Sederet Kontroversi di Balik Kekayaan Abramovich: Hubungan dengan Oligarki Rusia dan Kritik Soal Legalitas Bisnis

Sederet Kontroversi di Balik Kekayaan Abramovich: Hubungan dengan Oligarki Rusia dan Kritik Soal Legalitas Bisnis
Pemilik Chelsea Roman Abramovich. (c) AP Photo

Bola.net - Roman Abramovich adalah sosok yang kisah hidupnya melampaui batas dunia olahraga. Dari seorang anak yatim di Rusia Utara yang keras, ia menjelma menjadi salah satu oligarki paling berpengaruh di era pasca-Soviet.

Perjalanannya penuh lika-liku, mulai dari bisnis mainan plastik hingga menguasai industri minyak raksasa. Dari titik itu, ia meraup kekayaan besar yang kemudian membuka jalan menuju dunia sepak bola Inggris.

Abramovich mencatat sejarah pada 2003 ketika membeli Chelsea, mengubah klub London itu menjadi kekuatan besar Eropa. Namun, di balik kesuksesan di Stamford Bridge, kisah bisnisnya tak lepas dari kontroversi.

1 dari 5 halaman

Awal Kehidupan Roman Abramovich

Awal Kehidupan Roman Abramovich

Roman Abramovich (c) AFP

Roman Abramovich lahir pada 1966 dan kehilangan kedua orang tuanya saat masih berusia tiga tahun. Ia kemudian dibesarkan oleh kerabatnya di Republik Komi, wilayah dingin di Rusia Utara.

Setelah menjalani wajib militer, Abramovich sempat menempuh pendidikan teknik dan bekerja sebagai mekanik. Kehidupan awalnya sederhana, jauh dari bayangan kekayaan besar yang kelak ia raih.

Era perestroika membuka peluang baru, ketika pemerintah Uni Soviet mulai melonggarkan aturan ekonomi. Abramovich memanfaatkan momen ini dengan mendirikan bisnis kecil, termasuk pabrik mainan yang terkenal menjual bebek plastik dari apartemennya di Moskow.

Dari usaha kecil itu, ia kemudian merambah perdagangan minyak dan produk industri, sebelum bertemu Boris Berezovsky pada 1994. Pertemuan di sebuah kapal pesiar di Karibia menjadi titik balik karier bisnisnya.

2 dari 5 halaman

Lahirnya Sibneft, Jalan Menuju Kekayaan

Abramovich mengusulkan pembentukan perusahaan minyak raksasa dengan menggabungkan produsen minyak mentah dan kilang. Ide itu diterima Berezovsky, yang memiliki koneksi politik kuat dengan Presiden Boris Yeltsin.

Pada 1995, lewat dekrit presiden, Sibneft resmi terbentuk. Tak lama kemudian, perusahaan itu dijual kepada Abramovich melalui serangkaian lelang yang disebut telah diatur. Dengan modal pribadi sekitar $18,8 juta, ia berhasil menguasai 90% saham Sibneft senilai ratusan juta dolar.

Pengadilan Inggris pada 2012 mencatat bahwa Abramovich memang terlibat dalam kesepakatan "korup" dengan Berezovsky, meski pihak pembelanya menyebut hal itu sebagai cara umum berbisnis di Rusia kala itu.

Keberhasilan Sibneft menjadi fondasi yang memperkuat posisi Abramovich di jajaran oligarki Rusia, sekaligus menjadi batu loncatan menuju kekayaan luar biasa.

3 dari 5 halaman

Hubungan dengan Putin dan Ekspansi Bisnis

Hubungan dengan Putin dan Ekspansi Bisnis

Roman Abramovich (c) Ist

Tidak seperti Berezovsky yang berseteru dengan Vladimir Putin, Abramovich justru mampu menjaga hubungan baik dengan sang presiden baru. Hal ini membuat bisnisnya tetap berkembang meski iklim politik Rusia kian keras.

Abramovich memperluas investasinya ke industri aluminium, termasuk menjual sebagian saham RusAl dengan nilai miliaran dolar pada awal 2000-an. Keberhasilannya menegaskan statusnya sebagai salah satu pengusaha paling berpengaruh di Rusia.

Pada 2005, ia menjual 72% saham Sibneft kepada Gazprom seharga £7,4 miliar. Transaksi ini menambah pundi-pundi kekayaannya, sekaligus memperkuat reputasinya di kancah global.

Dengan dukungan kekayaan yang masif, Abramovich kemudian melangkah ke dunia sepak bola, sebuah langkah yang akan mengubah sejarah Chelsea selamanya.

4 dari 5 halaman

Abramovich dan Transformasi Chelsea

Pada 2003, Abramovich resmi membeli Chelsea, membawa serta dana segar sekitar £1,5 miliar untuk membangun klub. Sejak saat itu, The Blues menjelma menjadi kekuatan dominan di Premier League dan Eropa.

Kehadirannya mengubah standar investasi di sepak bola Inggris. Transfer besar-besaran, pelatih top, dan fasilitas modern menjadi bagian dari era kejayaan Chelsea di bawah kepemilikannya.

Namun, selain Chelsea, Abramovich juga berinvestasi di berbagai sektor lain, termasuk saham besar di Evraz, perusahaan baja multinasional. Perusahaannya sempat dituding memasok baja untuk militer Rusia, tuduhan yang dibantah Evraz.

Meski kekayaannya sempat merosot akibat sanksi internasional, warisan Abramovich di sepak bola tetap abadi. Chelsea yang ia bangun dikenang sebagai era penuh trofi dan ambisi besar.

5 dari 5 halaman

Warisan dan Kontroversi

Warisan dan Kontroversi

Suporter Chelsea memberikan dukungan langsung di final Europa Conference League melawan Real Betis di Wroclaw, Polandia, 29 Mei 2025. (c) AP Photo/Denes Erdos

Kekayaan Abramovich memungkinkan gaya hidup mewah dengan kapal pesiar, jet pribadi, dan properti megah. Namun, hubungannya dengan Putin dan bisnis energi Rusia membuatnya jadi sasaran sanksi internasional.

Nilai Evraz yang semula mencapai £12 miliar merosot drastis hingga 86% setelah sanksi diberlakukan. Perdagangan saham perusahaan itu bahkan dihentikan.

Abramovich berulang kali membantah memiliki kedekatan politik yang berbahaya dengan Kremlin, maupun tuduhan bahwa ia berperan dalam mendukung militer Rusia. Meski begitu, label oligarki tetap melekat kuat dalam setiap pembicaraan tentang dirinya.

Di luar kontroversi, jejak Abramovich di Chelsea tetap menjadi cerita utama. Ia dikenang bukan hanya sebagai miliarder Rusia, tetapi juga sebagai pemilik yang mengubah wajah sepak bola Inggris selamanya.