Dari Old Trafford ke Kasus-kasus Hukum: Cerita Tragis Kehidupan Anderson setelah MU

Dari Old Trafford ke Kasus-kasus Hukum: Cerita Tragis Kehidupan Anderson setelah MU
Bendera sepak pojok berlogo Manchester United di Old Trafford. (c) AP Photo/Dave Thompson

Bola.net - Anderson bukan sekadar nama asing bagi fans Manchester United. Ia datang dengan label bintang muda, juara Golden Boy, dan gadang-gadang sebagai penerus Ronaldinho atau Kaka. Namun, kenyataan di lapangan jauh dari ekspektasi.

Meski tak pernah benar-benar jadi bintang utama, Anderson punya tempat tersendiri di hati fans. Ia dikenal karena kepribadiannya yang ceria dan semangat bermain yang tak kenal lelah. Tujuh tahun di Old Trafford, ia jadi semacam pahlawan kultus—ikon yang dicintai bukan karena statistik, tapi karena aura.

Namun, begitu pintu keluar dari MU dibuka, karier Anderson tak lagi berkilau. Ia terjerumus dalam berbagai masalah, dari penurunan performa, gaya hidup buruk, hingga urusan hukum yang menghantuinya di masa pensiun.

1 dari 5 halaman

Ketika Segalanya Terasa Mungkin

Anderson bergabung dengan Manchester United pada usia 19 tahun, dibeli dari Porto dengan harga £27 juta (sekitar Rp570 miliar). Dengan modal prestisius sebagai peraih Golden Ball Piala Dunia U-17 dan Golden Boy Eropa, ekspektasi terhadapnya setinggi langit.

Di musim debutnya, ia langsung mengangkat trofi Liga Inggris dan Liga Champions. Penalti pentingnya di final Liga Champions 2008 menegaskan statusnya sebagai rising star. Namun, itu jadi musim terbaik sekaligus awal penurunan.

Setelah itu, jumlah penampilannya menurun, dan masalah kebugaran mulai mencuat. Rafael, mantan rekan setimnya, mengenang dengan getir, “Kalau kami melewati rest area di jalan, dia bisa tiba-tiba teriak, ‘McDonald's, McDonald's.’ Anderson bisa jadi pemain terbaik dunia kalau lebih profesional.”

2 dari 5 halaman

Kecelakaan, Cedera, dan Rasa Frustrasi

Anderson sempat mengalami kecelakaan mobil hebat di Portugal pada 2010. Ia selamat dari mobil yang terbakar, tapi banyak yang percaya insiden itu jadi titik balik fisik dan mental yang memengaruhi performanya.

Rio Ferdinand, legenda MU, mengungkapkan kekecewaannya, “Kami selalu menghargai talentanya, tapi kami semua frustrasi karena ia tidak memaksimalkan kemampuannya. Kalau lebih disiplin, mungkin ia takkan cedera sebanyak itu.”

Masalah Anderson bukan cuma di lapangan, tapi juga cara dia menjalani hidup sebagai pemain top. Ia seolah tak siap dengan beban besar sebagai calon bintang dunia.

3 dari 5 halaman

Pulang Kampung, tapi Gagal Bangkit

Setelah masa pinjaman singkat di Fiorentina, Anderson kembali ke Brasil. Namun, harapan untuk bangkit tak pernah terwujud. Berat badannya meningkat, kebugarannya merosot. Di Internacional, ia bahkan pernah terlihat kelelahan dan harus memakai masker oksigen di bangku cadangan.

Kariernya di Brasil berakhir dengan nada pahit. Ia dilepas Internacional dan sempat dipinjamkan ke Coritiba. Pada 2018, ia kembali ke Eropa dan bergabung dengan Adana Demirspor di Turki.

Namun, hanya tampil 15 kali, ia memilih pensiun pada 2019, di usia 31 tahun. Usia yang relatif muda untuk menggantung sepatu, tapi tubuh dan semangatnya tak lagi sanggup bersaing.

4 dari 5 halaman

Dikejar Masalah setelah Gantung Sepatu

Lepas dari dunia sepak bola profesional, Anderson bukannya hidup tenang. Pada 2021, ia tersangkut kasus dugaan penipuan kripto senilai £4,7 juta (sekitar Rp99 miliar). Ia diduga terlibat pencurian, pencucian uang, dan penipuan.

Anderson menyangkal semua tuduhan, tapi proses hukumnya belum jelas sampai hari ini. Kasus tersebut menjadi noda besar dalam catatan hidupnya pasca pensiun.

Masalah berlanjut pada 2024, yakni ketika ia terlibat kasus penunggakan tunjangan anak. Ia diperintahkan membayar £45.000 (sekitar Rp950 juta) atau menghadapi hukuman penjara 30 hari. Mantan gelandang MU ini diketahui memiliki sembilan anak dari beberapa pasangan.

5 dari 5 halaman

Satu Kaki di Lapangan, Satu Kaki di Jurang

Saat ini, Anderson masih berkecimpung di dunia sepak bola, yaitu sebagai asisten pelatih tim muda Adana Demirspor. Namun, perjalanan hidupnya jadi kisah pelajaran tentang bagaimana karier bisa berbelok drastis.

Tak ada yang meragukan talenta Anderson. Namun, kisahnya menunjukkan bahwa bakat tak cukup tanpa disiplin. Ia pernah mencicipi kejayaan, tapi juga menjadi contoh pahit dari kegagalan mengelola kesuksesan.

Anderson adalah pengingat bahwa dalam sepak bola, dan hidup, keberhasilan bukan hanya soal kemampuan—tapi juga tentang bagaimana kita merawatnya.

Sumber: GiveMeSport