Dari Filosofi Hingga Manahati, Ini Kumpulan Komentar Iwan Setiawan
Editor Bolanet | 19 November 2015 01:22
Berbeda dengan layaknya pelatih-pelatih lain di Indonesia yang memberikan komentar normatif kepada tim yang akan menjadi calon lawan mereka, Iwan justru tak sungkan untuk berkomentar secara terbuka. Nampaknya, ia ingin menduplikasi gaya pelatih-pelatih di Eropa yang kerap melakukan perang urat syaraf dengan rival mereka.
Jejak Iwan dalam melakukan perang urat syaraf dimulai saat PBFC bertemu dengan Persib Bandung di Piala Presiden beberapa saat lalu. Kala itu, Iwan secara terbuka mengkritisi Persib dan juga strategi yang di pakai oleh pelatih mereka Djadjang Nurjaman.
Lantas, pernyataan-pernyataan Iwan yang seperti apakah yang membuat Piala Jenderal Sudirman ini geger? berikut tim telah merangkumnya. [initial]
(bola/asa)
Filosofi Permainan
Ditemui oleh Bola.net pada Selasa (17/11) siang di Best Western Papilio Hotel Surabaya, Iwan mengaku tidak mematok target khusus bagi PBFC di Piala Jenderal Sudirman ini. Sesuai dengan filosofinya, Iwan hanya ingin pemain tampil maksimal. Baginya, jika pemain sudah tampil maksimal maka kesuksesan akan menyertai mereka.
Kalau tim ISL itu lebih piawai. Begitu dapat bola lebih sabar. Read the game. Membaca hingga kemiringan dan kedalaman. InsyaAllah besok lah saya tunjukkan bagaimana tim profesional itu bermain.
Saya tidak pernah bicara soal target. Penampilan maksimal sama dengan sukses. Itu filosofi saya. Jadi saya yakin kalau tim sudah tampil maksimal, InsyaAllah juga akan menang.
Tapi saya tidak bicara atau menuntut kemenangan kepada tim. Takut takabbur.
Ibu Grahan
Iwan mengatakan bahwa Surabaya United harus mempertimbangkan posisi pelatih yang dijabat oleh Ibnu Grahan.
Saran saya Surabaya United harus ganti pelatih kalau mau jadi tim bagus.
Maaf sama Ibnu. Tapi aku kecewa sama Ibnu. Dia pegang tim Super League tapi main bolanya jelek sekali. Padahal kemarin waktu mengundurkan diri di Palembang, itu bagus timnya.
PSM Makassar dan Bali United Amatir
Eks pelatih Persija Jakarta ini menilai bahwa gaya bermain beberapa tim ISL layaknya tim Amatir. Tak tanggung-tanggung, Iwan tanpa sungkan juga menyebut langsung nama klub yang ia maksud.
Tim-tim Super League di Indonesia, yang gaya mainnya amatir adalah PSM Makassar dan Bali United. Saya kalau mau ngomong ini sifatnya teknis.
Tim amatir gaya main bolanya seperti Perserikatan. Cepat, kencang. Kemana ada orang, dikejar. Mengandalkan semangat. Tapi, tanpa organisasi yang baik as a team. Sebagai sebuah tim. How to defence, how to attacking dengan organisasi yang terencana.
Bali United Hanya Bayu Gatra
Iwan menilai bahwa Bali United memiliki ketergantungan yang besar pada sosok Bayu Gatra. Ia bahkan tidak ragu menyebut bahwa Bali United adalah Bayu Gatra. Tak hanya disitu, ia juga mengomentari tentang Sandi Sute, eks pemain Bali United yang kini membela PBFC.
Mereka tidak. Bayu Gatra saja. Itulah Bali United.
Saya harus kerja keras untuk main bolanya (Sandi Sute) agar tidak liar sekali. Karena sebelumnya sama Indra Sjafri tidak kuat organisasinya. Hanya mengandalkan fisik, tanpa tempo. Itu lah yang Bang Iwan maksud tim amatir.
Bali United pas Piala Presiden kemarin waktu ketemu Mitra Kukar yang main organisasi bagus, tidak bisa menang, draw. Waktu lawan Arema, dihantam 4-1.
PS TNI
Sebelum pertandingan lawan PS TNI, pelatih yang juga pernah menahkodai Persela Lamongan ini sesumbar bahwa calon lawan mereka tersebut tidak perlu di takuti.
PS TNI ini materinya amatir. Jadi main bolanya kencang-kencang tak menentu gitu.
Kami tidak terlalu memperdulikan PS TNI, kami lebih peduli dengan taktik tim kami. Karena buat kami PS TNI bukan apa-apa, bukan sandungan. Sepanjang kami fokus, sepanjang kami konsentrasi.
Mere
Surabaya United
Iwan menilai bahwa Surabaya United dengan materi pemain yang mereka miliki harusnya bisa bermain lebih baik lagi. Baginya, tidak ada yang salah dengan materi pemain yang saat ini dimiliki oleh tim besutan Ibnu Grahan tersebut.
Gaya mainnya Surabaya United tidak amatir, tapi bodoh dan tidak punya strategi.
Gaya mainnya dewasa. Ada Evan Dimas, Pedro Javier. Ada Otavio Dutra di belakang, dan Firli sebagai duetnya. Lalu ada Fatchurohman dan Putu Gede di bek kiri dan kanan. Luar biasa.
Pelatihnya tidak mampu membikin mereka bermain sebagai tim profesional. Padahal materinya adalah profesional.
Manahati Lestusen dan Legimin Raharjo
Tak hanya soal pelatih atau tim lain, Iwan juga tidak sungkan untuk mengurai pendapatnya tentang pemain. Seperti yang ia lakukan terhadap Manahati Lestusen dan Legimin Raharjo, dua pilar PS TNI.
Tidak ada yang menonjol. Lestusen? Buktinya dia cadangan (lawan Surabaya United).
Legimin pemain tua, guys. Dia tidak dipakai di Super League akhirnya dia turun kasta. Baru sekarang dia bisa menonjol.
Zaman bagus-bagusnya Legimin, kita tahu dia tidak hebat dalam heading. Tiba-tiba lawan Surabaya United dia bisa cetak gol dari heading. Berarti siapa yang pintar? Legiminnya atau Surabaya Unitednya yang goblok.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Prediksi BRI Super League: Persebaya Surabaya vs Bali United 23 Agustus 2025
Bola Indonesia 22 Agustus 2025, 18:30 -
Prediksi BRI Super League: Malut United vs Bali United 15 Agustus 2025
Bola Indonesia 15 Agustus 2025, 05:36
LATEST UPDATE
-
Masa Depan Cerah Benjamin Sesko di Manchester United: Potensi Bomber Kelas Dunia
Liga Inggris 7 September 2025, 23:40 -
Kisah 20 Tahun Presnel Kimpembe di PSG Resmi Berakhir
Liga Eropa Lain 7 September 2025, 22:22 -
Daftar Pembalap Formula 1 dengan Kemenangan Terbanyak Sepanjang Sejarah
Otomotif 7 September 2025, 21:39 -
Hasil Lengkap dan Klasemen Pembalap Formula 1 2025
Otomotif 7 September 2025, 21:29 -
Update Klasemen Pembalap Formula 1 2025
Otomotif 7 September 2025, 21:28 -
Klasemen Sementara Formula 1 2025 Usai Seri Italia di Monza
Otomotif 7 September 2025, 21:27
LATEST EDITORIAL
-
Isak Catat Rekor Baru, Ini 5 Transfer Termahal Premier League
Editorial 3 September 2025, 14:48 -
Rekor Pecah Lagi! 5 Pemain Liverpool dengan Harga Fantastis
Editorial 3 September 2025, 13:18 -
6 Pemain yang Menolak Chelsea untuk Gabung Tottenham, Termasuk Xavi Simons
Editorial 1 September 2025, 17:24