Timnas Indonesia: Lebih dari Profesionalisme, Patriotisme Dinilai Jadi Kunci Prestasi

Timnas Indonesia: Lebih dari Profesionalisme, Patriotisme Dinilai Jadi Kunci Prestasi
Timnas Indonesia dalam laga lanjutan putaran ketiga Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Jepang di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jumat (15/11/2024) (c) Bola.com/Bagaskara Lazuardi

Bola.net - Timnas Indonesia selalu diisi pemain profesional yang berkiprah di berbagai level kompetisi. Akan tetapi, profesionalisme semata tidak otomatis menjamin daya saing tinggi di pentas internasional.

Pandangan itu datang dari Dali Tahir, mantan pengurus PSSI dan anggota Exco FIFA dua periode. Ia menilai karakter kebangsaan harus berjalan seiring dengan kualitas teknis pemain.

Menurut Dali Tahir, tim nasional merupakan cermin kecintaan terhadap bangsa. Namun, sepak bola modern juga menempatkan kualitas individu dan nilai pasar pemain sebagai tolok ukur penting.

1 dari 2 halaman

Profesionalisme dan Batasannya

Profesionalisme dan Batasannya

Pemain Timnas Indonesia, Eliano Reijnders dan Joey Pelupessy saat melawan Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. (c) Bola.net/Bagaskara Lazuardi

“Pemain profesional diukur dari skill mereka. Seorang pemain yang punya kualitas bagus pasti nilai mereka mahal,” kata Dali Tahir yang pernah menjabat di komite etika FIFA. Ia menambahkan bahwa tim nasional yang dihuni banyak pemain bernilai tinggi umumnya lebih siap bersaing.

Namun, lanjutnya, profesionalisme masih bisa dikalahkan oleh faktor lain. “Dalam sejarah Piala Dunia sering terjadi kejutan,” ujarnya dalam penjelasan lanjutan.

Dali Tahir mencontohkan Korea Selatan yang menumbangkan Jerman pada Piala Dunia 2018 Rusia. Contoh lain hadir saat Arab Saudi mengalahkan Argentina di Piala Dunia 2022 Qatar.

“Kejutan sering dilakukan negara-negara Asia dan Afrika,” kata Dali Tahir. Ia menilai fakta kualitas bisa ditutup dengan semangat kebangsaan yang sangat kuat.

2 dari 2 halaman

Patriotisme dan Polemik Naturalisasi

Patriotisme dan Polemik Naturalisasi

Timnas Indonesia berpose bersama suporter Garuda usai laga melawan Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2026. (c) Bola.net/Bagaskara Lazuardi

Timnas Indonesia, menurut Dali Tahir, dapat meniru semangat tersebut untuk bersaing di level internasional. “Jika Indonesia ingin punya timnas bagus maka harus banyak diperkuat pemain dari bangsa sendiri,” paparnya.

Ia mendorong pembinaan usia dini yang menekankan teknik dan karakter. Peran federasi dan pemerintah dinilai krusial untuk membangun fondasi jangka panjang.

Di sisi lain, Dali Tahir mengaku tidak sepakat dengan program naturalisasi yang masif dalam tiga tahun terakhir. Pandangan ini didasari pengalamannya berbincang dengan keluarga yang tinggal di Belanda.

“Istri saya punya keluarga yang tinggal dan jadi warga negara Belanda,” tuturnya. Dari dialog itu, ia memperoleh gambaran kuatnya jaminan sosial dan kenyamanan hidup di negara tersebut.

Kesimpulan pribadi kemudian ia tarik terkait status pemain diaspora. “Saya pribadi meragukan patriotisme dan nasionalisme pemain naturalisasi Timnas Indonesia,” ujarnya.

Ia menilai para pemain itu tampil sebagai profesional, tapi belum tentu memiliki ikatan emosional mendalam. Keraguan tersebut semakin besar ketika kualitas pemain naturalisasi tidak berada di level elite Eropa.

“Kalau pemain naturalisasi bukan dari grade A atau B, jangan harap Timnas Indonesia bisa bicara banyak di level Dunia,” pungkasnya. Ia menegaskan pemain berkelas tinggi hampir pasti sudah diamankan tim nasional negara asalnya.

Disadur dari: Bola.com/Gatot Sumitro/Hendry Wibowo, 18 Desember 2025