Bola.net - Tragedi kemanusiaan di Stadion Kanjuruhan selepas pertandingan sepak bola kompetisi Liga 1 antara Arema FC versus Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) menyisakan kesedihan yang mendalam. Tidak hanya buat para penggemar sepak bola nasional, tapi juga masyarakat luas di seluruh penjuru negeri ini.
Betapa tidak? Sebanyak 132 orang meregang nyawa gara-gara bentrokan antara aparat keamanan dengan suporter Aremania.
Pada Sabtu malam nahas itu, Arema FC sebagai tuan rumah kalah 2-3 dari sang rival abadi, yang datang ke Malang tanpa kehadiran suporter Bonek. Rekor Tim Singo Edan tidak pernah kalah di kandang saat menjamu Bajul Ijo yang bertahan selama 23 tahun patah malam itu.
Begitu wasit meniupkan peluit tanda pertandingan berakhir, ratusan Aremania yang kecewa turun ke lapangan. Niat mereka menghibur kesedihan tim yang dicintainya disalahartikan pihak kepolisian.
Gas Air Mata di Lapangan dan Tribun
Polisi menangani kerusuhan tersebut dengan brutal. Mereka bertubi-tubi menembakkan gas air mata ke lapangan dan tribun, terutama 11 hingga 13. Akibatnya, penonton menjadi panik. Mereka berdesak-desakan ingin meninggalkan Stadion Kanjuruhan.
Gas air mata juga membuat banyak penonton sesak napas. Akibatnya, banyak yang meninggal dunia karena kehabisan napas, maupun terinjak-injak saat hendak keluar pintu stadion.
Muhammad Arifin (45 tahun) dan Muhammad Rifki Aditya (13 tahun) adalah dua dari 132 korban yang meninggal dunia di Tragedi Kanjuruhan. Peristiwa itu terjadi selepas laga Arema vs Persebaya.
Kepergian ayah dan anak tersebut meninggalkan duka bagi Lutfiati, istri Arifin sekaligus ibu dari Rifki. Duka mendalam juga dialami Rizal Putra Pratama (22 tahun), putra sulung di keluarga tersebut.
Ragu Mau Nonton Lagi
Muhammad Arifin, menurut cerita dari Rizal, sebenarnya sudah lama tak menonton aksi Arema di Stadion Kanjuruhan. Pada masa mudanya, Arifin adalah Aremania yang rajin mendukung Tim Singo Edan bertanding, baik kandang maupun tandang. Kecintaannya terhadap Arema diturunkan kepada Rizal dan Rifki. Rizal tumbuh menjadi suporter fanatik tim kebanggaan kera Malang itu.
Mereka hanya salah satu contoh kecil dari banyak cerita nahas keluarga lainnya yang jadi korban kerusuhan Kanjuruhan. Apa yang terjadi pada 1 Oktober 2022 menjadi duka bagi Rizal. "Mungkin saya tidak mau nonton Arema lagi. Cukup sampai di sini saja," ujar Rizal kepada Bola.com.
Itu menjadi sepenggal kisah yang hadir dalam liputan khusus Cover Story yang kami sajikan kali ini. Kisah lengkapnya dan cerita lainnya mulai dari suporter, pihak Arema FC, hingga Persebaya Surabaya dapat disimak dalam tayangan 'Tragedi Kanjuruhan, Titik Nadir Sepak Bola Indonesia'.
Disadur dari: Bolacom (Yus Mei Sawitri) | Dipublikasi: 18 Oktober 2022
Baca juga:
- Wawancara Ketua Panpel Arema Abdul Haris: Kontroversi Tiket, Gas Air Mata, Pintu 13, dan Sindiran un
- COVER STORY: Tragedi Kemanusiaan Kanjuruhan, SOS Sepak Bola Indonesia
- Kegundahan Malang Tanpa Sepak Bola, Sebuah Kebanggaan yang Terpinggirkan Pasca Tragedi Kanjuruhan
- Delapan Korban Tragedi Kanjuruhan Masih Dirawat di ICU dan HCU RSSA
- Stadion Kanjuruhan Direnovasi, Arema FC Dipersilakan Boyongan ke Stadion Gajayana
Advertisement
Berita Terkait
LATEST UPDATE
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 05:37
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 05:00
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 04:38
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 04:25
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 04:22
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 04:19
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- 9 Pemain yang Pernah Disarankan Ralf Rangnick untu...
- Manchester United Terpuruk, 4 Eks Pemainnya Malah ...
- 5 Pemain Manchester United yang Bakal Diuntungkan ...
- 7 Pemain Premier League yang Kariernya Bisa Selama...
- 4 Pelatih Paling Cepat Capai 250 Kemenangan di Pre...
- 9 Bek Tengah Incaran Liverpool di Bursa Transfer 2...
- 10 Transfer Termahal Dalam Sejarah AC Milan: Dari ...