Analisis Taktik Premier League 2025/26: Tren Klasik Bangkit, Dari Lemparan Jauh Hingga Kick-Off Nyeleneh

Analisis Taktik Premier League 2025/26: Tren Klasik Bangkit, Dari Lemparan Jauh Hingga Kick-Off Nyeleneh
Pemain Manchester City Rayan Cherki merayakan gol timnya bersama rekan setimnya dalam laga Premier League melawan Wolverhampton, Sabtu, 16 Agustus 2025. (c) AP Photo/Dave Shopland

Bola.net - Premier League musim 2025/2026 baru memasuki pekan ketiga, namun nuansa berbeda sudah mulai terasa. Ada sentuhan klasik yang membuat kompetisi ini seolah bernostalgia dengan tren-tren lama yang pernah hilang kini justru kembali mencuri perhatian.

Sepak bola memang bergerak dalam pola siklus tertentu. Apa yang dahulu dianggap ketinggalan zaman, kini dapat kembali populer karena pertimbangan taktis yang relevan.

Premier League memberikan bukti nyata bagaimana strategi dari masa lampau bisa relevan kembali di era kontemporer. Mulai dari lemparan jauh, kiper yang lebih sering memainkan bola panjang, hingga fenomena unik pada situasi kick-off, semua berlangsung hanya dalam hitungan pekan awal.

Perubahan ini tidak hanya menarik untuk diamati, tetapi juga menantang pakem taktik kontemporer yang selama ini dianut. Berikut empat tren klasik yang kembali menghiasi Premier League musim ini, lengkap dengan data dan alasan di balik kebangkitannya.

1 dari 4 halaman

Lemparan Jauh Jadi Senjata Utama

Lemparan Jauh Jadi Senjata Utama

Selebrasi pemain Arsenal saat merayakan gol Bukayo Saka ke gawang Leeds United, 24 Agustus 2025 di Emirates. (c) AP Photo/Ian Walton

Lemparan jauh kembali menjadi sorotan utama di awal musim 2025/2026. Dari 20 tim Premier League, 11 di antaranya sudah mengeksekusi lemparan sejauh 20 meter ke kotak penalti lawan pada pekan perdana.

Bandingkan dengan musim sebelumnya yang hanya empat tim melakukannya. Rata-rata musim ini mencapai 3,03 lemparan jauh ke kotak penalti per pertandingan.

Angka tersebut hampir dua kali lipat dari rekor tertinggi sebelumnya di 2018/19 yang hanya 1,67. Musim 2020/21 bahkan hanya mencatat 0,89 lemparan jauh per laga.

Alasan tren ini bangkit kembali cukup sederhana yakni efektivitas yang terbukti. Musim lalu tercipta 14 gol lewat lemparan jauh ke kotak penalti, tertinggi sejak pencatatan dimulai 2015/16.

Kini dalam 30 laga awal musim ini saja sudah ada tiga gol tercipta dengan cara serupa. Dengan Expected Goals dari situasi lemparan mencapai 15,9 di musim lalu, wajar jika banyak tim kini melatih dan memaksimalkan skema ini.

Lemparan jauh tidak lagi dipandang sebagai jalan pintas, melainkan senjata taktis yang sah dan efektif.

2 dari 4 halaman

Kiper Lebih Sering Melepas Bola Panjang

Kiper Lebih Sering Melepas Bola Panjang

Kiper Liverpool Alisson Becker merayakan kesuksesan timnya meraih juara Premier League, Minggu (27/4/2025). (c) AP Photo/Jon Super

Perubahan signifikan juga terjadi pada peran kiper dalam distribusi bola. Selama satu dekade terakhir, distribusi bola pendek menjadi tren yang dominan.

Persentase umpan panjang kiper turun drastis dari 79,3 persen di 2014/15 menjadi 46,6 persen di 2023/24. Namun tren tersebut kini mengalami pembalikan yang menarik. Musim ini, 51,9 persen distribusi kiper berupa umpan panjang sejauh 32 meter atau lebih.

Bahkan jumlah tendangan gawang yang langsung mencapai setengah lapangan lawan meningkat tajam setelah sebelumnya terus menurun sejak 2016/17.

Contoh paling jelas datang dari Manchester City dengan kepergian Ederson dan kedatangan Gianluigi Donnarumma yang menandai perubahan gaya. Meski Donnarumma masih bisa memainkan bola dengan kaki, dia tidak seahli pendahulunya dalam distribusi pendek.

Alasan di balik perubahan ini cukup jelas dengan tekanan tinggi dari lawan yang membuat risiko memainkan bola pendek di area sendiri semakin besar. Bermain lebih langsung memberi variasi dan mengurangi kemungkinan kehilangan bola di dekat gawang.

3 dari 4 halaman

Bek Tengah Ambil Alih Tendangan Gawang

Bek Tengah Ambil Alih Tendangan Gawang

Andre Onana berjabat tangan dengan Leny Yoro usai laga leg kedua semifinal Liga Europa 2024/2025 antara Manchester United vs Athletic Bilbao, Jumat (9/5/2025) dini hari WIB. (c) AP Photo/Dave Thompson

Fenomena lain yang tak kalah menarik adalah bek tengah mengambil alih tendangan gawang dari kiper. Dalam kemenangan Bournemouth atas Tottenham, Marcos Senesi dan Micky van de Ven sama-sama terlihat melakukan hal tersebut.

Data mencatat sudah ada delapan kasus bek menendang bola hingga ke setengah lapangan lawan dalam tiga pekan awal musim. Angka ini setengah dari total yang terjadi sepanjang musim lalu, hanya saja kali ini tercapai lebih cepat.

Uniknya, beberapa bek seperti Virgil van Dijk sudah empat kali melakukannya meski Alisson Becker jelas punya kemampuan yang mumpuni. Hal ini lebih kepada strategi mengejutkan lawan yang sudah bersiap menekan tendangan gawang pendek.

Dengan cara ini, tim bisa menciptakan situasi tak terduga bagi lawan yang sudah set untuk pressing. Mereka bisa kecolongan karena bola langsung melayang jauh ke area mereka. Meski keuntungannya kecil, hal ini bisa jadi krusial dalam pertandingan yang ketat.

4 dari 4 halaman

Kick-Off Langsung Keluar Lapangan

Tren terbaru dan paling aneh datang dari momen kick-off dengan beberapa tim memilih menendang bola langsung keluar lapangan. Tujuannya memberi lawan lemparan jauh di area pertahanan sendiri.

Tiga kali hal ini terjadi hanya dalam 30 laga awal musim 2025/26, lebih banyak daripada lima musim sebelumnya digabungkan. Sebelumnya hal semacam ini hanya muncul sekali dalam 1.900 pertandingan.

Strategi ini bukan tanpa inspirasi dengan PSG melakukan hal yang sama di final Liga Champions 2024/25 melawan Inter Milan. Hasilnya berujung sukses besar dengan kemenangan treble.

Meski terlihat nyeleneh, logikanya cukup jelas. Memberi lemparan jauh di dekat gawang lawan bisa menciptakan peluang lebih berbahaya ketimbang sekadar menguasai bola sejak awal. Bagi tim yang berani mengambil risiko, ini bisa menjadi kejutan yang mematikan.