi buruk bagi semua tim di Euro kali ini. Tidak ada yang bisa dijadikan kambing hitam bila dikalahkan oleh La Furia Roja.

Begitu indahnya permainan Spanyol sampai-sampai kita tidak menyadari siapa lawan yang mereka hadapi. Mata kita tertuju pada seni yang disajikan tim Matador.

Seandainya dipaksa mencari orang yang paling bersalah membuat Prancis tersingkir, orang itu adalah Florent Malouda. Ia seakan tersihir oleh ritme permainan Spanyol, dan Malouda seperti dibacakan dongeng dan tertidur, dan membiarkan Xabi Alonso mencetak gol-nya di penampilan ke-100 bersama timnas Spanyol.

Andai Malouda kala itu tetap terjaga dan fokus pada permainan tim, ceritanya mungkin akan lain.


Sebetulnya tidak adil bila harus mencari kambing hitam dari Hellas, julukan Yunani. Lawan mereka adalah Jerman, sang favorit juara. Apalagi, di ranah politik, Jerman berperan besar untuk membantu Yunani keluar dari krisis ekonomi. Apakah mereka mengalah demi bantuan keuangan? Hanya orang-orang tertentu yang tahu akan hal itu.

Ditambah lagi, mereka harus kehilangan sosok kapten, Giorgios Karagounis karena larangan bertanding. Suatu pukulan yang telak bagi Yunani bila tanpa sosok Karagounis di pertandingan seberat itu.

Karagounis dianggap diving oleh wasit di laga kemenangan saat melawan Rusia menghasilkan kartu kuning. Namun, bila kembali dicermati, kartu kuning itu tidak pantas bagi Karagounis. Ia memang kena tekling dan harusnya mendapatkan sebuah penalti. Untuk kali ini, sang kambing yang patut disalahkan memang hitam karena anggota dari korps baju hitam, alias wasit.


Kekalahan paling menyakitkan. Bayangkan bila usaha anda selama 120 menit lamanya, memeras keringat dan berlari-lari mengejar bola, harus musnah karena aturan kejam bernama adu penalti. Andai saja kita punya solusi untuk hal ini.

Bila 90 menit keadaan masih imbang maka dilakukan pengurangan pemain di babak perpanjangan waktu. Dua pemain ditarik keluar sehingga di lapangan hanya ada sembilan lawan sembilan. Akan ada banyak ruang disana, dan kemungkinan terciptanya gol kemenangan lebih besar.

Apapun, asal bukan si kambing hitam terbesar dalam sepakbola, yaitu adu penalti.

Namun, itulah indahnya sepakbola. Begitu banyak yang terlibat secara fisik dan emosi hanya untuk dua pilihan, "Menang atau Pulang". Kemenangan terasa manis dan kekalahan itu pahit. Tidak hanya pemain, semua orang merasakannya.