Piala Dunia Paling Bobrok, Membosankan dan Beringas

Bola.net - - Piala Dunia 1990 dianggap sebagai piala dunia yang "mungkin paling bobrok, paling membosankan, dan paling beringas." Hampir semua publik sepakat, Piala Dunia 1990 adalah piala dunia yang paling tidak enak ditonton. Di piala dunia itu sangat identik dengan taktik bertahan, minim gol dan terjadi banyak pelanggaran keras. Ketika Italia yang diasuh pelatih Enzo Bearzot memenangi Piala Dunia 1982 Spanyol dengan memakai taktik Catenacio (gerendel), yang menitikberatkan kokohnya pertahanan dan mendobrak lawan lewat serangan balik, itu adalah sebuah seni. Namun jika sebagian besar tim di Piala Dunia 1990 bermain sangat bertahan hanya untuk tidak kalah, itu adalah sebuah kebobrokan. Parahnya lagi, justru tim-tim semacam itulah yang bisa bertahan lebih lama di turnamen. Tim-tim yang menyerang justru terdepak lebih cepat. Contohnya di sini adalah Republik Irlandia. Mereka berhasil melaju sampai perempat final tanpa sekali pun menang. Tim asuhan Jack Charlton ini hanya mencetak dua gol dari empat pertandingan mereka. Hal ini sangat ironis mengingat tim-tim lain yang lebih banyak memenangi pertandingan dan mencetak gol malah tidak bisa lolos dari babak penyisihan grup, seperti Skotlandia dan Austria yang berhasil mencetak tiga gol dan satu kemenangan. Yang lebih parah lagi adalah Argentina. Juara bertahan ini masih dilatih dan diperkuat oleh sebagian besar orang yang sama dengan empat tahun sebelumnya saat menjadi juara di Meksiko. Diego Maradona pun masih menjadi kapten tim. Namun, alih-alih tampil cantik, tim Tango justru lebih banyak selamat karena hasil imbang yan diperolehnya. Selain kemenangan tipis 1-0 atas Brazil di babak 16 besar, secara keseluruhan mereka mencapai final dengan statistik yang menyedihkan. Dari 7 kali bertanding, mereka meraih 2 kali kemenangan, 3 kali seri, dan 2 kali kalah, Mereka hanya mencetak 5 gol dan kemasukan 4 gol. Bandingkan dengan 15 gol yang mereka cetak empat tahun sebelumnya. Karena itu, tak heran mereka dikalahkan di final oleh Jerman Barat, tim yang mampu mencetak 15 gol sepanjang turnamen. Begitu banyaknya tim yang memilih taktik bertahan membuat piala dunia ini sepi gol. Piala Dunia 1990 adalah piala dunia dengan rata-rata jumlah gol terendah sepanjang sejarah. Hanya ada 115 gol dari 52 pertandingan, rata-rata golnya tiap pertandingan hanya 2,21. Dengan jumlah keseluruhan menit pertandingan mencapai 4920 menit (termasuk perpanjangan waktu), berarti butuh 42,7 menit untuk ada satu gol. Pasti begitu bosan menunggunya. Taktik defensif ini juga membuat waktu yang dibutuhkan untuk menentukan hasil pertandingan juga makin lama, terutama di babak knock-out. Delapan pertandingan dari 16 pertandingan yang ada di babak 16 besar hingga final, butuh perpanjangan waktu untuk menentukan pemenangnya. Empat di antaranya bahkan berakhir dengan adu penalti. Ini adalah jumlah dan waktu terlama dari babak perpanjangan waktu dalam sejarah Piala Dunia. Jelas penonton harus lebih lama untuk mengetahui hasil akhir pertandingan. Piala Dunia 1990 juga dikenang sebagai piala dunia yang beringas. Perang ludah Frank Rijkaard dan Rudi Voller di pertandingan 16 besar antara Belanda versus Jerman Barat menjadi puncaknya. Dengan 16 kartu merah di sepanjang turnamen, Piala Dunia 1990 saat itu mencatatkan rekor terburuk dalam kedisiplinan pemain. Argentina juga menjadi tim pertama dan satu-satunya yang menyelesaikan pertandingan final dengan sembilan orang pemain. Dua pemainnya, Pedro Monzon dan Gustavo Dezotti, dapat kartu merah dari wasit. Monzon sendiri menjadi pemain pertama dalam sejarah yang terkena kartu merah di final Piala Dunia.

Berita Terkait