5 Alasan Performa Liverpool Turun Drastis Musim 2025/2026: Terpukul Meninggalnya Diogo Jota hingga Salah Beli Pemain?

5 Alasan Performa Liverpool Turun Drastis Musim 2025/2026: Terpukul Meninggalnya Diogo Jota hingga Salah Beli Pemain?
Ekspresi Arne Slot dalam laga Premier League antara Brentford vs Liverpool, Minggu (26/10/2025). (c) AP Photo/Dave Shopland

Bola.net - Awal musim ini, banyak yang memprediksi Liverpool akan melenggang mulus menuju gelar Liga Inggris berikutnya. Tim asuhan Arne Slot itu mengawali musim dengan gemilang, menang dalam lima laga pertama Premier League dan dua pertandingan di ajang lain. Bahkan, mereka sempat menundukkan Arsenal, pesaing terdekatnya, di pekan ketiga.

Namun, peta persaingan berubah drastis. Setelah kekalahan 2-3 dari Brentford, Liverpool kini mencatat empat kekalahan beruntun di Premier League, sebuah catatan kelam yang hanya terjadi empat kali sepanjang sejarah klub.

Ironisnya, jumlah kekalahan itu sudah menyamai total kekalahan mereka sepanjang musim lalu ketika menjuarai liga dengan empat laga tersisa.

Lebih parah lagi, The Reds baru saja tersingkir dari Carabao Cup usai kalah telak 0-3 dari Crystal Palace, padahal musim lalu mereka mencapai final.

1 dari 7 halaman

Perubahan yang Terlalu Cepat

Perubahan yang Terlalu Cepat

Pemain Liverpool, Florian Wirtz. (c) AP Photo/Rui Vieira

Usai musim sukses, Liverpool langsung melakukan perombakan besar. Klub mendatangkan sederet talenta muda Eropa seperti Florian Wirtz, Alexander Isak, dan Hugo Ekitike, bahkan memecahkan rekor transfer internal dua kali. Mereka menggantikan Luis Díaz, Darwin Núñez, dan Harvey Elliott yang dilepas dengan nilai tinggi.

Langkah ini terlihat ambisius, tapi membawa risiko besar. Ketidakseimbangan taktik pun mulai terasa.

Arne Slot mengakui setelah kekalahan dari Brentford, “Perubahan memang selalu butuh waktu, tapi empat kekalahan beruntun? Itu jelas mengejutkan.”

Pertandingan Selanjutnya
Premier League Premier League | 2 November 2025
Liverpool Liverpool
03:00 WIB
Aston Villa Aston Villa
2 dari 7 halaman

Masalah Lini Belakang

Masalah Lini Belakang

Bek Liverpool Virgil van Dijk usai bertanding melawan Burnley di Turf Moor, Minggu (14/09/2025). (c) AP Photo/Jon Super

Masalah utama bukan pada lini depan, melainkan di pertahanan. Kepergian Trent Alexander-Arnold ke Real Madrid dan penurunan performa Andrew Robertson membuat sistem permainan Slot kehilangan keseimbangan.

Alexander-Arnold dulu berperan layaknya quarterback, pengatur serangan dari belakang, sementara penggantinya, Jeremie Frimpong, lebih berkarakter sebagai winger yang gemar naik membantu serangan.

Menurut analis taktik sepak bola Josh Williams, Liverpool “salah langkah di bursa transfer.” Ia menilai skuad saat ini terlalu ofensif tanpa keseimbangan. “Di atas kertas terlihat menarik, tapi di lapangan, mereka kehilangan harmoni,” ujarnya.

3 dari 7 halaman

Perubahan Tren Premier League

Perubahan Tren Premier League

Pemain Manchester United, Harry Maguire (2 dari kanan), mencetak gol dalam pertandingan Premier League antara Liverpool vs Manchester United di Anfield, 19 Oktober 2025 (c) AP Photo/Ian Hodgson

Selain itu, perubahan tren di Premier League juga berpengaruh. Ketika Liverpool fokus memperkuat permainan pendek dan kombinasi cepat, banyak tim justru beralih ke gaya bermain langsung dan fisikal, mengandalkan bola panjang serta situasi bola mati, sesuatu yang kini sulit diantisipasi Slot.

“Musim lalu, Liverpool berhasil mengatasi tren fisikal dan tetap juara,” kata Neil Atkinson, CEO The Anfield Wrap. “Tapi cepat atau lambat, arah permainan liga memang menuju sana.”

Slot pun tak menutupi kelemahan timnya. “Tim-tim lawan menemukan cara efektif bermain melawan kami, dan sejauh ini kami belum menemukan jawabannya,” ujarnya jujur.

4 dari 7 halaman

Luka Sepeninggal Diogo Jota

Luka Sepeninggal Diogo Jota

Para pemain mengheningkan cipta sebelum kickoff laga Liverpool vs Bournemouth di matchday 1 Premier League 2025-2026. (c) AP Photo/Ian Hodgson

Di balik krisis performa, ada luka emosional yang membekas dalam. Tragedi meninggalnya Diogo Jota pada Juli lalu akibat kecelakaan mobil bersama adiknya, Andre Silva, meninggalkan duka mendalam di Merseyside.

Kapten Virgil van Dijk sudah memperingatkan sejak awal musim bahwa kehilangan itu akan berdampak besar. “Kami harus melalui ini bersama-sama,” ucapnya dengan nada penuh empati.

Setiap menit ke-20 di Anfield, lagu untuk mengenang Jota masih dikumandangkan suporter, menghormati nomor punggung yang ia kenakan.

Pada laga pembuka melawan Bournemouth, Mohamed Salah bahkan tampak menahan air mata saat ikut bertepuk tangan mengikuti chant tersebut.

5 dari 7 halaman

Salah Kehilangan Sentuhan Magis

Salah Kehilangan Sentuhan Magis

Ekspresi Mohamed Salah dalam laga Premier League antara Brentford vs Liverpool, Minggu (26/10/2025). (c) AP Photo/Dave Shopland

Salah, yang musim lalu jadi top skor dan top assist Premier League, kini tampak kehilangan sentuhan magisnya. Gol perdananya dari permainan terbuka baru datang saat kekalahan di Brentford pekan lalu.

Selain sisi emosional, kehilangan Jota juga berdampak secara teknis. Sang penyerang asal Portugal dikenal sebagai finisher alami yang bisa mencetak gol dari peluang kecil.

“Tragedi itu jelas berpengaruh besar, bukan hanya emosional tapi juga di lapangan. Liverpool kehilangan satu pencetak gol instingtif,” jelas Atkinson.

Slot berusaha membangkitkan semangat tim dengan menjadikan sosok Jota sebagai inspirasi. “Mari lakukan seperti yang Diogo lakukan—ketika segalanya sulit, berjuang sedikit lebih keras, dan jangan pernah berhenti mencoba,” tulisnya dalam pesan internal tim.

6 dari 7 halaman

Harapan yang Masih Tersisa

Harapan yang Masih Tersisa

Selebrasi Dominik Szoboszlai di laga Frankfurt vs Liverpool di Liga Champions, Kamis (23/10/2025). (c) Arne Dedert/DPA Via Ap

Meski situasi tampak berat, peluang Liverpool belum sepenuhnya padam. Beberapa tim dalam sejarah Premier League pernah bangkit dari ketertinggalan tujuh poin untuk merebut gelar juara. Selain itu, performa mereka di Liga Champions masih cukup positif, dengan dua kemenangan dari tiga pertandingan awal.

Namun, satu hal pasti: untuk bangkit, Slot dan para pemainnya harus menemukan kembali keseimbangan, semangat, dan identitas permainan yang sempat membuat Liverpool begitu ditakuti.

Jika tidak, musim yang diawali dengan impian mempertahankan gelar bisa berubah menjadi kisah peringatan tentang betapa tipisnya batas antara kejayaan dan kejatuhan di sepak bola modern.