Kisah Inspiratif Orang Tua Siswa PFA Cari Bakat: Selamatkan Generasi Muda Papua Lewat SSB di Manokwari
Serafin Unus Pasi | 31 Agustus 2025 19:20
Bola.net - Helen Frinda Dewi tampak penuh semangat ketika berada di tribun lapangan sepak bola Universitas Cendrawasih (UNCEN), Papua. Hari itu, putranya, Rafael Yudistira Suila, tengah mengikuti ajang PFA Cari Bakat, program seleksi dari Papua Football Academy yang bertujuan mencari bakat terbaik dari berbagai daerah Papua untuk kemudian ditempa di Mimika Sports Complex, Timika.
Bu Helen—begitu ia akrab disapa—bukan satu-satunya orang tua yang hadir mendukung anaknya. Namun, kehadirannya terasa begitu kuat. Ia memang tak banyak bicara, tetapi auranya menunjukkan pemahaman mendalam terhadap sepak bola, olahraga yang masih kerap dianggap lebih dekat dengan kaum pria.
"Rafael ini memang dari kecil sudah senang dengan sepak bola. Sampai di usia yang sekarang ini 13 tahun, sangat antusias, punya semangat besar untuk sepak bola," ungkap Helen saat berbincang dengan Bola.com. "Jadi Rafael itu orangnya tenang bermain, itu dia konsentrasinya lebih bagus gitu. Minta maaf, masing-masing orang tua pasti tahu anaknya. Itu kalau Rafael punya kelebihan di situ."
Dalam ajang PFA Cari Bakat 2025, hanya 20 anak terbaik yang akan dipilih dari 60 peserta berusia maksimal 13 tahun. Para orang tua tentu menyadari bahwa tidak semua akan lolos. Namun, bagi Helen, apapun hasilnya akan tetap menjadi pengalaman berharga untuk putranya.
"Saya sudah pesan Rafa, ini tes, namanya saja tes, nak. Pasti ada yang lolos, ada yang tidak. Jadi apapun nanti hasilnya yang disampaikan oleh PFA, kita bersyukur saja. Puji Tuhan kalau Rafa lolos sampai di Timika dan bisa jadi salah satu siswa di PFA," tutur Helen. "Tapi kalaupun tidak lolos, Tuhan siapkan berkat lain, artinya ada kesempatan lain, mungkin Rafa bisa sekolah bola di mana, atau ya nanti dia bisa menyesuaikan. Tapi kalau saya yakin mental anak pasti sudah siap, anak-anak saya pasti siap."
Lebih dari Sekadar Ibu, Helen juga Membangun SSB Kasuari
Ternyata, semangat Helen di dunia sepak bola bukan hanya sebatas mendukung anaknya. Bersama sang suami, ia turut mendirikan sebuah sekolah sepak bola bernama SSB Kasuari.
Ia menceritakan bahwa gagasan mendirikan SSB berawal dari permintaan anak-anaknya. "Anak saya yang pertama, dan juga Rafael, dulu bertanya kepada saya, 'kenapa mama tidak bikin sekolah sepak bola?'. Dari situ saya tergerak juga, dan kebetulan suami saya juga mendukung penuh."
Selain itu, Helen juga terdorong oleh keprihatinan melihat anak-anak muda yang terjerumus ke dalam pergaulan negatif, mulai dari kenakalan remaja hingga kriminalitas. Keinginan untuk memberikan jalan yang lebih baik akhirnya diwujudkan lewat sekolah sepak bola tersebut.
"Jadi puji Tuhan ini, kita akhirnya walaupun dalam scope yang masih lokal, tapi jujur saja kami punya sekolah sepak bola. Jadi sekolah sepak bola ini sebenarnya motivasi utama kami, saya bersama papanya Rafael, kami dirikan sekolah ini untuk membantu anak-anak kita, khusus anak-anak Papua."
"Jadi kita punya SSB, namanya SSB atau PS Kasuari. SSB Kesuari usianya sudah 5 tahun. Dan itu kita bersyukur sekali karena anak-anak yang, maaf kata, ada yang banyak yang kekurangan, ada yang anak kecil-kecil itu mereka sampai larut malam, terus ada yang minum-minum, ada juga yang (menghisap lem) aibon, yang pokoknya sangat merusak begitu generasi muda. Jadi itulah caranya (memperbaiki generasi muda Papua)."
Ia menambahkan bahwa SSB ini tidak memungut biaya. Hal tersebut dilakukan agar semakin banyak anak bisa terjaring dan mendapatkan pembinaan. "Kami juga buka SSB ini tidak dipungut biaya, karena kami berpikir ini sekaligus kita merangkul anak-anak kita. Jadi dengan susah payahnya, walaupun kita jujur saja, kita punya siswa itu ada sekitar 4 atau 5 orang yang memang mengonsumsi aibon itu sudah di level yang cukup tinggi."
"Tapi puji Tuhan seiring waktu kami bina, kami rangkul, jadi orang itu asuh sekalian buat anak-anak, ya sekarang mereka sudah normal seperti anak-anak seusia mereka. Jadi di SSB kami itu usia 10 sampai 16 tahun. Jadi sudah memang berat rasanya. Bahkan ada yang jaga parkir pakai baju SSB kami. Tapi kami biarkan saja yang pasti mereka ada dalam lingkungan yang sedikit membantu untuk memperbaiki mereka punya pola hidup."
Menjalani dengan Suka Cita
Bukan hal mudah mengelola sekolah sepak bola dengan segala keterbatasan. Namun, Helen memilih untuk terus berjuang dengan penuh suka cita. Ia bahkan punya cerita unik soal bagaimana ia mendukung anak-anak di SSB Kasuari.
"Kita bukan kayak Pak Erick Thohir yang modalnya besar-besar. Kita cuma usaha-usaha kontrakan. Yang penting bisa bikin semangat buat anak-anak. Kan macam kita juga di Manokwaris saja itu, Mas, ada SSB, tapi tidak terlalu banyak."
"Jadi saya tuh tiap tahun pasti bikin event pertandingan. Cuek aja pokoknya yang penting di sana, biar kecil-kecil lari. Sudahlah, main situ. Cuma tahun ini saja yang tidak, karena pas dengan event anak mau manten, jadi ya sudahlah. Suami senang sekali. Jadi papanya Rafael kan ketua IMI, ya ampun, suami suka motor, anak suka bola. Jadi di rumah itu, di garasi, di teras itu ada motor balap berapa, parkir. Terus di garasi yang sampingnya bola saja digantung," ujarnya sambil tertawa.
Helen juga berusaha memastikan anak-anak tidak kesulitan untuk datang berlatih. "Tapi syukur latihannya saling mendukung. Saya sayang anak-anak, sampai anak bilang, 'Mama, kasihan kalau dipakai iuran. Mereka mau latihan naik ojek saja, susah. Bahkan itu jalan kaki, pergi latihan jaraknya jauh'. Makanya saya siapkan mobil. Pakai antar-antar itu kan mobil pemerintah. Kasih saja buat anak-anak, antar jemput mereka tidak merusak juga."
Baginya, usaha ini bukan soal pujian, tetapi soal siapa yang mau berjuang menyelamatkan generasi muda Papua. "Jadi, apa ya, bukan untuk dipuji, tapi siapa yang mau selamatkan generasi ini? Waktu pas naik mobil ke UNCEN tadi, itu di pinggir jalan (hisap lem aibon), anak muda. Itu sampai pegang lem saja pun, kalau di Jakarta mungkin aneh gitu, tapi di sini kok kayak hal biasa gitu, takut saya, serem gitu."
Disadur dari Bola.com/Gregah Nurikhsani
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Dianggap Netral, 2 Pelatih Asing Ini Dinilai Cocok untuk Memegang Timnas Indonesia
Tim Nasional 15 Oktober 2025, 22:36 -
Ini 5 Pemain Kunci Timnas Indonesia yang Diprediksi Tampil di Piala Dunia 2030
Tim Nasional 14 Oktober 2025, 12:11 -
Kata Eks Kapten Timnas Indonesia Soal Patrick Kluivert: Konsekuensinya Mundur
Tim Nasional 14 Oktober 2025, 12:06
LATEST UPDATE
-
Hasil Nottingham Forest vs Chelsea: The Blues Menang Telak, Malo Gusto Kartu Merah
Liga Inggris 18 Oktober 2025, 20:25 -
Link Live Streaming Barcelona vs Girona - Nonton La Liga di Vidio
Liga Spanyol 18 Oktober 2025, 20:15 -
Jadwal Lengkap, Hasil Balapan, dan Klasemen WorldSBK 2025
Otomotif 18 Oktober 2025, 20:00 -
Link Live Streaming Manchester City vs Everton - Nonton Premier League di Vidio
Liga Inggris 18 Oktober 2025, 20:00 -
Hasil Race 1 WorldSBK Spanyol 2025: Nicolo Bulega Kalahkan Toprak Razgatlioglu
Otomotif 18 Oktober 2025, 19:55 -
Manchester United Ramaikan Perburuan Bintang Muda Real Madrid
Liga Inggris 18 Oktober 2025, 19:38 -
Cristiano Ronaldo Pernah Kunyah Rumput karena Kesal pada Maurizio Sarri di Juventus
Liga Italia 18 Oktober 2025, 19:04 -
Jadwal Lengkap, Hasil Balapan, dan Klasemen WorldSSP300 2025
Otomotif 18 Oktober 2025, 19:03 -
Jadwal Lengkap, Hasil Balapan, dan Klasemen WorldWCR 2025
Otomotif 18 Oktober 2025, 17:51 -
Hasil BRI Super League: Tumpas Persik Kediri, Borneo FC Terus Perkasa di Puncak
Bola Indonesia 18 Oktober 2025, 17:36
LATEST EDITORIAL
-
5 Pemain yang Pernah Membela Liverpool dan Manchester United
Editorial 17 Oktober 2025, 21:02 -
4 Bek Tengah Incaran Real Madrid untuk Musim Depan
Editorial 17 Oktober 2025, 20:32 -
Ronaldo Masih Raja! Ini 10 Pesepak Bola dengan Bayaran Tertinggi di Dunia Tahun 2025
Editorial 17 Oktober 2025, 19:53 -
5 Pemenang Golden Boy yang Gagal Penuhi Ekspektasi
Editorial 16 Oktober 2025, 21:44 -
Terancam Gagal ke Piala Dunia, 6 Pemain Inggris Ini Harus Cari Klub Baru di Januari
Editorial 16 Oktober 2025, 21:07