Ballon d'Or: Medan Pertarungan Abadi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo
Gia Yuda Pradana | 13 Mei 2025 12:09
Bola.net - Pada setiap musim, satu momen yang selalu ditunggu para penggemar sepak bola adalah pengumuman Ballon d'Or. Sebuah penghargaan individual paling prestisius dalam olahraga ini, yang sejak 1956 telah menjadi tolok ukur keagungan di lapangan hijau. Di balik trofi berlapis emas itu, tersimpan kisah-kisah kejayaan, kontroversi, dan tentu saja: keabadian.
Seiring waktu, penghargaan ini berkembang dari sebuah pengakuan untuk para pemain Eropa menjadi ajang selebrasi global. Dari para maestro klasik seperti Johan Cruyff hingga megabintang era digital seperti Cristiano Ronaldo, Ballon d'Or terus menciptakan mitologi baru.
Ada satu pertanyaan sederhana, tetapi jawabannya adalah legenda: siapa pemilik gelar Ballon d'Or terbanyak sepanjang masa? Jawaban itu telah mengubah cara kita memaknai kejayaan, dan memahat satu nama dalam peta sejarah sepak bola selamanya.
Nama yang kini berdiri paling tinggi, meninggalkan para pesaingnya dalam debu sejarah itu adalah Lionel Messi.
Satu Bola Emas, Satu Dunia Menilai

Ballon d'Or, atau Bola Emas, lahir dari gagasan dua jurnalis Prancis, Gabriel Hanot dan Jacques Ferran. Pada awalnya, hanya pemain asal Eropa yang boleh menerima penghargaan ini, dengan Stanley Matthews dari Inggris menjadi pemenang pertama pada 1956. Selama beberapa dekade, penghargaan ini tetap menjadi domain eksklusif pemain-pemain dari benua biru.
Baru pada 1995, perubahan besar terjadi. George Weah, penyerang asal Liberia, menjadi pemain non-Eropa pertama yang memenanginya setelah aturan diubah untuk menyertakan semua pemain yang bermain di klub-klub Eropa. Dua tahun kemudian, Ronaldo dari Brasil meraih Ballon d'Or dan menjadi pemenang termuda dalam sejarah pada usia 21 tahun.
Sejak 2007, Ballon d'Or membuka cakupannya menjadi penghargaan global, menyambut semua pemain dari liga mana pun. Sistem pemungutan suara pun berubah: dari hanya jurnalis, menjadi juga melibatkan kapten dan pelatih tim nasional, sebelum kembali hanya kepada jurnalis sejak 2016.
Lionel Messi, Raja Sepak Bola Abad Ini

Dalam sejarah panjang Ballon d'Or, tak ada nama yang menggema sekuat Lionel Messi. Dia telah meraih delapan trofi Ballon d'Or—rekor tertinggi yang belum terjamah siapa pun. Trofi pertamanya datang pada 2009, sedangkan yang terakhir dia raih pada 2023, menandai lebih dari satu dekade dominasi.
Messi tak hanya menang banyak, tapi juga konsisten. Dia naik podium Ballon d'Or sebanyak 14 kali, lebih banyak dari siapa pun. Hebatnya lagi, dia satu-satunya pemain yang memenangi penghargaan ini bersama tiga klub berbeda: Barcelona, PSG, dan Inter Miami—serta satu-satunya pemenang yang meraihnya saat bermain di luar Eropa.
Dengan gelar-gelar itu, Messi tak hanya menjadi pemain terbaik; dia menjadi simbol zaman. Dari dominasi tiki-taka hingga magis Argentina di Qatar, setiap fase kariernya menegaskan satu hal: kejeniusan tak mengenal batas.
Cristiano Ronaldo: Sang Penantang Abadi

Jika Messi adalah raja, maka Cristiano Ronaldo adalah bayangan megah di balik singgasananya. Lima kali memenangi Ballon d'Or dan 18 kali masuk nominasi, Ronaldo adalah simbol dari kerja keras, ambisi, dan keberlanjutan performa di level tertinggi.
Pemain asal Portugal ini menjadi pesaing abadi Messi dan rivalitas mereka telah mendefinisikan era modern sepak bola. Antara 2008 hingga 2017, hanya keduanya yang silih berganti memenangkan Ballon d'Or, menciptakan era keemasan yang tak tertandingi. Ronaldo juga mengukir sejarah sebagai pemain dengan posisi dua terbanyak (6 kali).
Meski koleksi Ballon d'Or-nya lebih sedikit dari Messi, kiprah Ronaldo di berbagai liga top dunia—Inggris, Spanyol, dan Italia—membuatnya tetap menjadi salah satu ikon terbesar dalam sejarah sepak bola. Ia bukan hanya pesaing, tapi juga legenda.
Legenda-legenda Lain di Panggung Emas

Sebelum era Messi dan Ronaldo, ada nama-nama besar yang pernah berdiri di puncak dunia. Michel Platini, Johan Cruyff, dan Marco van Basten masing-masing memenangkan Ballon d'Or tiga kali. Mereka adalah lambang kejayaan sepak bola klasik Eropa.
Franz Beckenbauer, Alfredo Di Stefano, dan Ronaldo dari Brasil, termasuk di antara pemain yang meraih dua kali penghargaan. Beckenbauer bahkan melakukannya sebagai bek, sesuatu yang semakin langka di era modern yang bias pada pemain menyerang. Ronaldo Brasil tetap menjadi pemenang termuda dan ikon sepak bola global pada masanya.
Sejak 1956, lebih dari 40 pemain dari berbagai negara telah membawa pulang trofi Ballon d'Or. Namun, hanya sedikit yang berhasil meraihnya lebih dari sekali. Di antara mereka, hanya segelintir yang namanya terus dikenang lintas generasi.
Ballon d'Or: Antara Prestasi dan Kontroversi

Penghargaan Ballon d'Or diberikan dengan tiga kriteria utama: performa individu, kontribusi untuk tim, serta etika dan fair play. Namun, tak sedikit yang menganggapnya sebagai ajang popularitas, lebih mirip pemilihan umum daripada penghargaan objektif.
Banyak kritik diarahkan pada dominasi pemain menyerang, serta ketimpangan representasi liga dan klub. Sejak 1995, hanya liga top Eropa dan MLS yang menyumbang pemenang. Ballon d'Or pun kerap dikritik karena terlalu fokus pada wajah-wajah familiar dari klub-klub elit.
Kasus paling mencolok adalah edisi 2020, ketika tidak ada penghargaan karena pandemi COVID-19. Banyak yang menilai Robert Lewandowski layak menang tahun itu, tetapi tak pernah mendapat pengakuan formal. Sebuah ironi dalam sejarah panjang trofi ini.
Rodri dan Babak Baru Ballon d'Or

Pada 2024, giliran Rodri, gelandang Manchester City dan timnas Spanyol, mengangkat Ballon d'Or. Dia menjadi simbol era baru, ketika kontribusi tak selalu datang dari pencetak gol, tetapi juga dari pengatur irama permainan.
Rodri menang dalam sistem penilaian yang diperbarui: kini penghargaan ini diberikan berdasarkan musim, bukan tahun kalender. Hanya jurnalis dari 100 negara teratas dalam ranking FIFA yang boleh memilih, menciptakan sistem yang lebih selektif.
Dengan UEFA yang mulai ikut mengorganisasi gala Ballon d'Or sejak 2024, masa depan penghargaan ini tampak semakin mengakar dalam struktur sepak bola Eropa. Namun, satu hal tetap tak berubah: Ballon d'Or adalah mimpi tertinggi setiap pemain sepak bola.
Di Atas Semuanya, Terpahat Nama Lionel Messi

Di balik semua statistik dan cerita, Ballon d'Or tetap menyimpan satu fakta tak terbantahkan. Lionel Messi adalah pemilik takhta tertinggi.
Delapan trofi, empat belas podium, dan kisah-kisah yang menjangkau benua serta generasi.
Hingga kini, posisinya belum tergoyahkan. Tempatnya di puncak tertinggi pun sepertinya bakal kekal.
Daftar Pemenang Ballon d'Or

Pemain dengan lebih dari satu Ballon d'Or:
- Lionel Messi – 8 – 2009, 2010, 2011, 2012, 2015, 2019, 2021, 2023
- Cristiano Ronaldo – 5 – 2008, 2013, 2014, 2016, 2017
- Michel Platini – 3 – 1983, 1984, 1985
- Johan Cruyff – 3 – 1971, 1973, 1974
- Marco van Basten – 3 – 1988, 1989, 1992
- Franz Beckenbauer – 2 – 1972, 1976
- Ronaldo – 2 – 1997, 2002
- Alfredo Di Stefano – 2 – 1957, 1959
- Kevin Keegan – 2 – 1978, 1979
- Karl-Heinz Rummenigge – 2 – 1980, 1981
Pemain dengan satu Ballon d'Or:
- Stanley Matthews – 1 – 1956
- Raymond Kopa – 1 – 1958
- Luis Suarez – 1 – 1960
- Omar Sivori – 1 – 1961
- Josef Masopust – 1 – 1962
- Lev Yashin – 1 – 1963
- Denis Law – 1 – 1964
- Eusebio – 1 – 1965
- Bobby Charlton – 1 – 1966
- Florian Albert – 1 – 1967
- George Best – 1 – 1968
- Gianni Rivera – 1 – 1969
- Gerd Muller – 1 – 1970
- Oleg Blokhin – 1 – 1975
- Allan Simonsen – 1 – 1977
- Paolo Rossi – 1 – 1982
- Igor Belanov – 1 – 1986
- Ruud Gullit – 1 – 1987
- Lothar Matthaus – 1 – 1990
- Jean-Pierre Papin – 1 – 1991
- Roberto Baggio – 1 – 1993
- Hristo Stoichkov – 1 – 1994
- George Weah – 1 – 1995
- Matthias Sammer – 1 – 1996
- Rivaldo – 1 – 1999
- Luis Figo – 1 – 2000
- Michael Owen – 1 – 2001
- Pavel Nedved – 1 – 2003
- Andriy Shevchenko – 1 – 2004
- Ronaldinho – 1 – 2005
- Fabio Cannavaro – 1 – 2006
- Kaka – 1 – 2007
- Luka Modric – 1 – 2018
- Karim Benzema – 1 – 2022
- Rodri – 1 – 2024
Dalam dunia yang berubah begitu cepat, nama Lionel Messi tetap menjadi poros. Dia telah melampaui persaingan, menaklukkan waktu, dan menulis ulang sejarah.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Krisis Bek Kanan, Real Madrid Tetap Ogah Belanja di Bursa Transfer Januari
Liga Inggris 5 Desember 2025, 15:52
-
Kylian Mbappe Panas, Rekor Gol Ronaldo Terancam Tumbang Musim Ini
Liga Spanyol 5 Desember 2025, 15:41
-
AC Milan Cari Bek Baru Januari 2026, Muncul Nama Mengejutkan dari Timnas Indonesia
Tim Nasional 5 Desember 2025, 15:28
LATEST UPDATE
-
Hasil Latihan Pertama Formula 1 GP Abu Dhabi 2025: Lando Norris Asapi Max Verstappen
Otomotif 5 Desember 2025, 17:57
-
Skuad Timnas Voli Putri Indonesia SEA Games 2025: Megawati "Megatron" Is Back!
Voli 5 Desember 2025, 17:47
-
Sepakat Satu Suara! Cabor dan Pemerintah Kunci Target 80 Emas SEA Games 2025
Olahraga Lain-Lain 5 Desember 2025, 17:34
-
Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di SEA Games 2025
Tim Nasional 5 Desember 2025, 16:55
-
Dicadangkan di2 Laga Liverpool, Mohamed Salah Langsung Jadi Incaran Saudi Pro League
Liga Inggris 5 Desember 2025, 16:25
LATEST EDITORIAL
-
Dari Salah hingga Neymar, 8 Pemain Top yang Anjlok Drastis di Musim 2025/2026
Editorial 5 Desember 2025, 14:58
-
Jika Arne Slot Lengser, Ini 11 Pelatih Nganggur yang Cocok untuk Liverpool
Editorial 5 Desember 2025, 14:49
-
5 Pemain yang Memberikan Dampak Tak Terduga di Serie A Musim Ini
Editorial 4 Desember 2025, 13:02
-
6 Opsi Klub Baru Marcus Rashford jika Tak Dipermanenkan Barcelona
Editorial 4 Desember 2025, 11:26











