
Bola.net - UEFA dikabarkan tengah berada dalam situasi sulit terkait wacana pemberian sanksi kepada Israel. Awalnya, induk sepak bola Eropa itu disebut siap menggelar pemungutan suara guna memutuskan apakah Israel akan dilarang tampil di berbagai kompetisi.
Namun, rencana tersebut mendadak terhenti setelah adanya intervensi langsung dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Hal ini membuat langkah UEFA kembali mundur dan menunda keputusan yang sebelumnya direncanakan.
Dalam beberapa pekan terakhir, UEFA dan FIFA mendapat desakan keras dari berbagai pihak. Sebuah koalisi yang terdiri dari 50 atlet profesional, termasuk mantan winger Chelsea, Hakim Ziyech, menandatangani surat terbuka yang menyerukan agar Israel segera dikeluarkan dari sepak bola internasional.
Jika dibandingkan dengan Rusia yang sudah lebih dulu mendapat hukuman larangan bertanding sejak invasi ke Ukraina pada 2022, UEFA tampak lebih berhati-hati dalam menentukan sikap terhadap Israel. Perdebatan semakin panas usai Trump meluncurkan proposal perdamaian baru, yang kemudian membuat UEFA memilih untuk menunda langkah tegas tersebut.
Tekanan Internasional dan Sikap UEFA
Seperti dilaporkan The Guardian, proposal perdamaian yang digagas Trump disebut mendapat dukungan dari sejumlah pemimpin Eropa. Alhasil, UEFA memilih menunggu perkembangan lebih lanjut sebelum membuat keputusan final mengenai sanksi.
Jika larangan benar-benar diberlakukan, tim nasional putra dan putri Israel akan dikeluarkan dari UEFA Nations League. Selain itu, Maccabi Tel Aviv juga otomatis gugur dari Liga Europa. Situasi serupa sebelumnya sudah dialami tim nasional dan klub Rusia.
Meski demikian, Israel masih diperbolehkan tampil di kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Eropa. Saat ini mereka menempati peringkat ketiga Grup I dengan poin yang sama dengan Italia. Artinya, walaupun ada sanksi dari UEFA, keputusan terkait Piala Dunia tetap berada di tangan FIFA.
Ceferin Tegaskan Tak Setuju Menghukum Atlet Secara Kolektif
Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, menjadi sosok yang kerap disorot dalam kasus ini. Meski ditekan berbagai pihak, ia menegaskan tidak setuju jika atlet harus dihukum atas konflik yang terjadi di negaranya.
"Lihat, pertama-tama, apa yang terjadi dengan warga sipil di sana secara pribadi menyakiti, membunuh saya," kata Ceferin kepada Politico.
"Dari sudut pandang lain, saya tidak mendukung pelarangan atlet. Karena apa yang bisa dilakukan seorang atlet kepada pemerintahnya untuk menghentikan perang? Sangat, sangat sulit. Sekarang, pelarangan untuk tim Rusia, saya rasa, tiga setengah tahun. Apakah perang berhenti? Tidak," sambungnya.
Sumber: SportsBible
Baca Ini Juga:
- Julian Alvarez Meledak: 6 Gol dan 2 Assist dalam 3 Laga Terakhir Bersama Atletico Madrid
- Malam Sulit Sherhan Kalmurza, Kiper 18 Tahun Kairat Almaty saat Berduel dengan Real Madrid
- Akankah Mimpi Buruk Juventus Terulang? Statistik Unik Jelang Duel Villarreal vs Juventus
- Adu Kuat Rekor Gila Jelang Borussia Dortmund vs Athletic Bilbao: Siapa Bakal Tumbang?
- Prediksi Arsenal vs Olympiakos 2 Oktober 2025
Advertisement
Berita Terkait
LATEST UPDATE
-
Bola Indonesia 1 Oktober 2025 21:43
-
Tim Nasional 1 Oktober 2025 21:19
-
Bola Indonesia 1 Oktober 2025 21:17
-
Tim Nasional 1 Oktober 2025 21:02
-
Liga Inggris 1 Oktober 2025 20:36
-
Liga Champions 1 Oktober 2025 20:32
BERITA LAINNYA
-
liga eropa lain 26 September 2025 14:28
-
liga eropa lain 25 September 2025 20:04
-
liga eropa lain 24 September 2025 05:20
-
liga eropa lain 23 September 2025 03:54
-
liga eropa lain 22 September 2025 01:15
-
liga eropa lain 21 September 2025 02:44
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- Tak Selalu Sempurna, Ini 5 Penalti Terburuk Lionel...
- 10 Kuda Hitam Liga Champions yang Bisa Bikin Kejut...
- 5 Pemain Muda yang Bisa Jadi Kejutan di Liga Champ...
- Peta Panas Pelatih Premier League: Slot Nyaman, Am...
- 6 Pemain Top yang Gabung Klub Liga Arab Saudi Musi...
- Deretan Pemain dengan Gaji Fantastis di La Liga 20...
- 3 Klub Premier League yang Bisa Rekrut Gianluigi D...