Panen 13 Medali di SEA Games 2025, Tim Renang Indonesia Masih Punya PR Besar

Panen 13 Medali di SEA Games 2025, Tim Renang Indonesia Masih Punya PR Besar
Jason Donovan Yusuf memamerkan 2 medali emas yang ia raih di SEA Games 2025 (c) Bola.net/M Iqbal Ichsan

Bola.net - Tim renang Indonesia sukses melampaui target yang ditetapkan pemerintah pada ajang bergengsi SEA Games 2025. Skuad Garuda berhasil membawa pulang total 13 medali dari Thailand, termasuk tiga medali emas yang sangat berharga.

Jason Donovan Yusuf menjadi sorotan utama setelah tampil gemilang dalam debutnya di pesta olahraga Asia Tenggara ini. Namun, PB Akuatik Indonesia memastikan tidak akan terlena dengan pencapaian manis tersebut.

Evaluasi menyeluruh tetap akan dilakukan demi menjaga konsistensi prestasi di level internasional. Ketua Harian PB AI, Herlin Rahardjo, mencatat beberapa poin krusial yang harus segera dibenahi oleh tim pelatih.

Salah satu sorotan tajam tertuju pada aspek mentalitas atlet yang sempat goyah saat menghadapi tekanan tinggi. Berikut adalah rangkuman evaluasi tim renang Indonesia pasca kejayaan di Bangkok.

1 dari 4 halaman

Lampaui Target Kemenpora

Pencapaian 13 medali yang terdiri dari tiga emas, tiga perak, dan tujuh perunggu jelas merupakan prestasi membanggakan. Hasil ini secara statistik telah melewati target awal yang dipatok oleh Kemenpora sebelum keberangkatan kontingen.

Meski demikian, PB Akuatik Indonesia merasa ada potensi besar yang belum tergali maksimal dari para perenang muda. Herlin Rahardjo mengakui bahwa persaingan di kolam renang Aquatic Center Bangkok sangatlah ketat.

"Ya, yang pertama-tama, kita patut mensyukuri pencapaian tiga medali emas ini. Ini merupakan hasil yang luar biasa dari perjuangan yang luar biasa juga dari atlet-atlet kita," ujar Herlin kepada wartawan di Bandara Soekarno Hatta, Selasa (16/12/2025).

"Persaingan memang sangat ketat, saya menyaksikan sendiri. Dan atlet kita sudah melakukan yang terbaik," lanjut Herlin.

2 dari 4 halaman

Ambisi Emas yang Tertunda

Kejutan manis dari Jason Donovan di awal kompetisi sempat melambungkan optimisme tim untuk memborong lebih banyak emas. PB AI sejatinya berharap bisa mengamankan empat hingga lima keping emas dari Thailand.

Sayangnya, takdir belum berpihak sepenuhnya meski perolehan medali perak dan perunggu mengalami peningkatan signifikan. Evaluasi tetap menjadi harga mati agar prestasi renang Indonesia tidak stagnan di kompetisi selanjutnya.

"Walaupun sebenarnya kita tadinya berharap bisa lebih ya, bisa bisa empat atau lima. Tapi memang belum dikehendaki oleh yang di atas," kata Herlin.

"Walaupun begitu, jumlah perak dan perunggu kita juga lumayan bertambah. Jadi, secara overall kita puas, tapi harus evaluasi. Jadi, puas di sini maksud kita adalah kita menghargai, tapi harus ada peningkatan di masa datang," tegasnya.

3 dari 4 halaman

Sorotan Tajam Mental Bertanding

Satu masalah serius yang menjadi catatan merah federasi adalah ketahanan mental para atlet di momen krusial. Tekanan berat sebagai juara bertahan terbukti bisa merusak performa teknis di dalam air.

Kasus Felix Viktor Iberle menjadi contoh nyata ketika ia gagal mempertahankan emas dan hanya meraih perunggu akibat ketegangan berlebih. Situasi ini menjadi pelajaran berharga bagi federasi untuk pembinaan mental yang lebih kokoh.

"Ya, jadi secara teknis ya ada beberapa catatan juga, kekurangan-kekurangan atlet kita yang masih harus diperbaiki. Kemudian juga mental, ada beberapa atlet yang cukup grogi, termasuk Felix Iberle, ya," tutur Herlin.

"Dia juara bertahan, pressure-nya tinggi, jadi dia agak tegang kemarin. Tapi ya sudah, itu pelajaran buat dia," imbuhnya.

4 dari 4 halaman

Rencana Latihan High Performance

Demi menjawab tantangan kompetisi yang makin berat, PB AI menyiapkan strategi pelatihan yang lebih modern dan advance. Metode latihan konvensional dinilai perlu diperbarui dengan sentuhan sport science tingkat lanjut.

Opsi mengirim atlet untuk menjalani pemusatan latihan atau tryout di luar negeri kini masuk dalam prioritas utama anggaran. Hal ini bertujuan agar perenang Indonesia terbiasa menghadapi lawan yang lebih tangguh dan situasi kompetisi yang variatif.

"Dan yang ketiga adalah mungkin kita harus mempersiapkan pelatihan yang berbeda dan lebih advance gitu ya. Mungkin kita bisa kirim sebagian latihan dengan high performance di luar negeri dengan pesaing-pesaing yang lebih ketat gitu ya," jelas Herlin.

"Atau try out di tempat yang lebih menantang gitu ya. Jadi memang ada beberapa hal yang nanti akan kita rapatkan di rapat evaluasi," pungkasnya.