Di Balik Anjloknya Performa Real Madrid: 3 Penyebab Gagalnya Proyek Xabi Alonso

Di Balik Anjloknya Performa Real Madrid: 3 Penyebab Gagalnya Proyek Xabi Alonso
Pelatih Real Madrid, Xabi Alonso. (c) AP Photo/Manu Fernandez

Bola.net - Real Madrid memulai musim 2025/2026 dengan keyakinan tinggi ketika Xabi Alonso kembali ke klub sebagai pelatih kepala. Reputasinya sedang menanjak setelah membawa Bayer Leverkusen menjuarai Bundesliga dengan gaya bermain modern yang efisien.

Madrid melihat Alonso sebagai sosok yang mampu memadukan tradisi klub dengan pendekatan taktis generasi baru. Harapan itu sempat tampak beralasan ketika tim memulai musim dengan performa meyakinkan, stabil, dan konsisten.

Identitas permainan yang dibawa Alonso juga terlihat jelas di pekan-pekan awal. Madrid lebih terstruktur dalam membangun serangan, progresi bola cepat, dan tekanan tinggi yang dipasang pada area tertentu membuat lawan kesulitan mengembangkan permainan.

Efeknya langsung terasa, kemenangan demi kemenangan mengalir, kepercayaan diri meningkat, dan wacana bahwa Madrid telah menemukan “versi baru” di bawah Alonso mulai terdengar di berbagai kanal sepak bola Eropa.

Momen puncak dari fase awal itu datang pada Oktober 2025, ketika Madrid menundukkan Barcelona 2-1 dalam El Clasico. Kemenangan tersebut bukan hanya soal skor, tetapi juga soal dominasi mental, organisasi permainan, dan soliditas tim.

Banyak yang melihat hasil itu sebagai titik konfirmasi bahwa proyek Alonso berada di jalur yang tepat. Sayangnya, setelah malam yang seharusnya menjadi batu loncatan itu, arah perjalanan Madrid justru berbelok.

Performa tim menurun drastis di La Liga maupun Liga Champions. Madrid kehilangan poin beruntun di kompetisi domestik dan sempat tersalip Barcelona. Di Eropa, kekalahan dari Liverpool dan Manchester City memicu keraguan, apa yang sebenarnya membuat proyek Alonso tersendat?

1 dari 3 halaman

1. Gaya Bermain Taktis yang Belum Cocok dengan Materi Pemain

1. Gaya Bermain Taktis yang Belum Cocok dengan Materi Pemain

Reaksi para pemain Real Madrid usai laga Liga Champions menghadapi Manchester City di Madrid, Kamis (11/12/2025). (c) AP Photo/Manu Fernandez

Salah satu kritik paling konsisten terhadap Alonso adalah ketidakcocokan filosofi taktisnya dengan karakter skuad Real Madrid saat ini.

Alonso datang dengan reputasi tinggi setelah sukses di Bayer Leverkusen, di mana ia menerapkan pendekatan permainan yang terstruktur dan intens. Namun di Madrid, strategi tersebut belum sepenuhnya efektif.

Beberapa laporan mengkritik pendekatan taktisnya, termasuk variasi formasi yang terlihat tidak stabil dari pekan ke pekan serta masalah pada fase transisi pertahanan.

Real Madrid musim ini sering kebobolan melalui serangan balik lawan, mengindikasikan kurangnya kedisiplinan struktur pertahanan yang diproyeksikan Alonso, terutama dalam menghadapi tim-tim yang cepat menekan lawan.

Masalah lain yang disorot adalah ketergantungan berlebihan terhadap sejumlah individu seperti Kylian Mbappe, sementara pemain lain gagal secara konsisten memberikan kontribusi ofensif ketika Mbappe tidak mencetak gol.

Aliran bola dan dominasi permainan menjadi terhambat ketika poin kreatif tim tertumpuk pada satu atau dua nama saja. Selain itu, ketiadaan pemain dengan peran gelandang pengatur — misalnya kegagalan klub mendatangkan Martin Zubimendi — membuat Madrid kehilangan kontrol ritme permainan di lini tengah, sebuah elemen yang sangat penting dalam skema permainan Alonso.

Intinya, kecanggihan taktik Alonso belum sepenuhnya menyatu dengan kekuatan dan karakter pemain yang ada, sehingga Real Madrid sering kehilangan konsistensi performa di La Liga dan Liga Champions.

2 dari 3 halaman

2. Masalah Ruang Ganti dan Kepemimpinan

2. Masalah Ruang Ganti dan Kepemimpinan

Vinicius Junior dan pemain Real Madrid saat sesi latihan tim jelang lawan Celta Vigo, 7 Desember 2025. (c) AP Photo/Manu Fernandez

Isu yang muncul belakangan bahkan lebih sensitif daripada taktik di lapangan, ketidakharmonisan ruang ganti dan dinamika kekuasaan pemain.

Beberapa media besar menggambarkan situasi di ruang ganti Real Madrid sebagai stagnan, dengan beberapa pemain yang tampak frustrasi dan suara mereka makin meninggi.

Isu ini diduga menjadi faktor signifikan yang membuat Alonso kesulitan mempertahankan otoritasnya sebagai pelatih dalam kelompok yang penuh bintang.

Laporan The Independent bahkan menyebut hubungan pelatih dan beberapa pemain belum sepenuhnya solid. Ada klaim bahwa pesan-pesan taktikal Alonso tidak tersampaikan secara efektif di ruang ganti, dan ketidakpercayaan mulai tumbuh di antara pemain tertentu.

Selain itu, perubahan keputusan-keputusan harian, seperti pilihan taktis hingga manajemen perjalanan tim yang kadang dipandang tidak sensitif terhadap kondisi fisik dan mental pemain, sempat memicu ketidakpuasan dalam kelompok.

Ketidakharmonisan semacam ini bisa memengaruhi kepercayaan kolektif dan solidaritas tim, yang pada gilirannya berdampak langsung pada performa di lapangan.

3 dari 3 halaman

3. Krisis Cedera dan Kedalaman Skuad yang Tak Memadai

3. Krisis Cedera dan Kedalaman Skuad yang Tak Memadai

Para pemain Real Madrid berbaris memberi penghormatan terakhir kepada mendiang jurnalis Alfonso Ussia sebelum pertandingan La Liga melawan Celta Vigo. (c) AP Photo/Manu Fernandez

Masalah cedera yang menumpuk muncul sebagai faktor praktis yang memperberat kerja Alonso. Dalam beberapa pekan terakhir Madrid kehilangan pemain kunci di berbagai posisi, memaksa sang pelatih melakukan eksperimen formasi dan pemain yang belum tentu ideal untuk skema utamanya.

Berikut daftar pemain cedera Real Madrid:

  • Dean Huijsen
  • Eder Militao
  • David Alaba
  • Ferland Mendy
  • Trent-Alexander Arnold
  • Dani Carvajal
  • Eduardo Camavinga
  • Franco Mastantuono

Badai cedera ini bukan sekadar soal kehilangan nama besar; absennya sosok-sosok tertentu mengganggu keseimbangan tim, terutama di lini belakang, sehingga taktik Alonso seringkali harus disesuaikan secara darurat.

Kasus paling menonjol adalah cedera panjang Eder Militao, yang dilaporkan akan absen berbulan-bulan. Hilangnya Militao berarti Real Madrid kehilangan pusat pertahanan yang konsisten, memaksa rotasi dan perubahan sistem yang pada akhirnya merusak stabilitas performa.

Pergantian-pergantian taktis akibat cedera juga membuat pemain sayap dan gelandang mengalami beban tugas yang bergeser, sehingga kontribusi ofensif dan defensif tim mengalami penurunan simultan.

Badai cedera ini menyingkap kelemahan mendasar dalam kedalaman skuad, beberapa pengganti tidak siap menjadi solusi jangka panjang ketika starter absen, dan beberapa pos terasa tipis bila dilanda rotasi beruntun.