Bukan Taktik, tapi Penempatan Pemain: Mengapa Manchester United Terus Kalah Meski Formasi Sudah Diperbaiki?

Bukan Taktik, tapi Penempatan Pemain: Mengapa Manchester United Terus Kalah Meski Formasi Sudah Diperbaiki?
Para pemain Manchester United berjalan meninggalkan Etihad Stadium setelah kalah 0-3 dari Manchester City di Liga Inggris, 14 September 2025. (c) AP Photo/Dave Thompson

Bola.net - Manchester United kembali mengalami kekalahan telak dalam laga besar. Hasil 0-3 saat menghadapi Manchester City menjadi luka yang terasa familier bagi para pendukung setia di Old Trafford.

Permasalahan yang ada dinilai bukan sekadar soal formasi atau taktik. Ruben Amorim memang sudah membawa perbaikan kecil dengan skema 3-4-2-1, yang membuat tim lebih solid dan kompak. Namun, kesalahan-kesalahan mendasar dari para pemain justru terus terjadi dan merusak upaya yang sudah dibangun.

Beberapa gol yang bersarang ke gawang United musim ini tidak lahir karena kegagalan sistem. Gol-gol tersebut justru berasal dari kesalahan posisi dan salahnya pemain dalam membaca situasi. Kondisi "square peg in a round hole" tampak nyata, mulai dari Bruno Fernandes hingga Luke Shaw.

Pertanyaan terbesarnya kini bukan lagi tentang formasi, melainkan bagaimana Amorim menempatkan pemain pada peran yang seharusnya. Tanpa adanya perbaikan mendasar, kesalahan yang sama akan terus menghantui Manchester United.

1 dari 4 halaman

Amorim dan Formasi 3-4-2-1: Perbaikan yang Tertutup Kesalahan

Amorim dan Formasi 3-4-2-1: Perbaikan yang Tertutup Kesalahan

Ekspresi pemain Manchester United usai kalah dari Manchester City pada pekan ke-4 Premier League 2025/2026 (c) AP Photo/Dave Thompson

Sejak tiba di Old Trafford, Ruben Amorim memperkenalkan pendekatan baru melalui formasi 3-4-2-1. Pola ini sempat menimbulkan pro dan kontra, tetapi secara perlahan mulai menunjukkan hasil positif. United terlihat lebih kompak baik saat menyerang maupun bertahan, dengan jarak antar lini yang semakin rapat.

Bukti perbaikan itu terlihat pada babak pertama melawan Manchester City. United beberapa kali berhasil merebut bola di area tinggi, bahkan sempat menciptakan peluang dari serangan balik cepat. Situasi ini jarang terjadi di musim sebelumnya, di mana lini pertahanan terlalu mudah ditembus.

Namun, semua perkembangan tersebut seolah tidak ada artinya saat kesalahan mendasar terjadi. Gol pembuka Phil Foden bukanlah akibat kegagalan formasi, melainkan karena pemain kunci bermain di posisi yang bukan keahliannya. Kondisi inilah yang kemudian menutupi langkah maju United.

Dengan kata lain, Amorim berhasil merapikan struktur permainan. Namun, masalah utama justru berasal dari dalam, yaitu kesalahan dalam pemilihan pemain. Kekeliruan ini terus berulang dan berujung pada hasil yang buruk.

2 dari 4 halaman

Bruno Fernandes: Playmaker yang Dipaksa Jadi Gelandang Bertahan

Nama Bruno Fernandes menjadi sorotan utama dalam kekalahan di Etihad. Kapten United, yang dikenal sebagai salah satu playmaker terbaik dunia, dipaksa mengisi peran lebih dalam sebagai gelandang tengah. Sayangnya, posisi tersebut justru mengekspos kelemahan yang sangat jelas.

Gol pertama City menjadi bukti nyata dari hal tersebut. Fernandes gagal mengantisipasi pergerakan Foden yang menusuk dari lini kedua. Ia sempat berada di posisi yang tepat, tetapi kehilangan fokus. Ia hanya mengawasi bola tanpa membaca pergerakan lawan. Situasi serupa juga pernah terjadi saat United kehilangan poin melawan Fulham pada bulan Agustus.

Ironisnya, kemampuan distribusi bola Fernandes dari area tengah sebetulnya sangat baik. Umpan-umpan dari posisi dalam mampu membuka ruang bagi para penyerang. Masalahnya, kontribusi itu dibayar mahal dengan kerapuhan yang terlihat saat ia harus bertahan.

Kondisi ini menegaskan bahwa meskipun secara teknis mampu menguasai bola di berbagai situasi, Fernandes tetaplah seorang playmaker. Menempatkannya di posisi yang menuntut disiplin defensif hanya akan menimbulkan risiko besar bagi United.

3 dari 4 halaman

Kesalahan Posisi Lain: Luke Shaw dan Lini Pertahanan Rapuh

Kesalahan Posisi Lain: Luke Shaw dan Lini Pertahanan Rapuh

Aksi pemain Manchester United di laga melawan Manchester City pada pekan ke-4 Premier League 2025/2026 (c) AP Photo/Dave Thompson

Bruno Fernandes bukan satu-satunya pemain yang dipaksa keluar dari zona nyamannya. Luke Shaw juga seringkali dijadikan bek tengah dalam formasi tiga bek, padahal sebagian besar kariernya dijalani sebagai bek kiri yang dinamis.

Hasilnya terlihat jelas. Pada gol pembuka City, Shaw terlalu mudah dilewati oleh Jeremy Doku. Situasi tersebut menggambarkan betapa Shaw tidak sepenuhnya merasa nyaman sebagai bek tengah. Adaptasi memang mungkin, tetapi kenyamanan dalam peran asli tetap memberikan perbedaan yang besar.

Kelemahan ini semakin terlihat pada gol kedua City. Serangkaian kesalahan terjadi, mulai dari Manuel Ugarte yang kehilangan fokus, Mazraoui terlambat menutup ruang, hingga Leny Yoro yang gagal mengantisipasi gerakan Doku. Semua berawal dari pemain yang tidak sepenuhnya mantap di posisinya.

Ketika seorang pemain merasa tidak natural dalam perannya, kesalahan kecil akan menumpuk. Itulah yang terjadi pada lini belakang United, yang akhirnya tidak mampu menahan gelombang serangan City di babak kedua.

4 dari 4 halaman

Jalan Terjal United Jika Kesalahan Berulang

Kekalahan dalam derby memang terasa menyakitkan, tetapi United sebetulnya tidak tampil sepenuhnya buruk musim ini. Mereka memiliki peluang untuk menang atas Arsenal, mengalahkan Burnley, dan seharusnya bisa menuntaskan laga melawan Fulham dengan tiga poin penuh.

Masalahnya, setiap kali menghadapi tim besar, kelemahan yang sama kembali terbuka. Sistem yang sudah membaik tidak cukup untuk menutupi fakta bahwa pemain kerap diposisikan secara keliru. Akibatnya, kesalahan berulang dan hasil buruk pun tak dapat terhindarkan.

Amorim tampaknya tetap kukuh dengan formasi pilihannya. Namun, jika pemilihan pemain tidak diperbaiki, masalah yang ada tidak akan selesai. Bruno Fernandes akan terus dianggap lemah di lini tengah, Shaw akan kewalahan sebagai bek tengah, dan United akan terus kebobolan dengan cara yang sama.

Apabila situasi ini berlanjut, Manchester United hanya akan mengulang siklus yang sama. Perbaikan struktural tidak akan berarti tanpa keberanian Amorim menempatkan para pemainnya di posisi terbaik mereka.