PR Berat di Lini Depan Timnas Indonesia untuk Kualifikasi Piala Dunia 2026

PR Berat di Lini Depan Timnas Indonesia untuk Kualifikasi Piala Dunia 2026
Penyerang Timnas Indonesia, Mauro Zijlstra. (c) Bola.net/Abdul Aziz

Bola.net - Timnas Indonesia masih punya pekerjaan rumah berat di lini depan jelang putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Oktober nanti, skuad Garuda akan berhadapan dengan lawan tangguh, Timnas Arab Saudi dan Timnas Irak, yang kualitasnya jauh di atas lawan uji coba sebelumnya.

Meski sempat menang telak 6-0 atas Chinese Taipei, hasil itu tak bisa jadi patokan mutlak. Pasalnya, ketika menghadapi Lebanon yang levelnya lebih seimbang, Timnas Indonesia justru kesulitan mencetak peluang dan harus puas bermain imbang tanpa gol. Bahkan, tak ada satu pun tembakan tepat sasaran yang dilepaskan.

Pelatih Patrick Kluivert sadar betul kelemahan timnya. Ia tahu betul bahwa ketajaman di lini serang harus segera diperbaiki jika Tim Garuda ingin berbicara banyak di fase berikutnya. “Kami punya beberapa peluang, hanya saja tidak berhasil menjadi gol. Kalau Anda lihat, Lebanon bermain sangat bertahan, menumpuk banyak pemain di area penalti mereka. Itu membuat Timnas Indonesia sulit mencetak gol,” kata Kluivert.

1 dari 3 halaman

Sananta dan Zijlstra Belum Jadi Jawaban

Sananta dan Zijlstra Belum Jadi Jawaban

Ekspresi Ramadhan Sananta usai membobol gawang Timnas Chinese Taipei, Jumat (5/9/2025) (c) Bola.net/Abdul Aziz

Dua striker murni sudah dicoba Kluivert pada laga uji coba, yakni Ramadhan Sananta dan Mauro Zijlstra. Sananta sempat menyumbang gol saat melawan Chinese Taipei, tapi ketika turun menghadapi Lebanon, ia tak mampu memberi solusi.

Zijlstra juga belum menunjukkan tajinya. Striker FC Volendam berusia 20 tahun itu masih butuh waktu untuk beradaptasi. Kehadirannya sebagai darah muda tentu menjanjikan, tapi untuk saat ini, perannya belum bisa menutup lubang di lini depan Garuda.

Situasi ini membuat ketajaman Timnas Indonesia masih bergantung pada kreativitas gelandang dan winger. Tanpa ujung tombak yang benar-benar konsisten, efektivitas serangan sulit terjaga ketika menghadapi lawan dengan pertahanan rapat.

2 dari 3 halaman

Masalah Lama: Mandek Hadapi Pertahanan Rapat

Masalah Lama: Mandek Hadapi Pertahanan Rapat

Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert. (c) Bola.net/Abdul Aziz

Kebuntuan melawan Lebanon memperlihatkan persoalan klasik Timnas Indonesia: kesulitan menghadapi tim yang bermain defensif. Lawan yang menumpuk pemain di kotak penalti membuat Garuda tak leluasa membongkar pertahanan.

Patrick Kluivert menyadari ini menjadi masalah utama. Ia menegaskan bahwa menghadapi tim kuat seperti Arab Saudi dan Irak, ketajaman bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mutlak. Tanpa serangan yang efektif, peluang lolos bisa menguap begitu saja.

Kerja sama antara lini tengah dan penyerang perlu diperkuat agar aliran bola lebih variatif. Serangan monoton dengan crossing atau tendangan jarak jauh tak akan cukup menghadapi lawan kelas Asia Barat yang memiliki lini belakang tangguh.

3 dari 3 halaman

Menanti Kembalinya Ragnar dan Ole

Menanti Kembalinya Ragnar dan Ole

Duel Salem Al Dawsari dan Ragnar Oratmangoen dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 antara Arab Saudi vs Timnas Indonesia, Jumat (6/9/2024). (c) Dok. AFC

Harapan publik kini tertuju pada kembalinya beberapa pemain kunci. Ragnar Oratmangoen, yang dulu jadi tumpuan serangan di era Shin Tae-yong, bisa jadi solusi. Kreativitas dan mobilitasnya mampu membuka ruang bagi penyerang lain.

Selain itu, Ole Romeny menjadi opsi paling menarik. Striker 25 tahun ini sudah mencetak tiga gol dari empat penampilan bersama Timnas Indonesia. Sayangnya, Ole masih berkutat dengan cedera dan belum juga bermain untuk klubnya, Oxford United. Kondisi kebugaran dan ritme mainnya akan jadi tanda tanya besar untuk Oktober nanti.

Jika keduanya bisa tampil dalam kondisi bugar, kombinasi dengan Sananta dan Zijlstra berpotensi memberi variasi serangan. Namun, jika tidak, Patrick Kluivert harus memutar otak lebih keras mencari formula baru.

Disadur dari: Bola.com/Radifa Arsa/Aning Jati, 11 September 2025