Cerita Aaron Wan-Bissaka: Setelah Dibuang MU dan Ditolak Inggris, Kini Sukses Bersama Kongo Setelah Jalan Ritual 'Ruwatan'

Cerita Aaron Wan-Bissaka: Setelah Dibuang MU dan Ditolak Inggris, Kini Sukses Bersama Kongo Setelah Jalan Ritual 'Ruwatan'
Aaron Wan-Bissaka (Kongo) berduel dengan Arthur Avom Ebong (Kamerun) dalam laga semifinal kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 zona Afrika, 13 November 2025 (c) AP Photo

Bola.net - Play-off Kualifikasi Piala Dunia 2026 untuk zona Afrika menghadirkan drama ketika empat negara, Kongo, Kamerun, Gabon, dan Nigeria, berebut satu tiket terakhir menuju putaran final.

Kongo muncul sebagai kejutan setelah menyingkirkan Kamerun 1-0 di semifinal, lalu menaklukkan Nigeria lewat adu penalti 4-3 setelah bermain imbang 1-1 di partai final.

Di balik keberhasilan itu, pertahanan Kongo tampil sebagai fondasi utama. Mereka bermain disiplin, menjaga struktur, dan tidak goyah meskipun menghadapi dua tim besar Afrika.

Di titik ini, Aaron Wan-Bissaka menjadi salah satu pemain yang mencuri perhatian. Ia tampil penuh pada dua laga krusial tersebut, solid mengawal sisi kanan pertahanan sekaligus aktif membantu serangan.

Meski tidak mencetak gol, kontribusinya terasa jelas dalam ritme permainan Kongo yang stabil dan terukur. Perjalanan ini menjadi babak baru bagi Wan-Bissaka.

Setelah melewati periode tidak menentu di Manchester United dan tak pernah dipanggil ke tim nasional Inggris senior karena ketatnya persaingan di bek kanan, keputusan membela negara asal keluarganya terbukti menjadi langkah tepat.

1 dari 3 halaman

Kebangkitan Setelah Masa Sulit

Kebangkitan Setelah Masa Sulit

Bek West Ham, Aaron Wan-Bissaka, saat berduel lawan Manchester United di Old Trafford, Minggu (11/05/2025). (c) Dok. WHUFC.com

Wan-Bissaka lahir di London dari keluarga berdarah Kongo. Ia pernah memperkuat Inggris di level U20 dan U21, namun panggilan ke tim senior tak kunjung datang.

Ketika Kongo beberapa kali mengundangnya, ia memilih menunggu peluang dari Inggris. Sikap itu sempat memicu ketegangan dan membuatnya berada dalam “limbo internasional”, karena ia kemudian justru ditolak ketika mencoba beralih membela Kongo.

Di klub, masa depannya pun sempat abu-abu. Ia menjalani musim yang dianggap mengecewakan, kontraknya tersisa setahun, dan namanya disebut sebagai kandidat yang dilepas. Ketika liburan, ia berada dalam fase refleksi, sebuah titik balik yang kemudian menjadi bagian penting kisahnya.

2 dari 3 halaman

Ritual Ruwatan: Babak Baru dari Akar Budaya

Ritual Ruwatan: Babak Baru dari Akar Budaya

Duel Kevin De Bruyne dan Aaron Wan-Bissaka di laga West Ham vs Man City, Premier League 2024/2025 (c) AP Photo/Frank Augstein

Keputusan Wan-Bissaka untuk kembali ke akar budaya keluarganya membawa cerita lain. Saat liburan tahun 2024 lalu, ia menjalani ritual pembersihan spiritual di Jamaica.

Dalam dokumentasi yang tersebar, ia terlihat melakukan prosesi dengan tubuh dibalut kain putih, bagian dari upaya membuang energi buruk dari musim sebelumnya.

Sebelum kembali ke Eropa, ia juga mengunjungi Kongo-central, tepatnya desa leluhurnya di Sonabata, untuk memahami asal-usul keluarganya.

Dalam proses itu, ia disebut mengikuti ritual kioko, tradisi masyarakat Bakongo yang diyakini memberikan perlindungan, keberuntungan, dan restu.

Makna ritual ini bukan semata soal mistik, melainkan cara seorang atlet mengosongkan beban masa lalu, membangun ketenangan, dan menyiapkan diri menyambut babak baru.

Bagi Wan-Bissaka, momen tersebut menjadi simbol pembersihan dan awal perjalanan baru. Perubahan performanya bersama Kongo, bagi banyak orang, seolah menjadi cermin bahwa ia kembali menemukan kepercayaan diri.

3 dari 3 halaman

Kebangkitan Wan-Bissaka dan Piala Dunia

Kisah Wan-Bissaka bersama Kongo merangkai banyak lapis, penolakan dari Inggris, masa sulit di Manchester United, dan keputusan menempuh jalan spiritual sebelum memulai musim baru.

Ketika kesempatan muncul, ia menjawabnya dengan performa solid di dua laga paling penting bagi Kongo di jalur play-off.

Tim Kongo kini melaju ke inter-confederation play-off dengan modal mental yang kuat. Bagi Wan-Bissaka, inilah momentum yang mungkin tidak pernah ia temukan ketika berada di Inggris.