Dari Buffon hingga Ronaldo: 7 Legenda Dunia yang Tak Pernah Mencicipi Trofi Liga Champions

Dari Buffon hingga Ronaldo: 7 Legenda Dunia yang Tak Pernah Mencicipi Trofi Liga Champions
Trofi Liga Champions dipajang saat final antara PSG vs Inter Milan di Allianz Arena, Munich, 1 Juni 2025. (c) AP Photo/Matthias Schrader

Bola.net - Kompetisi Liga Champions UEFA sejak 1992 telah menjadi panggung utama bagi para pemain terbaik dunia. Gelar ini dianggap sebagai puncak kejayaan di level klub sepak bola.

Banyak nama besar seperti Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Zinedine Zidane, dan Kaka telah menorehkan sejarah di kompetisi bergengsi ini. Mereka menjadi simbol kejayaan dan ketenangan di bawah sorotan Eropa.

Namun di balik gemerlap nama-nama tersebut, ada deretan legenda yang tak pernah mengangkat trofi ini. Mereka tampil memukau, menjadi ikon generasi, tetapi gagal mencapai puncak Eropa.

Beberapa di antaranya bahkan sudah berkali-kali mendekati trofi tersebut, namun selalu terhenti di ujung perjalanan. Berikut tujuh legenda besar yang tak pernah meraih trofi Liga Champions.

1 dari 7 halaman

1. Gianluigi Buffon

1. Gianluigi Buffon

Gianluigi Buffon ketika membala Parma pada babak 16 Besar Coppa Italia musim 2022/2023 (c) Twitter @gianluigibuffon

Gianluigi Buffon menjadi simbol ketangguhan dan kesetiaan dalam sepak bola modern. Namun di Liga Champions, ia justru kerap merasakan pahitnya kegagalan.

Kiper legendaris Italia ini tiga kali mencapai final—pada 2003, 2015, dan 2017—namun selalu kalah. Ia merasakan kekalahan dari AC Milan, Barcelona, dan Real Madrid di tiga kesempatan berbeda.

Meski meraih Piala Dunia 2006 dan dominasi domestik bersama Juventus, Buffon tak pernah mengangkat trofi Liga Champions. Kompetisi ini menjadi satu-satunya mimpi yang tak pernah terwujud dalam kariernya.

2 dari 7 halaman

2. Pavel Nedved

2. Pavel Nedved

Pavel Nedved (c) dok.AlShabab_EN

Pavel Nedved mencapai puncak kariernya pada 2003. Energi luar biasa dan kemampuan menembak dengan kedua kaki membuatnya menjadi motor Juventus di Eropa.

Sayangnya, ia absen di final Liga Champions setelah menerima kartu kuning di semifinal melawan Real Madrid. Tanpa Nedved, Juventus hanya bermain imbang 0-0 dan kalah adu penalti dari AC Milan.

Nedved akhirnya meraih Ballon d’Or tahun itu, namun trofi Eropa tetap menjauh darinya. Ia tetap dikenang sebagai simbol semangat dan elegansi sepak bola Ceko.

3 dari 7 halaman

3. Eric Cantona

3. Eric Cantona

Eric Cantona (c) AFP

Eric Cantona menjadi figur penting dalam kebangkitan Manchester United di era 1990-an. Gaya bermainnya yang karismatik dan berani membuatnya dicintai publik Old Trafford.

Namun, ia pensiun pada 1997, dua tahun sebelum MU memenangkan Treble bersejarah pada 1999. Nasib membuatnya tak pernah merasakan kejayaan Eropa bersama tim yang ia bangun.

Meski begitu, Cantona tetap dikenang sebagai pemain yang mengubah wajah sepak bola Inggris. Absennya dari malam terbesar MU menjadi salah satu kisah paling ironis dalam sejarah klub.

4 dari 7 halaman

4. Dennis Bergkamp

Dennis Bergkamp dikenal sebagai pemain yang merevolusi permainan menyerang di Premier League. Sentuhan lembut dan visi bermainnya membawa Arsenal ke era modern yang memukau.

Ia sempat menjuarai Piala UEFA bersama Ajax dan Inter Milan, namun gagal di Liga Champions. Kesempatan terbaik datang pada 2006 ketika Arsenal mencapai final melawan Barcelona.

Bergkamp, yang saat itu berusia 37 tahun, tidak tampil di laga tersebut dan menyaksikan timnya kalah. Meski begitu, namanya tetap abadi sebagai seniman sejati di dunia sepak bola.

5 dari 7 halaman

5. Roberto Baggio

5. Roberto Baggio

Roberto Baggio (c) FC Internazionale

Roberto Baggio adalah wajah sepak bola Italia di era 1990-an. Ia dikenal sebagai pemain penuh inspirasi dan spiritualitas di atas lapangan.

Baggio membela tiga raksasa Serie A — Juventus, Milan, dan Inter — tetapi tak pernah mencicipi trofi Liga Champions. Cedera dan persaingan ketat di Serie A menjadi penghalang utamanya.

Meski begitu, Baggio tetap dikenang sebagai lambang keindahan dan kreativitas sepak bola Italia. Ia membuktikan bahwa kejayaan sejati tak selalu diukur dengan trofi.

6 dari 7 halaman

6. Zlatan Ibrahimovic

6. Zlatan Ibrahimovic

Pemain AC Milan, Zlatan Ibrahimovic (c) AP Photo/Antonio Calanni

Zlatan Ibrahimovic adalah simbol kesuksesan di hampir semua liga besar Eropa. Ia memenangkan gelar domestik di Belanda, Italia, Spanyol, dan Prancis.

Namun ironisnya, Liga Champions selalu menjadi lubang kosong dalam daftar pencapaiannya. Kesempatan terbaik datang saat membela Barcelona pada 2010, tetapi ia pergi setahun sebelum klub itu juara.

Zlatan pernah berkata, “Saya tidak butuh Liga Champions untuk membuktikan siapa saya.” Meski benar adanya, absennya trofi itu tetap menjadi noda kecil di karier gemilangnya.

7 dari 7 halaman

7. Ronaldo

7. Ronaldo

Mantan striker Brasil Ronaldo. (c) AP Photo/Michel Euler

Sebelum Cristiano, dunia mengenalnya hanya dengan satu nama: Ronaldo. Striker Brasil ini adalah fenomena sejati dengan kombinasi kekuatan, kecepatan, dan teknik luar biasa.

Ia pernah membela Barcelona, Inter Milan, dan Real Madrid, namun tak satupun memberinya trofi Liga Champions. Cedera parah dan waktu yang kurang tepat menjadi penghalang utama karier Eropanya.

Ronaldo dua kali meraih Ballon d’Or dan membawa Brasil juara dunia, tetapi tak pernah menaklukkan Eropa. Sebuah pengingat bahwa bahkan para dewa sepak bola pun tidak selalu mendapatkan segalanya.

Sumber: DAZN