Juanito dan 8 Comeback Legendaris Real Madrid
Editor Bolanet | 30 April 2013 05:59
Bola.net - Setelah kekalahan 1-4 di Westfalenstadion, Real Madrid pulang dengan kepala tertunduk. Para fans mereka yang datan menyaksikan ke Jerman pun tak kuasa menahan amarahnya.
Skuad Madrid dicegat di bandara Munster, Dortmund. Sebagian mereka meneriakkan: 'Kami tak butuh uang, kami butuh pemain dengan cojones!' Sebagian lagi mengatakan: 'Kami butuh 11 Juanito'.
Siapa ? Mengapa ia dibutuhkan Madrid di saat seperti ini? Mengapa Sergio Ramos yang berjiwa petarung matador meniru ucapan Juanito setelah 90 menit di Dortmund berakhir?
Secara singkat Juanito adalah legenda Madrid yang mewakili jiwa pantang menyerah mereka. Juanito adalah perwujudan mental juara Madrid yang berperan besar dalam beberapa comeback legendaris El Real. Juanito merupakan inspirasi paling tepat bagi Madrid untuk keluar dari situasi sulit mereka di Liga Champions.
Terlepas dari apakah Madrid akan mampu meraih comeback hebat melawan Dortmund, namun mental juara sudah terlanjur tertanam dalam tim Los Blancos. Yang pasti mereka tak akan menyerah sampai wasit meniup peluit panjang. Berikut adalah beberapa contoh comeback Madrid di pentas Eropa, tim yang mampu menciptakan keajaiban. (RM/AS/hsw)
Derby County
Pada musim 1975/76 Madrid berhasil melewati hadangan tim Inggris Derby County di babak 16 besar pentas Piala Eropa (nama Liga Champions waktu itu). Namun Madrid membutuhkan keajaiban untuk bisa menyingkirkan Derby.
Pada leg pertama yang berlangsung di Baseball Ground tanggal 22 Oktober 1975, Madrid dipermalukan dengan skor 1-4. Hattrick George dan satu gol Nish hanya mampu dibalas sekali oleh Pirri.
Madrid mengamuk dalam leg kedua di Santiago Bernabeu pada 5 November 1975. Berhasil menyamakan skor 4-1 pada waktu normal lewat dua gol Roberto Martinez dan Pirri, Madrid akhirnya menang setelah melalui babak tambahan waktu.
Gol Santillana pada menit ke-100 memastikan Los Blancos lolos ke perempat final musim itu.
Glasgow Celtic
Perempat Final Piala Eropa musim 1979/1980 mempertemukan Madrid dengan raksasa Skotlandia Glasgow Celtic. Celtic ternyata mampu menawarkan perlawanan sengit kepada El Real.
Pada leg pertama di Parkhead, Madrid pulang dengan kepala tertunduk setelah kalah 0-2. Gol McCluskey dan Doyle membuat Celtic semakin dekat ke semifinal.
Namun Madrid kembali menunjukkan jiwa juara mereka dengan mengganyang Celtic di Santiago Bernabeu. Santillana, Stielike dan Juanito mencetak gol untuk memutus asa Celtic. Madrid lolos ke semifinal!
HNK Rijeka
Pertengahan dekade 80-an adalah era keemasan Madrid dalam hal comeback. Mereka melakukan banyak keajaiban pada era ini. Pada babak 32 besar Piala UEFA musim 1984/85, Madrid harus menghadapi tantangan klub Yugoslavia (kini Kroasia) HNK Rijeka.
Madrid bertandang lebih dulu ke Kantrida, markas Rijeka. Tak disangka, Madrid takluk 1-3. Tetapi Madrid kemudian berhasil menang tiga gol tanpa balas di Santiago Bernabeu berkat penampilan gemilang Emilio Butragueno.
Inilah awal dari kegilaan comeback Madrid.
Anderlecht
Setelah menyingkirkan Rijeka, Madrid bertemu Anderlecht di babak 16 besar Piala UEFA. Kembali, Madrid harus mengerahkan segenap kemampuan mereka untuk membalik keadaan.
Pada leg pertama di markas Anderlecht, Madrid tersungkur 0-3 akibat gol dari Vandenbergh, Czeniantinsky dan penalti Vercauteren. Harapan Madrid untuk lolos ke perempat final nampaknya sudah di ujung tanduk.
Namun El Real mengubah keadaan dengan dukungan publik Bernabeu. Bermain dengan dukungan pada Madridista, Madrid menghajar Anderlecht 6-1. Hattrick Butragueno, dua gol Valdano dan satu gol Sanchis lebih dari cukup untuk membawa Madrid lolos.
Internazionale
Masih di musim yang sama dan kompetisi yang sama, Madrid bertemu Internazionale pada babak semifinal. Pertandingan inilah yang membuat Juanito menjadi legenda Madrid dalam hal comeback.
Pertandingan pertama di Giuseppe Meazza berakhir dengan kekalahan 1-3 Madrid. Setelah pertandingan berakhir, Juanito, gelandang Madrid saat itu mendekati bek Inter Graziano Bini. Juanito mengucapkan frase terkenal (yang ditirukan Sergio Ramos setelah kalah dari Dortmund): Noventa minuti en el Bernabéu son molto longo (90 menit di Bernabeu adalah waktu yang sangat lama).
Juanito mengucapkan itu dalam bahasa Italia, memastikan bahwa Bini mengerti apa yang ingin disampaikannya. Benar saja, Madrid memang berhasil mengalahkan Inter pada leg kedua dengan skor 3-0.
Mereka akhirnya bablas menjadi juara Piala UEFA musim itu setelah mengalahkan klub Hungaria Videoton dalam final dua leg.
Borussia Monchengladbach
Pertandingan Piala UEFA musim 1985/1986 mempertemukan Madrid dengan Gladbach pada babak 16 besar. Saat itu Gladbach adalah salah satu kekuatan yang disegani di Eropa.
Secara mengejutkan, Madrid dihajar 5-1 di Rheinstadion pada leg pertama. Madrid bisa kalah sebesar itu karena memang hanya bermain dengan sepuluh pemain setelah Gordillo diusir wasit Agnolin asal Italia.
Madrid lagi-lagi membalas setimpal kekalahan mereka di Santiago Bernabeu. Santillana dan valdano masing-masing mencetak dua gol untuk memberi kemenangan 4-0 kepada Madrid. Los Blancos lolos ke perempat final dengan keunggulan gol away.
Internazionale
Madrid bertemu musuh lamanya lagi di pentas Piala UEFA, Internazionale. Kali ini juga di semifinal. Seperti cerita sebelumnya, Inter juga bisa unggul dalam leg pertama.
Giuseppe Meazza menjadi saksi kemenangan 3-1 Inter atas madrid pada leg pertama. Dua gol Tardelli dan satu gol Salguero cuma bisa dibalas oleh satui gol Valdano.
Lalu keajaiban kembali tercipta di Bernabeu. Madrid berhasil menang 5-1 berkat dua gol Santillana, dua gol Hugo Sanchez dan satu gol Gordillo. Satu-satunya gol Inter dalam laga itu dicetak oleh Brady lewat titik putih.
Madrid mencapai final dan kembali menjadi juara setelah mengalahkan FC Koln di final.
Red Star Belgrade
Musim berikutnya (1986/87) Madrid berlaga di pentas Piala Eropa lagi. pada partai perempat final, mereka dihadapkan dengan tim kuat asal Belgrade, Red Star.
Leg pertama digelar di Little Maracana, markas Belgrade. Madrid dilumpuhkan dengan skor 4-2 dalam stadion yang memang terkenal angker itu.
Pada leg kedua, Madrid membuktikan lagi bahwa Santiago Bernabeu tak kalah angker dari stadion mana pun. Mereka menang 'seperlunya saja' dengan skor 2-0. Gol Madrid saat itu dicetak oleh Butragueno dan Sanchiz.
Kesimpulan
Semua comeback tersebut menunjukkan Madrid memang tim yang memiliki mental juara. Semangat untuk tak pernah menyerah sudah berhasil ditanamkan dan tumbuh dengan subur di Bernabeu.
Selain itu, dukungan Madridista tak bisa dipungkiri juga memberi dampak positif terhadap permainan Los Blancos. Dalam partai knockout dua pertandingan, leg kedua di Bernabeu bisa menjadi mimpi buruk bagi tim mana pun.
Kini Madrid kembali dihadapkan pada tantangan untuk melakukan comeback sensasional dan bersejarah. Mampukah generasi Madrid saat ini merengkuh jiwa pantang menyerah mereka saat menghadapi Dortmund?
Jawaban dari pertanyaan itu akan kita dapat setelah Howard Webb meniup peluit panjang di Bernabeu nanti. Tapi yang tak perlu diragukan saat ini adalah: 90 menit di Bernabeu akan menjadi waktu yang sangat lama bagi Borussia Dortmund.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Prediksi Real Sociedad vs Real Madrid 13 September 2025
Liga Spanyol 11 September 2025, 11:11 -
Sebut Nama Mbappe, Konate Panaskan Spekulasi Transfernya dari Liverpool ke Madrid
Liga Inggris 11 September 2025, 06:29 -
Pengakuan Mengejutkan Kylian Mbappe: Tak Akan Menang Ballon d'Or
Liga Spanyol 11 September 2025, 00:27 -
Jika Konate Sulit, Real Madrid Siap Alihkan Bidikannya ke Bek Tottenham ini
Liga Spanyol 10 September 2025, 17:56 -
4 Bek Tengah yang Masuk Radar Real Madrid untuk Perkuat Pertahanan
Liga Spanyol 10 September 2025, 16:04
LATEST UPDATE
-
Tchouameni Buka Suara: Ada Perbedaan Antara Xabi Alonso dan Carlo Ancelotti
Liga Spanyol 11 September 2025, 16:05 -
Kisah di Balik Kepindahan Jamie Vardy ke Cremonese: Ada Peran Pelatih Chelsea!
Liga Italia 11 September 2025, 16:01 -
Manchester United All In untuk Carlos Baleba di Tahun 2026
Liga Inggris 11 September 2025, 16:01 -
AC Milan di Bawah Allegri: Bekerja Keras pada Pertahanan dan Struktur Tim
Liga Italia 11 September 2025, 16:00 -
Jadwal dan Hasil Lengkap Pertandingan Bulu Tangkis Hong Kong Open 2025
Bulu Tangkis 11 September 2025, 15:52 -
Lleyton Hewitt Dijatuhi Sanksi 2 Pekan dan Denda Besar Jelang Piala Davis 2025
Tenis 11 September 2025, 15:46 -
5 Pertemuan Terakhir Persib Bandung Vs Persebaya Surabaya, Siapa Lebih Dominan?
Bola Indonesia 11 September 2025, 15:46 -
Awas MU! Bruno Fernandes Berpotensi Cabut ke Arab Saudi di Tahun 2026
Liga Inggris 11 September 2025, 15:44 -
Raphinha Lelah, Marcus Rashford Bisa Jadi Kunci Barcelona di Sayap Kiri
Liga Spanyol 11 September 2025, 15:40 -
Arsenal Bakal Tikung MU untuk Transfer Bintang Timnas Jerman Ini
Liga Inggris 11 September 2025, 15:31 -
Milan Skriniar Ungkap Alasan Tinggalkan Inter Milan
Liga Italia 11 September 2025, 15:23 -
Jonathan David Bahagia Pilih Juventus, Singgung Minat Inter Milan
Liga Italia 11 September 2025, 15:16 -
West Ham Sempat Serius Inginkan Andre Onana, Kenapa Batal?
Liga Inggris 11 September 2025, 15:13 -
Kisah Tragis Andre Onana, Kiper yang Kehilangan Kejayaan Usai Tinggalkan Inter Milan
Liga Inggris 11 September 2025, 14:58
LATEST EDITORIAL
-
Peta Panas Pelatih Premier League: Slot Nyaman, Amorim di Ujung Tanduk
Editorial 11 September 2025, 13:43 -
5 Transfer Termahal Manchester United Era Erik Ten Hag, Layak atau Gagal?
Editorial 11 September 2025, 12:59 -
5 Target Manchester United yang Gagal Direkrut pada Musim Panas 2025
Editorial 10 September 2025, 13:34 -
3 Kandidat Pengganti Robert Lewandowski di Barcelona
Editorial 10 September 2025, 13:01